Tantangan Membangun Startup Menurut CEO Bukalapak Achmad Zaky

2 Maret 2018 9:06 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pendiri dan CEO Bukalapak, Achmad Zaky (Foto: Bukalapak)
zoom-in-whitePerbesar
Pendiri dan CEO Bukalapak, Achmad Zaky (Foto: Bukalapak)
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi tidak hanya mengubah gaya hidup masyarakat saja, tetapi juga mendorong perubahan industri perekonomian. Sekarang banyak perusahan rintisan atau yang dikenal dengan startup bermunculan untuk menjawab kebutuhan konsumen, dan tentunya dengan memanfaatkan teknologi.
ADVERTISEMENT
Semangat startup-startup baru yang diinisasi berbagai pemuda di Indonesia perlu diapresiasi. Ini menunjukkan Indonesia memiliki potensi besar, apalagi jika kita melihat sekarang ada empat startup Indonesia yang telah menyandang unicorn, alias memiliki valuasi lebih dari 1 miliar dolar AS.
Namun, tentu saja membangun startup itu tidak mudah. Ada banyak aral melintang yang akan dihadapi, apalagi kalau memiliki ambisi besar dan ingin menjadi startup unicorn.
CEO yang juga pendiri Bukalapak, Achmad Zaky, memberikan beberapa pandangannya dalam membangun startup saat menjadi pembicara di acara Youth Town Hall 'The Future of Work' bersama Managing Director IMF, Christine Lagarde, di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Kamis (2/3).
Ia melihat ada pandangan yang harus diubah dalam membangun serta mengelola startup.
ADVERTISEMENT
"Saya pikir adaptasi ya sebagai startup kita harus bisa adaptasi terhadap budaya. Kita punya budaya yang bebas, seperti CEO itu bisa semua orang menjadi CEO-nya sendiri. Ini susah untuk mengubah kebiasaan, setelah lama kita terpapar dengan kebiasaan lama," jelasnya.
Achmad Zaky dan Christine Lagarde di Yogyakarta. (Foto: Bianda Ludwianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Achmad Zaky dan Christine Lagarde di Yogyakarta. (Foto: Bianda Ludwianto/kumparan)
Di hadapan para mahasiswa yang hadir, Zaky mengungkapkan dalam membangun startup harus dipikirkan juga dampak positif yang bisa diberikan untuk masyarakat, bukan hanya soal uang semata.
"Ketika saya membuka Bukalapak itu 8 tahun lalu, saya fokus pada dampak positif yang bisa diberikan. Tapi, maksud saya adalah jangan fokus kepada uang saja. Uang adalah alat. Tetapi jika kamu hanya memikirkan uang, jika tidak punya uang maka kamu akan miskin, tapi kalau punya uang mau jadi apa? Saya pikir mahasiswa UGM gampang mendapatkan uang, tapi bila sekarang tidak diimbangi dengan dunia kerja yang ada. Nanti akan kesulitan juga," katanya.
ADVERTISEMENT
Pengalaman pribadi diakui Zaky sebagai salah satu hal yang menjadi inspirasinya dalam membangun Bukalapak. Ia bercerita bagaimana di tempatnya lahir, ada banyak bisnis-bisnis kecil yang berjalan. Dan Zaky punya mimpi untuk mereka.
Di usianya yang telah mencapai 8 tahun, Bukalapak memiliki sekitar 1.200 karyawan dan juga lebih dari 2,2 juta pelapak yang telah bergabung. Bagi Zaky, karyawan adalah aset utama perusahaan terlebih startup. Karyawan harus sangat diperhatikan untuk memberikan inovasi yang menguntungkan perusahaan.
ADVERTISEMENT
"Inovasi dibuat orang, maka kita investasi di orang. Paling besar aset adalah orang, jadi kita buat karyawan kita nyaman, seperti gratis makan siang dan malam. Kita punya matriks, semua orang punya matriks, jika semua melakukan kesalahan maka di situ kita benahi, kita punya 6 bulan untuk evaluasi," ungkap pria berkacamata itu.
Salah satu ruang kantor Bukalapak di Jakarta. (Foto: Bukalapak)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu ruang kantor Bukalapak di Jakarta. (Foto: Bukalapak)
Lalu bagaimana caranya Bukalapak merekrut karyawan teraik untuk menjadi aset terbesarnya? Zaky sedikit membocorkannya untuk mereka yang ingin bergabung dengan Bukalapak.
"Ada 2 pilihan, pertama sikap atau attitude yang baik untuk rendah hati untuk mempelajari hal baru, ini adalah sikap yang penting karena kunci untuk belajar. Kedua, high speed untuk mempelajari banyak hal seperti coding, marketing, dan lainnya yang diperlukan untuk skill bekerja. Dunia berubah cepat, dan kita harus antisipasi. Jaman dulu kita tidak main snapchat, tapi sekarang semua anak-anak muda pernah memainkan," tutupnya.
ADVERTISEMENT
Saat merayakan ulang tahunnya ke-8 pada Januari lalu, Zaky mengungkapkan berbagai mimpi Bukalapak untuk menjadi perusahaan yang berfokus pada riset teknologi, seperti kecerdasan buatan, drone delivery, machine learning, IoT, hingga blockchain.
Tak sekadar mimpi, Bukalapak ingin benar-benar mewujudkannya dengan rencana awal membuka kantor riset teknologi di Bandung.