Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Plt Direktur Utama Badan Aksesibiiltas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Arief Tri Hardiyanto, mengatakan selanjutnya Satria-1 akan dipantau oleh Thales Alenia Space untuk memastikan seluruh perangkat bisa berfungsi dengan baik pasca-peluncuran. Thales Alenia Space merupakan perusahaan luar angkasa asal Prancis yang merakit Satria-1.
Setelah meluncur, Satria-1 akan melakukan Electric Orbit Raising (EOR) selama sekitar 145 hari sejak pemisahan satelit dari kendaraan yang membawanya ke angkasa hingga tiba di posisi orbitnya. Kemudian satelit akan melakukan serangkaian tes, seperti In Orbit Testing (IOT), In-Orbit Acceptance Review (IOAR), dan End-to-End Test (E2E Test) untuk memastikan kinerja satelit optimal.
ADVERTISEMENT
"Mudah-mudahan semua perangkat yang ada di Satria-1 dapat bekerja dengan baik solar cell dan antenanya. Dan bisa terkendali dari stasiun Bumi," kata Arief.
Satria 1 merupakan satelit berteknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) dengan frekuensi Ka-Band. Dia dibangun menggunakan platform SpaceBus NEO dengan kapasitas internet yang disediakan mencapai 150 Gbps, membuat Satria-1 menjadi satelit terbesar di Asia dan nomor lima di dunia dari sisi kapasitas untuk kelas di atas 100 Gbps.
Satria-1 dibangun dengan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Kominfo , melalui Badan Layanan Umum BAKTI, menetapkan Konsorsium PSN sebagai pemenang tender yang kemudian mendirikan PT Satelit Nusantara Tiga (SNT). Kominfo dan SNT lantas menggandeng Thales Alenia Space untuk perakitan satelit dan menunjuk SpaceX, perusahaan antariksa milik Elon Musk, sebagai mitra peluncuran Satria-1.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Menteri Koordinasi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia sekaligus Plt Menteri Komunikasi dan Informatika, Mahfud MD, mengatakan peluncuran satelit Satria-1 dilakukan dalam rangka pemerataan pembangunan, terutama infrastruktur digital di pusat-pusat layanan publik di seluruh Indonesia.
Peluncuran satelit ini juga bagian dari upaya memeratakan pembangunan, menginklusikan masyarakat dalam ekonomi digital dengan penyediaan internet di seluruh wilayah Indonesia. Teknologi satelit ini memungkinkan akselerasi penyediaan internet di desa-desa yang tidak dapat dijangkau.
Adapun prioritas utama penerima akses internet dari strata satu adalah sektor pendidikan, fasilitas layanan kesehatan, kantor pemerintahan daerah, serta TNI dan Polri.
“Akses internet yang disediakan oleh Satria-1 ini akan memberikan manfaat signifikan bagi masyarakat di lokasi layanan publik yang belum memiliki akses atau mengalami kualitas internet yang belum memadai,” ujar Mahfud MD dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (13/6).
Satria-1 akan memiliki 11 stasiun Bumi atau Gateway yang tersebar di berbagai lokasi di Indonesia, yakni Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura. Gateway Cikarang akan menjadi lokasi Stasiun Pusat Pengendali Satelit Primer dan Network Operation Control.
ADVERTISEMENT
Kominfo juga sedang melakukan persiapan pengadaan Remote Terminal Ground Segment (RTGS).
"Direncanakan pada minggu keempat Desember 2023, Satria-1 akan siap beroperasi (ready for service) dan terhubung dengan stasiun Bumi serta siap untuk dihubungkan dengan Remote Terminal Ground Segment (RTGS) di lokasi layanan publik," jelas Adi Rahman Adiwoso, Direktur Utama SNT.
Masyarakat diharapkan bisa menikmati layanan internet dari Satria-1 secara bertahap mulai Januari 2024. Satelit rencananya akan melayani 50 ribu titik layanan publik pada tahap awal ini.