Satelit Satria-1 Sebar Internet Januari 2024, Layani 50.000 Titik Layanan Publik

19 Juni 2023 8:09 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Satelit Satria-1. Foto: Thales Alenia Space
zoom-in-whitePerbesar
Satelit Satria-1. Foto: Thales Alenia Space
ADVERTISEMENT
Satelit Republik Indonesia 1 (Satria-1) resmi meluncur di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS), pada Senin (19/6) WIB. Satelit baru akan beroperasi menyebarkan internet di Indonesia pada Januari 2024.
ADVERTISEMENT
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menargetkan Satria-1 akan melayani kebutuhan internet di 50 ribu titik layanan publik di Indonesia pada tahap awal. Tahap berikutnya bakal menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Kepala Divisi Satelit dan Juru Bicara Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo, Sri Sanggrama Aradea, mengatakan kebutuhan internet masyarakat Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan hasil kajian Kominfo per 2018, ada kebutuhan akses internet sebesar 1 Mbps untuk 150 ribu titik layanan publik pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) Indonesia.
"Jika dalam desain awal 2018 setiap titik memerlukan 1 Mbps, kini bisa menjadi 4 Mbps. Oleh karena itu, kami secara bertahap menyediakan akses Very Small Aperture Terminal (VSAT) untuk 30 ribu sampai 50 ribu titik layanan publik agar bisa memanfaatkan layanan Satria-1," jelasnya dalam pernyataan resmi.
ADVERTISEMENT
Peluncuran satelit Satria-1 di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS), pada Senin (19/6) WIB. Foto: SpaceX
Satria-1 sendiri diterbangkan oleh roket Falcon 9 milik SpaceX, dan akan menempati slot orbitnya di posisi 146 derajat Bujur Timur (146 BT). Satelit ini tidak bisa langsung beroperasi pasca-peluncuran.
Dia perlu melakukan Electric Orbit Raising (EOR) selama sekitar 145 hari sejak pemisahan satelit dari kendaraan yang membawanya ke angkasa hingga tiba di posisi orbitnya. Kemudian satelit akan melakukan serangkaian tes, seperti In Orbit Testing (IOT), In-Orbit Acceptance Review (IOAR), dan End-to-End Test (E2E Test). Tujuannya untuk memastikan kinerja satelit optimal.
Satria 1 merupakan satelit berteknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) dengan frekuensi Ka-Band. Dia menggunakan platform SpaceBus NEO dan memiliki kapasitas internet mencapai 150 Gbps, membuat Satria-1 menjadi satelit terbesar di Asia dan nomor lima di dunia dari sisi kapasitas untuk kelas di atas 100 Gbps.
ADVERTISEMENT
Satria-1 dibangun dengan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Kominfo, melalui Badan Layanan Umum BAKTI, menetapkan Konsorsium PSN sebagai pemenang tender.
Konsorsium PSN kemudian mendirikan PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) dan menggandeng perusahaan luar angkasa asal Prancis, Thales Alenia Space, untuk merakit Satria-1. Kominfo dan SNT menunjuk SpaceX, perusahaan antariksa milik Elon Musk, sebagai mitra peluncuran Satria-1.