Rudiantara: Ada Institusi Tak Lapor Kena WannaCry karena Malu

19 Mei 2017 10:40 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Menkominfo Rudiantara. (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
zoom-in-whitePerbesar
Menkominfo Rudiantara. (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
WannaCry... WannaCry... WannaCry... Akhir-akhir ini mungkin kamu bosan mendengar atau membaca artikel tentang mengerikannya ransomware yang bernama WannaCry tersebut. Tapi percayalah, kamu mungkin bisa benar-benar menangis dibuatnya jika diserang oleh virus tersebut. Saat terserang virus ransomware WannaCry, dokumen penting, atau mungkin seluruh dokumen di dalam komputer, akan terkunci dan tak bisa dibuka. Tentu saja ini sangat mengerikan, apalagi jika dokumen itu sangat penting dan berkaitan dengan karier atau mungkin skripsi para mahasiswa tingkat akhir. Korban akan dimintai uang tebusan agar bisa membuka dokumen yang dikunci oleh penyebar ransomware tersebut. Jika tidak dibayar, si penjahat mengancam akan menghapus dokumen itu. Diketahui, serangan ransomware jenis ini hanya menyerang pengguna Windows, terutama versi lama yang sudah tak mendapatkan dukungan pembaruan lagi dari Microsoft, seperti Windows XP, Windows 8, dan Windows Server 2003. Serangan ransomware WannaCry meluas secara global. Berbagai perusahaan di dunia mengaku diserang oleh virus ini dan parahnya adalah sampai melumpuhkan operasional 16 rumah sakit di Inggris. Indonesia menjadi salah satu korban yang terkena dampak dari teror siber global itu. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, mengatakan setidaknya ada 12 institusi yang diserang ransomware WannaCry. "Ada 12 institusi yang lapor dan terverifikasi. Sementara individu ya tidak lapor, mereka membiarkan saja. Ada juga yang sengaja tidak lapor mungkin karena malu," ujar Rudiantara, saat ditemui di Jakarta, Kamis (18/5). Ada kemungkinan sejumlah perusahaan dengan reputasi hebat yang sial terkena WannaCry, tidak menyampaikan laporan ke pemerintah karena khawatir reputasinya turun di mata konsumen atau publik lantaran tak mampu menjaga keamanan data. Atas dasar itu, mereka memilih untuk tidak lapor dan menyewa konsultan keamanan siber untuk mengatasi masalah tersebut. Rudiantara memaparkan, 12 institusi yang telah melapor terdiri dari rumah sakit, Samsat, perusahaan swasta, perkebunan, pelayaran, perguruan tinggi, dan dinas Pemda yang mengurus kependudukan. Baca juga: Rudiantara: Ada 12 Institusi Lapor Ransomware WannaCry ke Pemerintah Sebelumnya, telah diketahui rumah sakit yang menjadi korban WannaCry adalah Rumah Sakit Dharmais di Jakarta yang sempat beroperasi dengan pena dan kertas yang tentu saja mengganggu kelancaran operasional lantaran sistem antrean dan pembayaran tidak bisa dibuka. Sementara untuk perguruan tinggi yang diserang adalah perpustakaan di Universitas Jember. Namun, Rudiantara tidak mengungkap nama-nama institusi lainnya. Menurut Rudiantara, sekarang jumlah perangkat yang masih terinfeksi WannaCry ada di bawah 1000, berkurang drastis dari angka 300 ribu di serangan awal. Untuk mencegah komputer terserang ransomware ini, pengguna harus melakukan Windows Update ke versi terbaru, juga melakukan pembaruan sistem keamanan seperti Windows Defender atau antivirus dari pihak ketiga. Lebih baik lagi jika pengguna komputer selalu melakukan backup data secara berkala ke media penyimpanan offline maupun online (cloud computing). Berhati-hati dalam membuka berbagai file dan berselancar di dunia maya juga menjadi kunci untuk melindungi komputer Anda dari ransomware. Baca juga: Semua yang Perlu Kamu Tahu tentang Ransomware WannaCry Ada di Sini
ADVERTISEMENT