Riset Microsoft: Ada 600 Juta Serangan Siber per Hari di Seluruh Dunia

25 Oktober 2024 7:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi serangan siber. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi serangan siber. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Riset yang dilakukan Microsoft menyebut bahwa setiap hari, ada lebih dari 600 juta serangan siber yang mengincar individu, perusahaan, hingga pemerintahan di suatu negara.
ADVERTISEMENT
Laporan Digital Defense Reports 2024 dari Microsoft setebal 110 halaman menyebutkan serangan siber ini terbagi menjadi dua tipe, yakni murni kriminal dan negara. Data tersebut juga menyebut bahwa pelaku serangan siber saat ini sudah semakin canggih.
Mereka menggunakan teknologi terbaru seperti AI generatif buat meningkatkan efektivitas serangannya. Ini membuat serangan siber semakin kompleks dan sulit untuk diatasi.
Salah satu temuan yang paling mencengangkan adalah meningkatkan kerja sama geng hacker dunia maya yang di-backing oleh pemerintah negara tertentu. Kolaborasi ini menggabungkan beragam teknik dan software yang dipakai buat melakukan serangan siber, sehingga mengaburkan batasan antara serangan siber kriminal yang bertujuan untuk mencari keuntungan finansial atau pun serangan siber dari pemerintah sebuah negara yang salah satunya bertujuan untuk mencuri informasi rahasia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, aktor serangan siber dari negara tertentu telah memperluas cakupan serangan sibernya. Mereka mulai merambah target militer untuk mencuri dokumen atau informasi rahasia.
Seorang tentara cadangan Rusia yang baru menembakkan peluncur granat berpeluncur roket (RPG) selama pelatihan di wilayah Donetsk, Ukraina yang dikuasai Rusia. Foto: Alexander Ermochenko/REUTERS
Rusia, misalnya, disebut menggunakan jasa outsourcing untuk melakukan serangan siber. Negara ini menggunakan jasa sindikat hacker dalam melancarkan aksinya, terutama mengincar negara yang berkonflik dengannya, yakni Ukraina. Contohnya adalah aksi sindikat hacker yang meretas sekitar 50 perangkat militer Ukraina menggunakan malware komoditas.
Sementara hacker dari Iran mengambil pendekatan berbeda, mereka menggabungkan serangan ransomware dengan operasi untuk mempengaruhi. Salah satu kasus yang terkenal mereka mencuri data dari situs kencan Israel, dan menawarkan untuk menghapus profil tertentu dengan sejumlah biaya yang harus dibayar.
Korea Utara juga telah memasuki era ransomware. Laporan Microsoft mengidentifikasi aktor Korea Utara yang mengembangkan varian ransomware khusus disebut FakePenny. Malware ini disebarkan ke organisasi kedirgantaraan dan pertahanan militer.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Microsoft juga menyebut aktivitas serangan siber China konsisten selama beberapa tahun terakhir, yakni berfokus di Taiwan dan negara-negara Asia Tenggara.
Microsoft menuding Rusia, Iran, dan China aktif mengeksploitasi isu geopolitik yang sedang berlangsung untuk menciptakan perselisihan dan merusak kepercayaan proses demokrasi. Mereka juga menekankan perlunya pendekatan kolaboratif untuk mengatasi ancaman serangan siber yang meningkat.