Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Satelit Nusantara Dua yang meluncur malam ini, Kamis (9/4), dari China, gagal mencapai orbit karena kegagalan roket yang membawanya ke angkasa. Satelit ini dimiliki oleh PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera (PSNS), yang merupakan perusahaan patungan PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN ), Indosat Ooredoo, dan PT Pintar Nusantara Sejahtera (PNS).
ADVERTISEMENT
Roket Long March 3B inilah yang gagal membawa Satelit Nusantara Dua ke orbit. Ia gagal selama peluncuran tingkat ketiga di angkasa. Dengan demikian, satelitnya hancur dan puing-puingnya telah jatuh.
Presiden Direktur PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera (PSNS), Johanes Indri Trijatmodjo, mengakui bahwa proses lift off roket sempat berjalan dengan baik. Tetapi kemudian "terjadi anomali ketika memasuki tahap pelepasan roket tingkat tiga, sehingga satelit tidak bisa mencapai orbit yang ditetapkan."
Dia menekankan Satelit Nusantara Dua telah dilindungi oleh asuransi sehingga satelit penggantinya akan dibuat dan diluncurkan dalam beberapa tahun mendatang.
ADVERTISEMENT
“Nusantara Dua telah dilindungi oleh asuransi yang sepenuhnya memberikan perlindungan atas risiko peluncuran dan operasional satelit," kata Johanes dalam pernyataan resmi yang diterima kumparanTECH.
Perusahaan patungan PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera (PSNS) dibentuk sejak 2017 untuk menandatangani pembelian satelit Nusantara Dua.
Spesifikasi Satelit Nusantara Dua
Satelit Nusantara Dua dibuat oleh China Great Wall Industry Corporation dan memiliki berat pada saat diluncurkan 5.550 kilogram dan bobot roket peluncurnya mencapai 425.800 kilogram.
ADVERTISEMENT
Dengan kapasitas 20x36 MHz transponder C-band FSS dan 9.5 gigabits per second (Gbps) HTS, satelit dapat mencakup wilayah seluruh Indonesia, Asia Pasifik, hingga Australia untuk transponder C-band dan seluruh Indonesia untuk HTS.
Nusantara Dua seharusnya memiliki masa hidup hingga 15 tahun dan memiliki teknologi yang sama dengan pendahulunya, satelit Nusantara Satu, yakni membawa Classic Fixed Satellite Service di C-band dan HTS di Ku-band. Dengan itu, satelit menjadi lebih efisien namun tetap memiliki nilai tambah pada kehandalan tautan. Satelit ini pun dapat dimanfaatkan untuk VSAT, broadcast, broadband, backbone, serta backhaul.
Satelit Nusantara Satu sendiri menggunakan platform SSL-1300 140 dan memiliki 52 transponder yang terdiri dari 38 transponder C/Ext-C Band dan 8 spotbeam Ku-Band dengan total kapasitas hingga 15 Gigabits per second (Gbps).
ADVERTISEMENT
Bedanya dengan satelit konvensional, satelit berteknologi high throughput, dapat menangkap dan mengirimkan seluruh frekuensinya ke daerah yang sangat luas berkali-kali menggunakan sejumlah spot beam.
Tragedi Roket Long March 3B
Pada tahun 2009, Satelit Palapa D juga dibawa oleh roket Long March 3B. Ini adalah roket buatan China yang diperkenalkan pada 1996, dengan proses peluncuran yang membutuhkan tiga tingkat pemrosesan.
Kala itu, roket ini mengalami kegagalan parsial tingkat ketiga, dan itu membuat satelit tidak berada di orbit yang telah ditentukan sebelumnya. Palapa D bisa selamat dan berada di orbit setelah dilakukan misi menaikkan orbit. Caranya, dengan menggunakan pendorong on-board di satelit untuk menaikkan diri ke orbit yang diinginkan. Itulah makanya Palapa D masih bisa beroperasi.
ADVERTISEMENT
Tapi, upaya mendorong Satelit Palapa D ke orbit yang sesungguhnya itu memakan banyak bahan bakar dan mengurangi masa pakainya jadi hanya 10 tahun, dari usia sebelumnya 15 tahun.
Usia Palapa D kini sudah 11 tahun. Oleh karenanya, ini sudah waktunya untuk Satelit Nusantara Dua menggantikan Palapa D. Apa daya, Nusantara Dua gagal mengorbit gara-gara Long March 3B yang dulu juga membawa masalah bagi pendahulunya.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!