Sony PHK Karyawan PlayStation, Pamor Konsol PS Mulai Turun?

3 Maret 2024 10:43 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Antrean pre-order PlayStation 5 di Hong Kong. Foto: AP Photo/Kin Cheung
zoom-in-whitePerbesar
Antrean pre-order PlayStation 5 di Hong Kong. Foto: AP Photo/Kin Cheung
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sony dikabarkan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 900 karyawan, atau 8 persen dari total pegawai secara global. Pemecatan ini berdampak setidaknya di AS, Eropa, Timur Tengah, Jepang, hingga Asia Pasifik. Pengurangan karyawan dilakukan setelah perusahaan gagal memenuhi target penjualan PlayStation 5 (PS5).
ADVERTISEMENT
Sony hanya mencatat penjualan 8,2 juta unit PS5 selama kuartal ketiga 2023 dalam laporan keuangan terbarunya, 1 juta unit lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya. Perusahaan kini mematok target total penjualan PlayStation 5 selama 2023 di angka 21 juta unit, turun dari 24 juta unit, yang laporannya baru akan diumumkan pada Maret 2024 mendatang.
Pendapatan game Sony pada kuartal ketiga 2023 memang tembus 9,3 miliar dolar AS atau naik 16 persen daripada periode yang sama tahun lalu. Namun, pendapatan operasionalnya justru turun 26 persen menjadi 572 juta dolar AS. Pendapatan yang merosot itu berimbas pada harga saham Sony yang anjlok sebesar 10 miliar AS per 27 Februari 2024.
ADVERTISEMENT
“Oleh karena itu, kami akan lebih menekankan keseimbangan antara profitabilitas dan penjualan. Dan oleh sebab itu, kami memperkirakan laju penjualan tahunan perangkat keras PS5 akan mulai menurun pada tahun fiskal berikutnya," ujar Matsuoka, mengutip Bloomberg.

Popularitas Konsol Game PlayStation Menurun?

Menurut Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital di Center of Economic and Law Studies (CELIOS), ada beberapa faktor kenapa penjualan konsol PlayStation 5 menurun di pasaran. Pertama, persaingan dari industri game saat ini sudah semakin ketat.
Persaingan tersebut terjadi mulai dari developer, publisher, hingga penyedia game konsol. Bahkan tidak hanya Sony, Microsoft pun terkena imbas dari persaingan bisnis konsol game ini.
Selain itu, perkembangan zaman yang sangat cepat membuat teknologi game konsol semakin tergerus. Game-game yang dulunya hanya bisa dimainkan di PS atau Xbox, sekarang bisa dimainkan di komputer (personal computer/PC) dan smartphone.
Penjualan PlayStation 5. Foto: Charly Triballe/AFP
“Konsumen juga tidak menjadi konsumen yang ‘jika keluar konsol baru, harus beli’ karena sudah ada update version baik yang resmi atau tidak resmi. Jadi praktis penjualan mereka menurun,” ujar Huda saat dihubungi kumparan, Jumat (1/3).
ADVERTISEMENT
Sony pun sudah mulai beralih membidik pengguna komputer. Hal ini terlihat dari game eksklusif konsol mereka, seperti seri Final Fantasy atau seri The Last of Us, sudah di-porting atau dirilis versi PC-nya beberapa waktu lalu.
Presiden Sony, Hiroki Totoki, bahkan sudah membahas peluang untuk mengembangkan game PlayStation di PC pada awal bulan ini. Artinya, Sony mulai membuka kesempatan menyalurkan sumber dayanya untuk sektor PC dan smartphone.
Persaingan di sektor game konsol yang diungkapkan Huda memang bukan isapan jempol belaka, dan akan semakin ketat di 2024. Laporan Bloomberg menyebut Nintendo dan Microsoft, selaku kompetitor Sony, akan meluncurkan konsol game baru dalam waktu dekat.
Microsoft dikabarkan akan merilis Xbox Series S versi lebih baru dan Xbox Series X versi tanpa kaset disk yang dikenal dengan nama kode 'Brooklin' dan memiliki kapasitas penyimpanan dua kali lipat dari model yang ada. Ditambah, Microsoft punya Game Pass, paket langganan yang memungkinkan pengguna bisa main banyak game dengan harga mulai dari Rp 50 ribu per bulan, lebih murah dibandingkan membeli game PSS fisik atau digital secara satuan yang harga game barunya bisa mencapai di atas Rp 700 ribu.
ADVERTISEMENT
"Jika pertumbuhan platform (PS5) sudah mencapai puncaknya maka prospeknya bisa jauh lebih suram daripada apa yang kami bayangkan untuk bisnis game-nya," kata Amir Anvarzadeh, ahli strategi pasar ekuitas Jepang dari Asymmetric Advisors, dikutip dari Bloomberg.
Logo PlayStation dan Xbox. Foto: Christian Petersen\Getty Images
Sementara itu, Nintendo diperkirakan akan merilis penerus dari konsol Switch yang sudah menginjak usia tujuh tahun. Sony sendiri belum ada kabar akan merilis PS5 versi Pro, atau PS6 sebagai generasi barunya.
Huda menambahkan, game industri berbasis online juga tergerus akibat pengembangan yang diluar fokus game tanpa membangun ekosistem yang kuat, terutama di Indonesia. Menurut Huda, jika Sony mampu membangun ekosistem yang kuat, perkembangan game justru dapat dilakukan oleh pihak ketiga.
“Dari situ, tantangan sebenarnya adalah menciptakan ekosistem game di Indonesia. Adanya ekosistem yang baik akan membuat pengembangan game semakin mandiri. Pemain akan punya kreasi tersendiri atas game yang dimainkan,” katanya.
ADVERTISEMENT
“Nah, ekosistem seperti diciptakan apakah dengan gelontoran uang semata? Tidak, justru ekosistem komunitas ini timbul dari bawah. Komunitas game bola, ya, mereka muncul dari rental-rental PS. Game online juga sama muncul dari lapisan paling bawah. Jika tidak ada gerakan komunitas seperti itu, saya rasa sulit mendapatkan pendanaan jumbo.”
PHK yang dilakukan Sony telah menambah daftar panjang raksasa teknologi yang melakukan pemangkasan karyawan pada awal 2024. Sebelumnya, Microsoft sudah merumahkan 9 persen karyawannya di unit gaming pada Januari 2024, setelah mengakuisisi Activision Blizzard. Kemudian pada awal bulan ini, Cisco dan DocuSign juga mengumumkan pengurangan pegawai.

Gamer masih setia main PS5

Meski pamor PlayStation terus tergerus di pasar gaming, enggak sedikit orang yang tetap setia memainkannya. Salah satunya adalah Jofie Yordan, pria berusia 30 tahun yang bekerja sebagai karyawan swasta di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparan, Jofie bercerita dirinya sudah berkenalan dengan PS sejak duduk dibangku sekolah dasar. Semua konsol PlayStation sudah pernah dicoba, mulai dari PS1, PS2, hingga yang terbaru PS5. Jofie bilang, main game PS bukan sekadar untuk mengisi waktu luang, tapi sudah menjadi hobi.
“Karena hobi. Memang dari dulu hobi main game, dari kecil sampai sekarang gaming masih tetap menjadi aktivitas menyenangkan buat gue,” ujar Jofie.
Controller DualSense untuk PlayStation 5. Foto: Summer Game Fest, Geoff Keighley
Selain hobi, banyaknya game eksklusif yang dirilis PlayStation menjadi alasan lain kenapa Jofie masih setia memainkan konsol tersebut sampai saat ini. Dia senang menjadi orang pertama yang bisa mencicipi game baru besutan PlayStation, seperti God of War, The Last of Us, FIFA, NBA, Spider-Man, hingga Final Fantasy 7 Rebirth yang baru dirilis pada 29 Februari 2024 kemarin.
ADVERTISEMENT
“Jadi game-game tersebut memang dirilis khusus di PlayStation saja. Walaupun akhirnya dirilis di platform lain, seperti PC. Tapi itu baru (bisa dimainkan di PC) beberapa tahun setelahnya dirilis. Jadi memang awalnya eksklusif di PlayStation saja. Ini yang masih menarik dari PS, dari game-game eksklusifnya dibandingkan konsol lain,” papar Jofie.
Dalam sehari, Jofie bisa menghabiskan waktu 2 sampai 5 jam bermain PS5. In dilakukan selepas kerja atau saat ada waktu luang. Meski harga satu game PS5 bisa mencapai Rp 1 juta, Jofie tidak keberatan untuk menyisihkan uangnya demi membeli game baru yang dirilis PlayStation, apalagi game bergenre action adventure atau RPG.
Nah, kalau kamu, apakah termasuk orang yang setia main PlayStation? Atau sudah beralih ke game PC atau mobile?
ADVERTISEMENT