news-card-video
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

SDM Jadi PR Besar Pengembangan AI di Indonesia

11 Maret 2025 13:24 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa UNS yang belajar di kampus BJ Habibie. Foto: UNS
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa UNS yang belajar di kampus BJ Habibie. Foto: UNS
ADVERTISEMENT
Kualitas sumber daya manusia menjadi tugas besar dalam pengembangan artificial intelligence (AI) di Indonesia, menurut organisasi Kolaborasi Riset & Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA).
ADVERTISEMENT
Kehadiran AI perlu disikapi sebagai peluang baru yang seharusnya dapat membuka lapangan kerja baru. Oleh karenanya, penting untuk melakukan penguatan kualitas SDM yang dimulai dari sistem pendidikan sebelum AI diterapkan secara masif di level ketenagakerjaan.
Sri Safitri, Sekretaris Jenderal Partnership KORIKA, mengatakan bahwa penguatan kualitas SDM itu perlu dilakukan dari faktor kemampuan, kapasitas, dan tingkat pendidikan. Pola didik yang didominasi oleh teori perlu diimbangi dengan peristiwa nyata yang terjadi di lapangan.
Sayangnya, jumlah perguruan tinggi yang memiliki program studi khusus AI masih sedikit dan itu memperlihatkan lambatnya sektor akademis dalam menyambut AI. Menurut Sri, sejauh ini program studi AI setidaknya baru ada di 2 kampus, yaitu Binus University dan Telkom University.
ADVERTISEMENT
Dari sisi jumlah tenaga ahli AI, di Indonesia juga masih sedikit jumlahnya. Hal ini tentu akan memengaruhi laju inovasi dan implementasi AI dalam berbagai sektor.
"Tanpa SDM yang berkualitas, pemanfaatan AI di Indonesia berpotensi tertinggal dibandingkan negara lain yang lebih dulu mengembangkan ekosistem AI mereka," ujar Sri, dalam diskusi bertajuk "Masa Depan AI: Mampukah Memperkuat Ekonomi Indonesia?" yang digelar FORWAT di Jakarta, Senin (10/3).
Insaf Albert Tarigan, Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan, mengamini bahwa Indonesia perlu menyempurnakan strategi pemanfaatan AI nasional yang dapat berfungsi sebagai blueprint panduan bagi pemerintah, dan sektor swasta, dalam mengadopsi, mengembangkan, serta mengimplementasi AI.
Bagi pemerintah, kata Albert, memang sangat penting untuk menyusun regulasi yang dapat menjadi payung aturan AI dalam hal hukum, teknologi, dan etika.
ADVERTISEMENT
China dapat menjadi contoh yang tepat bagaimana negara merespons kehadiran gelombang teknologi besar seperti internet dan AI. Ketika internet datang, Negeri Tirai Bambu membuat aturan yang memfilter layanan internet luar untuk dipakai di China daratan. Langkah itu telah terbukti membuat China dapat melahirkan perusahaan raksasa penyedia layanan internet sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Negara ini telah melahirkan Alibaba, Bytedance, Tencent, hingga Baidu.
Dalam menyambut era AI, pemerintah ibu kota Beijing memperkenalkan mata pelajaran kecerdasan buatan untuk siswa SD hingga SMA, yang diterapkan mulai September 2025. Komisi Pendidikan Kota Beijing mengatakan sekolah akan mewajibkan setidaknya delapam jam pelajaran AI per tahun akademik. Mata pelajaran ini dapat diajarkan sebagai kursus mandiri atau diintegrasikan ke dalam kurikulum yang sudah ada, seperti teknologi informasi dan sains.
ADVERTISEMENT
Langkah yang diambil China terbukti mendorong inovasi di negara tersebut, dan mengimbanginya dengan state control, di mana kontennya dapat dikontrol oleh negara.
China juga merespons AI dengan membangun lebih dari 10 sekolah/fakultas integrated circuit (IC) di universitas ternama, untuk mencetak ahli atau insinyur chip generasi baru. Momentum ini diikuti gelombang kepulangan para diaspora, anak bangsa terbaik, ilmuwan, sekaligus pakar chip ternama.