Sejarah Zoom: Dulu untuk LDR, Kini Jadi Cuan saat Pandemi Corona

7 April 2020 6:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Zoom. Foto: Dado Ruvic/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Zoom. Foto: Dado Ruvic/Reuters
ADVERTISEMENT
Eric Yuan, pendiri yang juga CEO startup Zoom Technologies, Inc. mungkin tak membayangkan dapat durian runtuh di awal tahun 2020. Zoom, aplikasi video conference buatan startup-nya itu kini populer di tengah pandemi virus corona yang menjangkiti hampir seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Sejak penerapan physcial distancing oleh banyak negara yang terkena pandemi virus corona, aplikasi Zoom mendadak banyak digunakan untuk menunjang aktivitas belajar dan bekerja di rumah. Tercatat jumlah pengguna harian Zoom naik 1.900 persen sejak Desember 2019.
Padahal pada Desember lalu, tercatat Zoom hanya memiliki jumlah pengguna harian sekitar 10 juta. Kemudian pada akhir Maret lalu, angkanya melambung hingga 200 juta pengguna harian Zoom yang melakukan video conference.
Nilai saham Zoom meroket lebih dari dua kali lipat dalam tiga bulan terakhir, sehingga melesatkan kekayaan pribadi Yuan sebagai CEO. Mayoritas kekayaan Yuan senilai 7,57 miliar dolar AS atau setara Rp 124 triliun berasal dari 19 persen sahamnya di Zoom, menurut Bloomberg Billionaires Index.
CEO Zoom Eric S. Yuan. Foto: Carlo Allegri/Reuters
Yuan kini berada di peringkat ke-192 dalam daftar 500 orang terkaya di dunia versi Bloomberg. Nasib orang memang tidak ada yang tahu, sebelum 2020, bahkan Yuan tidak ada dalam daftar tersebut.
ADVERTISEMENT
Jika melihat ke belakang, ide awal lahirnya Zoom pertama kali berangkat dari hubungan jarak jauh atau long distance relationship (LDR). Sebelum mendirikan Zoom, Yuan adalah wakil presiden di perusahaan peralatan telekomunikasi Cisco Systems. Yuan bekerja untuk perusahaan WebEx yang diakuisisi oleh Cisco pada 2007.
Yuan mendapat ide untuk menciptakan Zoom sambil mencoba menemukan cara untuk membantu hubungan LDR yang ia jalani bersama pacarnya yang saat itu tinggal di China. Menurut Fortune, Yuan dan pacarnya terdaftar di dua perguruan tinggi berbeda yang dipisahkan oleh perjalanan kereta 10 jam. Keduanya kini telah resmi menikah dan dikaruniai tiga orang anak.
“Saya hanya bisa melihatnya dua kali setahun dan butuh lebih dari 10 jam untuk sampai di sana dengan kereta api,” kata Yuan, kepada Forbes pada 2017.
ADVERTISEMENT
“Saya masih muda saat itu 18 atau 19 tahun dan saya pikir itu akan menjadi fantastis jika di masa depan ada perangkat di mana saya bisa mengklik tombol dan melihatnya dan berbicara dengannya," tambahnya.
Video conference menggunakan Zoom. Foto: Dok. Zoom
Business Insider melaporkan, berangkat dari pengalaman itu, memberi Yuan gagasan untuk memasukkan teknologi video ke dalam sistem konferensi berbasis telepon seperti Cisco. Yuan juga ingin membuat sistem konferensi yang lebih ramah pengguna dan menyenangkan untuk digunakan.

Ditolak Cisco, Semangat Bertindak

Yuan memberi Cisco sistem video conference yang baru dan ramah untuk digunakan di smartphone pada tahun 2011. Menurut The Financial Times, ketika itu bosnya menolak, sehingga Yuan meninggalkan Cisco untuk membangun Zoom.
"Cisco lebih fokus pada jejaring sosial, mencoba membuat perusahaan Facebook," kata Yuan, kepada Forbes. “Cisco membuat kesalahan. Tiga tahun setelah saya pergi, mereka menyadari apa yang saya katakan benar.”
ADVERTISEMENT
Istri Yuan sendiri awalnya mempertanyakan keputusannya untuk meninggalkan Cisco. “Saya mengatakan kepadanya, 'Saya tahu ini perjalanan yang panjang dan sangat sulit, tetapi jika saya tidak mencobanya, saya akan menyesalinya," kata Yuan.
Ilustrasi Zoom. Foto: Carlo Allegri/Reuters
Di awal kariernya membangun Zoom, langkahnya memang tidak semulus yang diperkirakan. Yuan tidak bisa meyakinkan investor mana pun untuk mendukung usaha barunya, jadi dia meminjam uang dari teman dan keluarga untuk meluncurkan Zoom.
"Mereka pikir pasar sangat ramai, permainan sudah berakhir," kata Yuan, kepada The Financial Times.
Kerja keras Yuan akhirnya membuahkan hasil pada April 2019, ketika itu ia menjadi miliarder setelah Zoom melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO).
Zoom dilaporkan saat ini memiliki nilai valuasi sebesar 35 miliar dolar AS. Zoom juga memiliki lebih dari 30.000 klien korporat termasuk Samsung, Uber, Walmart, dan Capital One.
ADVERTISEMENT
Jalan Yuan bersama Zoom masih panjang dan terjal. Kini setelah sukses dengan pertumbuhan yang luar biasa, Zoom sedang dihadapkan dengan sejumlah masalah besar, terutama soal privasi dan keamanan pengguna. Dalam wawancara dengan CNN, Yuan mengakui salah langkah dalam pengembangan aplikasi Zoom.
"Kami bergerak terlalu cepat ... dan kami salah langkah. Kami telah mempelajari masalah kami dan kami telah mengambil langkah mundur untuk fokus pada privasi dan keamanan," jelas Yuan, seperti dikutip The Verge.
Ke depannya, aplikasi Zoom kabarnya akan mengaktifkan fitur Passwords dan Waiting Rooms secara langsung sebagai kebijakan baru untuk mengatasi permasalahan banyaknya aksi "Zoombombing" yang meresahkan. Zoombombing adalah aksi di mana hacker menyusup masuk ke dalam suatu video conference dan menebar ujaran kebencian atau gambar porno.
ADVERTISEMENT
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!