Rusia Mau Jual Minyak dan Gas Pakai Bitcoin

29 Maret 2022 9:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pabrik penyulingan minyak Rosneft di kota Gubkinsky di Siberia barat, Rusia pada 2 Juni 2006. Foto: Delphine Thouvenot/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik penyulingan minyak Rosneft di kota Gubkinsky di Siberia barat, Rusia pada 2 Juni 2006. Foto: Delphine Thouvenot/AFP
ADVERTISEMENT
Sejak melancarkan invasi penuh ke Ukraina, Rusia diserbu sanksi ekonomi dari berbagai pihak. Komoditi utama ekspor Rusia, minyak dan gas, sulit terjual dan bahkan dilarang di beberapa negara.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, uang segar sulit datang ke Rusia. Kondisi tersebut membuat negara mungkin akan menerima mata uang kripto Bitcoin sebagai alat tukar minyak dan gas mereka.
Hal itu diumumkan Pavel Zavalny, Ketua Komite Energi Duma Rusia, pada konferensi pers minggu ini.
“Kami telah lama mengusulkan ke China untuk beralih ke penyelesaian dalam mata uang nasional untuk rubel dan yuan. Dengan Turki, itu akan menjadi lira dan rubel,” kata Zavalny, seperti dikutip BBC. “Anda juga bisa memperdagangkan Bitcoin.”
Ilustrasi bitcoin. Foto: Westend61/Getty Images
Hal ini diperuntukkan untuk transaksi dengan negara yang masuk daftar ‘bersahabat’ oleh Rusia. Sementara negara yang ‘tidak bersahabat’ dipaksa untuk membeli minyak dengan Rubel—mata uang Rusia.
India dan China berhasil membeli minyak dan gas Rusia dengan harga yang murah ketika Barat menolak membeli bahkan melarangnya. Dilaporkan bahwa minyak mentah Rusia, Ural, dijual 17 sampai 33 dolar AS lebih murah dibanding harga minyak mentah Brent, yang menjadi patokan dunia.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman International Energy Agency, pendapatan Rusia dari pajak dan tarif ekspor minyak dan gas menyumbang 45 persen dari anggaran federal Rusia pada Januari 2022.
Rusia berusaha keras agar ekonomi tidak terdampak atas sanksi dan pemblokiran ekspor. Pada minggu lalu, Putin memerintahkan negara pembeli minyak Rusia membayar menggunakan Rubel, tapi dianulir oleh banyak pemimpin negara, khususnya negara Eropa karena bertentangan dengan kontrak bisnis yang sedang berlaku.
Seorang pria berdiri di luar pabrik gas alam cair (LNG) di Korsakov, Pulau Sakhalin, Rusia pada 17 Februari 2009. Foto: Natalia Kolesnikova/AFP
Pembayaran menggunakan Bitcoin dapat menghindari Rusia dari beberapa sanksi, karena tidak terikat dengan sistem perbankan internasional. Namun opsi ini dinilai bukanlah pilihan terbaik mengingat nilai dari Bitcoin sendiri yang tidak stabil.
“Jelas, menerima Bitcoin, dibandingkan dengan mata uang tradisional lainnya, menimbulkan risiko yang jauh lebih besar dalam perdagangan gas alam,” ujar David Broadstock, seorang peneliti senior di Institut Studi Energi di Singapura, kepada BBC. "Selain itu, salah satu mitra dagang utama 'bersahabat' untuk Rusia adalah China, dan cryptocurrency dilarang untuk digunakan di China."
ADVERTISEMENT