Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Suara Investor Uber Terpecah: Mendukung dan Memusuhi Travis Kalanick
13 Agustus 2017 14:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Suara dari para pemegang saham Uber yang duduk di jajaran dewan direksi, terpecah menjadi dua, antara mendukung dan menjadi penentang Travis Kalanick, sang pendiri dan mantan CEO Uber yang sebelumnya ditendang oleh para investor.
Benchmark Capital, yang saat ini memiliki saham Uber sebesar 13 persen dan menguasai 20 persen hak suara, telah mengajukan gugatan hukum ke Travis Kalanick dan Uber.
Gugatan hukum diajukan di pengadilan Delaware pada Kamis (10/8), dengan klaim Kalanick tidak menghormati persyaratan pengunduran dirinya dan telah berusaha mengubah susunan dewan direksi untuk keuntungannya sendiri, serta berencana mempertahankan kekuasaannya di perusahaan walau sudah dipaksa mengundurkan diri sebagai CEO pada Juni lalu.
Menurut sumber yang dekat dengan masalah ini, gugatan hukum ini dipicu oleh sikap Kalanick yang belum menandatangani kesepakatan yang dibuatnya dengan investor, termasuk Benchmark, saat dia dipaksa mundur dari CEO pada Juni lalu.
Loyalis Travis Kalanick
Langkah ini ternyata dikritisi oleh para pemegang saham Uber yang lain. Mereka mengirim surat kepada Benchmark yang pada intinya meminta agar perusahaan modal ventura itu turun dari dewan direksi Uber dan melakukan divestasi saham.
Mereka yang menentang Benchmark dan tampaknya menjadi loyalis Kalanick, antara lain adalah Shervin Pishevar dari Sherpa Capital, Ron Burkle dari Yucaipa Companies, dan Adam Leber dari Maverick.
Dalam surat tersebut, para pemegang saham Uber mengutuk keputusan Benchmark yang dengan sangat kuat meminta Kalanick turun, lalu berusaha menyingkirkannya dari kursi dewan direksi jalur hukum.
ADVERTISEMENT
Kalanick dilaporkan melakukan sejumlah upaya agar ia bisa kembali duduk sebagai CEO Uber. Dia mengatakan ke beberapa orang akan melakukan hal yang pernah dilakukan Steve Jobs di Apple.
Jobs diketahui ditendang dari kursi CEO dan Apple ketika performa perusahaan sedang turun. Tetapi Jobs tidak tinggal diam, dia mendirikan perusahaan baru dan berkarya, sehingga akhirnya dia bisa kembali ke Apple dan meluncurkan sejumlah produk revolusioner yang membawa Apple jadi perusahaan paling bernilai di dunia.
Namun, gosip soal ambisi Kalanick untuk kembali duduk di kursi CEO, dibantah oleh sahabat sekaligus rekan seperjuangan Kalanick ketika mendirikan Uber, Garrett Camp. Dalam sebuah email yang dikirimkan ke karyawan Uber pada Senin (7/8), Camp, yang juga duduk sebagai anggota dewan direksi, mengatakan bahwa Kalanick tidak akan kembali mengisi peran CEO.
"Pencarian CEO kami adalah prioritas utama dewan," tulis Camp dalam email tersebut. "Inilah saatnya untuk babak baru dan pemimpin yang tepat untuk fase pertumbuhan kita selanjutnya. Terlepas dari rumor yang saya yakin sudah Anda lihat dalam berita, Travis tidak kembali sebagai CEO. Kami berkomitmen untuk merekrut CEO kelas dunia untuk memimpin Uber."
ADVERTISEMENT
Segala gejolak yang saat ini sedang terjadi di Uber, dikhawatirkan bakal mengganggu fokus perusahaan dalam mencari CEO baru kelas dunia, juga mengganggu penggalangan dana.
Orang-orang loyalis Kalanick ini pada akhirnya meminta Benchmark untuk keluar dari dewan direksi dan tentu saja, melepas sahamnya yang tersisa di Uber. Benchmark disarankan untuk menjual minimal 75 persen kepemilkan saham.
"... dan dengan ini meminta Benchmark untuk melepaskan perwakilannya dari dewan direksi dan segera melepaskan sahamnya di perusahaan sehingga tidak lagi memiliki hak suara," tulis investor lain yang menentang Benchmark.