Sepak Terjang Penggemar K-Pop Tolak Omnibus Law hingga Mendunia

6 Oktober 2020 18:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi K-popers. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi K-popers. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI telah mengesahkan RUU Cipta Kerja atau yang dikenal Omnibus Law di tengah penolakan dari berbagai kalangan, termasuk warganet. Aturan sapu jagat tersebut digadang-gadang dapat merugikan masyarakat, sehingga gencar mendapatkan penolakan.
ADVERTISEMENT
Penolakan keras terhadap pengesahan UU Cipta Kerja terjadi di media sosial Twitter. Tagar seperti #MosiTidakPercaya, #TolakOmnisbusLaw, dan lainnya menghiasi daftar trending topic Twitter Indonesia, dan bahkan sampai level worldwide atau global.
Pakar media sosial dari Drone Emprit and Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, melihat ada yang unik dalam gerakan penolakan UU Omnibus Law di Twitter.
Dalam analisisnya dari peta percakapan di Twitter pada 5 Oktober 2020 periode jam 17.00 - 22.00 WIB, waktu di mana UU Cipta Kerja disahkan oleh DPR, memperlihatkan pola yang menarik. Kubu kontra diisi oleh fans penggemar musik pop Korea (K-Pop), atau disebut K-popers ramai mencuitkan penolakan.
Massa dari Gabungan Serikat Buruh Indonesia menggelar unjuk rasa tolak RUU Omnibus Law Cipta Kerja (Cika) di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (9/3). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
"Hanya ada satu cluster besar, cluster KONTRA Omnibus Law. Akun2 akademisi, BEM, LSM, aktivis, serta K-Popers, semua bersatu saling dukung dalam cluster ini," jelasnya dalam tweet yang diizinkan dikutip oleh kumparan.
ADVERTISEMENT
Ismail memaparkan, tagar penolakan Omnibus Law muncul sejak pukul 17.00 WIB 4 Oktober 2020 dengan beragam hashtag #MosiTidakPercaya, #TolakOmnisbusLaw, #BatalkanOmnibusLaw, #GagalkanOmnibusLaw dan lainnya. Kemudian hashtag tersebut memuncak pada 5 Oktober 2020 pukul 21.00 WIB, dengan jumlah mention mencapai 56.000.
Dijelaskan oleh Ismail, beberapa hashtag terkait penolakan terhadap UU Cipta Kerja yang menjadi trending topic dunia tersebut digaungkan oleh akun-akun dengan avatar selebritas atau musisi Korea ini.
"Salah satu cuitan dari akun K-popers yang paling banyak di-share, dan juga di-support oleh akun aktivis lain adalah dari @ustadchen berikut. Diapun menulis K-Popers Strike Back. Thread pendek tentang Omnibus Law yang dibuatnya mendapat banyak RT," tulis Ismail.
Situs trends24 mencatat, dua tagar yang bertahan lama menjadi trending topic world wide adalah #MosiTidakPercaya dan #TolakOmnisbusLaw. Ratusan tweet tercatat menyuarakan dua tagar tersebut di Twitter.
ADVERTISEMENT
Dalam kesimpulannya, Ismail mengatakan secara demografi, K-Popers merupakan generasi pengguna media sosial terbanyak. Mereka membentuk sebuah cluster bersama akademisi, BEM, aktivis, LSM, media, dan oposisi untuk saling berinteraksi dalam satu jaringan, sehingga membuat tagar #MosiTidakPercaya dan hashtag lain menjadi trending topic dunia.

Gerakan K-Popers di dunia politik

Gerakan K-Popers di dunia politik bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, fans K-Pop dan pengguna aplikasi TikTok mengklaim telah menyabotase kampanye Donald Trump di Tulsa, Oklahoma, AS, pada Minggu (21/6).
Mereka ramai-ramai mendaftar online sebagai peserta kampanye, tetapi sengaja tak hadir. Dari 19 ribu tempat duduk di COK Center, ternyata banyak yang tak terisi, dengan perkiraan peserta yang hadir di lokasi hanya 6.200 orang.
ADVERTISEMENT
Fans K-Pop juga menjadi sorotan karena menaikkan hashtag yang menentang gerakan Black Lives Matter. Mereka juga menyerang aplikasi Departemen Kepolisian Dallas dengan meminta bukti aktivitas ilegal selama protes dilakukan.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.