Sudah Meluncur, Satelit Satria-1 Akan Mengorbit di Atas Pulau Papua

19 Juni 2023 9:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Satelit Satria-1 lepas dari wahana yang diluncurkan roket Falcon 9 untuk terbang menuju slot orbit di posisi 146 derajat Bujur Timur di atas Pulau Papua. Foto: SpaceX/YouTube
zoom-in-whitePerbesar
Satelit Satria-1 lepas dari wahana yang diluncurkan roket Falcon 9 untuk terbang menuju slot orbit di posisi 146 derajat Bujur Timur di atas Pulau Papua. Foto: SpaceX/YouTube
ADVERTISEMENT
Satelit Republik Indonesia 1 atau Satria-1 sudah meluncur ke angkasa dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS) pada Senin (19/6). Satelit akan menempati slot orbitnya di posisi 146 derajat Bujur Timur (146° BT) di atas Pulau Papua.
ADVERTISEMENT
Satria-1 semula dijadwalkan meluncur pada Minggu (18/6) pukul 18.04 waktu setempat, atau Senin (19/6) pukul 05.04 WIB. Namun peluncuran tertunda 17 menit sehingga satelit baru diterbangkan pada Minggu (18/6) pukul 18.21 waktu AS, atau Senin (19/6) pukul 05.21 WIB.
Plt Direktur Utama Badan Aksesibiiltas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Arief Tri Hardiyanto, mengatakan selanjutnya Satria-1 akan dipantau oleh Thales Alenia Space untuk memastikan seluruh perangkat bisa berfungsi dengan baik pasca-peluncuran. Thales Alenia Space merupakan perusahaan luar angkasa asal Prancis yang merakit Satria-1.
Ilustrasi satelit Satria-1. Foto: Thales Alenia Space
Setelah meluncur, Satria-1 akan melakukan Electric Orbit Raising (EOR) selama sekitar 145 hari sejak pemisahan satelit dari kendaraan yang membawanya ke angkasa hingga tiba di posisi orbitnya. Kemudian satelit akan melakukan serangkaian tes, seperti In Orbit Testing (IOT), In-Orbit Acceptance Review (IOAR), dan End-to-End Test (E2E Test) untuk memastikan kinerja satelit optimal.
ADVERTISEMENT
"Mudah-mudahan semua perangkat yang ada di Satria-1 dapat bekerja dengan baik solar cell dan antenanya. Dan bisa terkendali dari stasiun Bumi," kata Arief.
Satria-1 akan memiliki 11 stasiun Bumi atau Gateway yang tersebar di berbagai lokasi di Indonesia, yakni Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura. Gateway Cikarang akan menjadi lokasi Stasiun Pusat Pengendali Satelit Primer dan Network Operation Control.
Kominfo juga sedang melakukan persiapan pengadaan Remote Terminal Ground Segment (RTGS).
Satria-1 dijadwalkan beroperasi menyebarkan internet di Indonesia pada Januari 2024. Kominfo menargetkan satelit ini akan melayani kebutuhan internet di 50 ribu titik layanan publik di Indonesia pada tahap awal, dengan tahap berikutnya bakal menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Kalau mulai beroperasinya Satria-1 untuk titik awal 10 Gbps yang kita miliki rencananya di awal tahun 2024," pungkas Kepala Divisi Satelit dan Juru Bicara BAKTI Kominfo, Sri Sanggrama Aradea.
Satelit Satria-1 milik Indonesia meluncur ke angkasa menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS) pada Senin (19/6). Foto: SpaceX/YouTube

Satria-1, Satelit dengan Kapasitas Internet Terbesar di Asia

Satria 1 merupakan satelit berteknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) dengan frekuensi Ka-Band. Dia dibangun menggunakan platform SpaceBus NEO dengan kapasitas internet yang disediakan mencapai 150 Gbps, membuat Satria-1 menjadi satelit terbesar di Asia dan nomor lima di dunia dari sisi kapasitas untuk kelas di atas 100 Gbps.
Satelit ini dibangun dengan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Kominfo, melalui Badan Layanan Umum BAKTI, menetapkan Konsorsium PSN sebagai pemenang tender yang kemudian mendirikan PT Satelit Nusantara Tiga (SNT). Kominfo dan SNT lantas menggandeng Thales Alenia Space untuk perakitan satelit dan menunjuk SpaceX, perusahaan antariksa milik Elon Musk, sebagai mitra peluncuran Satria-1.
ADVERTISEMENT
Satelit diujukan untuk buka akses internet ke area yang gak bisa dijangkau BTS maupun fiber optik seperti di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) Indonesia. Prioritas utamanya adalah layanan publik pendidikan, kesehatan, pemerintah, serta TNI dan Polri.