Sistem Baru Monetize YouTube, Penyebab YouTuber Tembaki Kantor YouTube

6 April 2018 9:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang anak sedang membuka YouTube. (Foto: Beawiharta/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anak sedang membuka YouTube. (Foto: Beawiharta/Reuters)
ADVERTISEMENT
Dahulu YouTube adalah surga bagi para kreator konten untuk menghasilkan uang. Namun sejak 20 Februari 2018, YouTube mengubah dan menerapkan aturan baru dalam sistem monetize-nya, sehingga YouTuber semakin sulit mendapatkan uang di platform berbagi video ini.
ADVERTISEMENT
Aturan baru tersebut menerapkan syarat bahwa untuk bisa meraup laba dari iklan harus memiliki 1.000 subscriber dan jumlah penayangan 4.000 jam selama 12 bulan terakhir. Kebijakan ini berlaku bagi akun YouTube baru maupun yang sudah lama.
Sistem monetize diperbarui karena banyak pengguna menyalahgunakan layanan YouTube untuk menyebarkan konten negatif, seperti video terorisme, pelecehan anak di bawah umur, hingga kasus YouTuber Logan Paul yang menampilkan mayat korban bunuh diri di hutan Aokigahara, Jepang.
"Karena kami terus melindungi platform kami dari penyalahgunaan, kami ingin mengingatkan Anda untuk mengikuti kebijakan program Kebijakan, Kebijakan Dasar dan Kebijakan YouTube, Persyaratan Layanan, dan Kebijakan Google AdSense, karena hal ini dapat menyebabkan penghapusan dari YouTube Partner Program," tulis Chief Product Officer, Neal Mohan, dan Chief Business Officer, Robert Kyncl, dalam publikasi di blog resmi YouTube.
Penembakan di kantor Youtube. (Foto: Josh Edelson/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Penembakan di kantor Youtube. (Foto: Josh Edelson/AFP)
Selain persyaratan, YouTube juga melakukan sejumlah tindakan jika YouTuber kedapatan membuat konten yang dinilai tidak pantas untuk ditampilkan. Tindakan tersebut melalui beberapa tahapan.
ADVERTISEMENT
"Jika ada seseorang atau kreator yang melakukan sesuatu mengerikan atau perilaku buruk yang dapat mempengaruhi banyak orang dan sebagainya, kami akan melakukan dua tindakan, yang pertama penghapusan izin monetisasi premium kami dan kemudian menahan semua tayangan, dan kemudian jika lebih banyak pola perilaku yang buruk, kami akan menangguhkan monetisasi," jelas CEO YouTube Susan Wojcicki, dilansir Recode.
Susan Wojcicki, CEO YouTube. (Foto: Susan Wojcicki/Twitter)
zoom-in-whitePerbesar
Susan Wojcicki, CEO YouTube. (Foto: Susan Wojcicki/Twitter)
Aturan baru tersebut membuat banyak YouTuber berang terhadap YouTube, salah satunya adalah Nasim Najafi Aghdam, perempuan asal Iran berusia 39 tahun dan penduduk San Diego, California, AS.
Nasim merasa aturan baru ini tidak adil dan semakin mempersulit dirinya menghasilkan uang lewat YouTube. Bahkan YouTube juga diklaim telah memangkas angka view di channel-nya.
"YouTube menyaring Channel saya dan membuat konten saya sulit mendapatkan views," tulis Nasim dalam situsnya dilansir AP.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada peluang pertumbuhan yang adil di YouTube atau situs berbagi video lainnya. Channel-mu akan berkembang hanya jika mereka menginginkannya."
Nasim Najafi Aghdam, penembak di kantor YouTube. (Foto: Facebook)
zoom-in-whitePerbesar
Nasim Najafi Aghdam, penembak di kantor YouTube. (Foto: Facebook)
Nasim sendiri adalah seorang kreator di YouTube yang suka membuat konten yang terdiri dari berbagai tema, mulai dari aksinya bergoyang di sebuah lagu hingga video tutorial olahraga, seperti senam lantai.
Ayah Nasim, Ismail Aghdam, membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan bahwa putrinya begitu marah terhadap platform streaming video tersebut karena mengubah kebijakan monetisasinya dan tidak lagi membayar video-video yang diunggah Nasim.
Kemarahan tersebut pun berujung pada insiden penembakan yang Nasim lakukan di kantor YouTube di San Bruno, California, pada Selasa (4/4) lalu, yang melukai setidaknya tiga karyawan. Setelah melakukan aksinya, Nasim pun memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan menembakkan senjata api ke kepalanya.
ADVERTISEMENT
Perubahan kebijakan monetize ini tidak akan mencegah pengguna upload konten negatif, namun justru mempersulit pengguna yang mengandalkan hidupnya dari penghasilan yang didapat dari YouTube. Ini bisa saja membuat pengguna menjadi semakin frustasi dalam berkreasi, hingga akhirnya melakukan hal nekat seperti yang dilakukan Nasim.