Social Commerce, Tren Belanja Online di Media Sosial yang Cuan saat Pandemi

8 September 2021 16:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi belanja online Foto: dok.Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi belanja online Foto: dok.Shutterstock
ADVERTISEMENT
E-commerce saat ini bisa dibilang merupakan menjadi salah satu platform andalan masyarakat untuk belanja online. Namun di sisi lain, social commerce juga menunjukkan peningkatan yang pesat terlebih saat pandemi, membantu UMKM meningkatkan penjualan mereka.
ADVERTISEMENT
Yang dimaksud dari social commerce adalah aktivitas jual beli yang dilakukan melalui platform media sosial, seperti Facebook, Instagram, Whatsapp, dan Line. Masyarakat tidak hanya sekadar berinteraksi di media sosial saja, tetapi mereka juga bisa mendapatkan cuan dari menjajakan barang dagangannya di platform tersebut.
Brian Marshal, Founder & CEO Sirclo yang merupakan startup solusi e-commerce melihat pertumbuhan yang baik dari perkembangan social commerce secara global, termasuk Indonesia. Menurut Brian, meski social commerce bukanlah hal baru, pertumbuhannya berkembang pesat saat pandemi.
"Ya, saya pikir, pertama-tama, terjadi pertumbuhan social commerce yang luar biasa untuk Indonesia. Saya tidak akan mengatakan secara spesifik bahwa social commerce adalah sesuatu yang baru. Namun, itu baru perkembangan pesat tahun ini dan tumbuh seperti itu," kata Brian dalam sesi diskusi di Wild Digital Indonesia 2021, Rabu (8/9).
Konferensi Wild Digital Indonesia 2021, Rabu (8/9). Foto: Wild Digital
Steven Wongsoredjo, Co-Founder & CEO Super, salah satu platform social commerce dari Indonesia mengatakan, saat ini masyarakat Indonesia senang berbelanja dengan orang yang mereka kenal, sehingga menimbulkan kepercayaan dalam proses jual-beli.
ADVERTISEMENT
"Mereka akan senang untuk membeli dari orang-orang yang mereka kenal dan inilah temuan kami ketika kami membangun platform social commerce yang menyasar target masyarakat pedesaan. Namun, salah satu tantangan terbesar selalu infrastruktur. Proses logistik dan distribusi menjadi tantangan tersendiri," terang Steven di acara yang sama.

Social commerce bisa ancam e-commerce

Aplikasi Super juga memiliki saingan dari platform media sosial, seperti Facebook, WhatsApp, dan Instagram yang mulai menggerakkan tren social commerce. Sebut saja yang paling segar baru-baru ini, Instagram meluncurkan fitur Instagram Shopping. Kemudian WhatsApp juga mengembangkan platform WhatsApp Business untuk membantu usaha UMKM di Indonesia.
Brian mengatakan, salah satu alasan banyak bisnis memanfaatkan media sosial adalah karena memungkinkan interaksi yang lebih personal dengan konsumen. Melalui Instagram, misalnya, penjual dapat berkomunikasi lewat berbagai fitur, mulai dari posting-an foto atau video, Instagram Stories, kolom komentar, maupun DM.
Instagram mengubah desain tampilan layar utama, serta menambah tombol Reels dan Shopping. Foto: Instagram
"Riset menunjukkan, sebanyak 74 persen konsumen mengandalkan media sosial untuk membuat keputusan dalam membeli barang. Dengan adanya interaksi secara langsung, kamu bisa meningkatkan kepercayaan konsumen sehingga mereka lebih yakin untuk membeli produk yang kamu jual," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Social commerce masih bisa terus tumbuh dan bahkan bisa mengancam platform e-commerce. Satu hal yang sedikit perkembangan social commerce agak lambat tumbuhnya di Indonesia, karena layanan belanja di Instagram, Facebook, maupun WhatsApp Business masih membutuhkan platform ketiga untuk melakukan transaksi pembayaran.
Misalnya untuk berbelanja di Instagram Shopping dan WhatsApp Business, pengguna harus melakukan transaksi pembayaran di situs resmi toko yang sudah terintegrasi. Hal terjadi karena layanan pembayaran Facebook Pay belum beroperasi di Indonesia. Mungkin, jika sudah mendapatkan izin beroperasi, akan memudahkan pengguna berbelanja di kedua platform media sosial tersebut dan lebih sempurna menjadi social commerce.