Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Maret 2017, Sarah Sechan bikin heboh pemberitaan dunia hiburan. Dia memutuskan setop posting tentang dirinya di media sosial . Meninggalkan 158 ribu followers di Instagram, dan 2,6 juta followers di Twitter.
ADVERTISEMENT
Konten tentang diri sendiri yang terakhir diunggah di Instagram, disebutnya menghabiskan waktunya selama 45 menit untuk menulis caption, mengambil video Boomerang setidaknya 20 kali, dan dia harus menambahkan musik latar agar konten itu lebih hidup. Belum lagi dia butuh waktu dandan selama 30 menit demi mengambil video pada konten terakhir ini.
"Oh, kehidupan di media sosial melelahkan dan mengambil terlalu banyak mommy-mode afternoon saya yang berharga. Terima kasih telah menjadi followers. Ini luar biasa," kata Sarah.
Keputusan ini diambil setelah berpikir masak, bukan emosi. Usianya waktu itu 42 tahun. Fokusnya adalah memikirkan anak, suami, pekerjaan, dan mengurus rumah.
Sarah juga ingin menjaga ketat privasi diri dan keluarganya. Foto dan video yang diunggah figur publik ke media sosial dia ibaratkan sebagai pintu yang dibuka lebar oleh pemilik rumah. Netizen, sebagai orang asing yang lalu lalang, bisa melihat dan berkomentar apa saja. "Itu sofanya jelek banget." Atau, "Teh, kok gemukan?" Komentar ini tidak selamanya membuat pemilik rumah bahagia. Oleh karenanya dia menutup rapat pintu privasi untuk followers. Orang-orang sudah tidak perlu tahu tentang apa yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Meninggalkan media sosial bukan sebuah keputusan mudah bagi selebritas seperti Sarah. Itu berarti dia harus siap kehilangan sejumlah penghasilannya yang selama ini didapat sebagai influencer di media sosial. Pendapatan ini disebut Sarah cukup besar, lumayan untuk memenuhi rumah tangga. Tapi, konten endorsement ini pula yang kadang membuatnya jengah lantaran harus mengikuti jadwal posting dari klien yang diingatkan oleh sang manajer.
Sarah sering merasa terganggu dengan jadwal posting permintaan klien ini, lantaran sering terjadi ketika dia sedang mengurus anak atau rumah, bahkan ketika sedang berkendara.
Media sosial memang bisa menjadi ladang uang bagi orang-orang yang pandai membangun citra diri dan menggaet banyak followers. Mereka-mereka ini disebut influencer atau orang yang dipandang bisa memberi pengaruh ke publik dengan iklan native di platform digital. Tren ini terus tumbuh seiring makin besarnya anggaran iklan di platform digital.
ADVERTISEMENT
Bentuknya, bisa berupa rekomendasi produk yang diunggah di Instagram, ajakan memakai suatu layanan di Twitter, atau bahkan konten video yang mengedepankan fitur terbaik brand tertentu di YouTube.
Dalam laporan Indonesia Native Advertising and Influencer Marketing Report 2018 dari perusahaan pemasaran digital GetCraft, orang Indonesia mengkonsumsi media sosial selama 3 jam 16 menit, dan itu lebih tinggi dibandingkan konsumsi media televisi selama 2 jam 23 menit.
Lenyapnya sejumlah pendapatan sebagai selebgram dan selebtwit disebut Sarah tidak terlalu signifikan. Dia enggan menyebut angka pasti atau persentase penurunannya. Itu dinilai tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan niat besar untuk "benar-benar memulai hidup dan menikmati setiap momen dalam hidup, dan tidak sibuk untuk membuat poin atau meminta pengakuan dari orang lain."
ADVERTISEMENT
Sarah mendapatkan pekerjaan yang baik sekalipun dia tidak mem-branding diri lewat media sosial. Sejak 2013, dia bekerja membawakan acara bincang-bincang bertajuk namanya sendiri, "Sarah Sechan", yang tayang setiap hari di Net TV. Di tahun 2018, Sarah menjadi pembawa acara "Sarah Secharian" di Narasi TV.
Katanya, rezeki sudah ada yang atur. Sudah ada pasarnya masing-masing, sekalipun usianya sudah tak muda lagi. Tidak pernah terlintas dalam benaknya untuk kembali aktif mempublikasi foto diri di media sosial sebagai upaya branding.
Satu-satunya media sosial yang dipakai Sarah saat ini adalah Instagram. Akun Instagram pribadinya kini diganti dengan nama @shokuthetoy. Isinya adalah foto Shoku, anjing jenis toy poodle kesayangannya. Akun ini masih aktif dipakai Sarah untuk memantau informasi, mengikuti tren, yang notabene mendukung pekerjaannya sebagai presenter dan aktris.
ADVERTISEMENT
"Menurut saya, Shoku jauh lebih lucu daripada saya, tapi itu cuma sekali-sekali lah," candanya.
Sementara akun yang di-follow saat ini kebanyakan adalah teman-temannya, akun interior rumah, dan tanaman.
Lepas dari media sosial membuat Sarah jadi lebih punya banyak waktu untuk melakukan hal yang penting dalam hidup. Ia lebih rajin baca buku, memiliki waktu berkualitas bersama teman, dan benar-benar menikmati liburan. Di berbagai aktivitas harian juga demikian. Ia tidak perlu lagi repot memikirkan harus mengambil foto-foto demi kebutuhan posting diri atau endorsement.
Ketika memantau media sosial sekarang ini, Sarah juga sangat membatasi waktu pemakaian. Dia hanya membuka media sosial ketika sedang terjebak macet, atau sebelum tidur. Waktu berharganya tidak direnggut oleh komentar, Likes, atau Retweet.
ADVERTISEMENT
Semua itu adalah cara Sarah untuk mengendalikan diri dalam memakai teknologi media sosial. Dia sama sekali tidak menyalahkan teknologi atau internet dalam keputusannya setop mempublikasi foto diri. Ketika diri tidak mampu mengendalikan orang lain, maka diri kita sendirilah yang harus mengontrol. Hidupnya lebih adem dengan begini. "Saya jadi lebih menghargai hidup saya sendiri."
Keputusan ini juga membuat Sarah tidak mau menghargai dirinya berdasarkan jumlah follower. Harga diri baginya adalah apa yang telah dia kerjakan.
ADVERTISEMENT
"Value saya bukan dari follower. My value is my self worth. Bagaimana saya menghargai diri saya sendiri. Saya adalah seorang ibu, seorang istri, saya seorang pembawa acara. How i value my self... Followers, Likes, dan segala macam itu, it doesn’t define your value as a person," tuturnya.
Simak ulasan lengkap konten spesial Melawan Candu Media Sosial di kumparan dengan topik Melawan Candu Media Sosial