Teknologi Layar Waterfall, Tren Smartphone Flagship di 2020

3 Maret 2020 9:36 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Teknologi layar 'air terjun' dari Oppo. Foto: Oppo
zoom-in-whitePerbesar
Teknologi layar 'air terjun' dari Oppo. Foto: Oppo
ADVERTISEMENT
Smartphone layar lengkung (waterfall screen) sempat jadi kontroversi pada awal kemunculannya beberapa tahun lalu karena bentuknya yang dianggap aneh. Teknologi ini membuat smartphone memiliki layar bezel-less, bahkan layarnya itu melengkung hingga ke bodi samping ponsel.
ADVERTISEMENT
Namun, tampaknya sejumlah produsen smartphone global, khususnya yang asal China, sepakat bahwa desain layar ini akan menjadi tren di tahun 2020.
Kita dapat melihat tren waterfall screen dari beberapa smartphone flagship yang dirilis pada awal tahun 2020. Vivo Apex 2020, misalnya, menawarkan waterfall screen yang terlihat lebih agresif, sedangkan trio Samsung Galaxy S20 lebih menghadirkan layar lengkung yang lebih datar melalui desain 2.5D.
Smartphone Find X2 yang akan diluncurkan oleh Oppo juga dikabarkan akan memiliki layar waterfall screen, seperti yang dibocorkan leaker di media sosial Weibo pada Februari 2020. Kompatriot mereka dari China, Xiaomi, bakal mengikuti jejak mereka dengan perangkat Mi Mix 4-nya yang menampilkan waterfall screen hingga menutupi keseluruhan bagian samping smartphone.
ADVERTISEMENT
"Memang tren layar melengkung atau waterfall screen ini sedang ramai sekarang untuk produk dari vendor Tiongkok," jelas pakar gadget Lucky Sebastian, ketika dihubungi kumparan, Senin (2/3).
Bocoran wujud Oppo Find X2 yang dibocorkan SlashLeaks. Foto: Dok. SlashLeaks
"Samsung sudah memulainya beberapa tahun lalu, dan waktu itu masih sulit diikuti karena mostly pabrikan layar jarang/tidak punya kemampuan untuk membuat flexible AMOLED, yang teknologinya dikuasai Samsung," sambungnya.
Sebelum istilah waterfall screen booming dalam beberapa tahun terakhir, Samsung memang menjadi vendor yang menginisiasi inovasi layar lengkung pada 2014 lalu. Produsen smartphone asal Korea Selatan itu telah menyematkan layar lengkung dalam Galaxy Note Edge mereka yang dirilis pada tahun tersebut, menyusul desain serupa dalam seri Galaxy S7 hingga Galaxy S20 yang diluncurkan pada Februari 2020.
ADVERTISEMENT
Menurut Lucky, layar lengkung yang dibuat oleh Samsung pada saat itu dimungkinkan oleh teknologi layar AMOLED fleksibel yang mereka punya. Harga flexible AMOLED ini awalnya dianggap mahal, lebih dari harga LCD, sehingga tidak banyak vendor berpikir untuk menggunakannya.
Tetapi, penggunaan flexible AMOLED sudah menjadi hal yang umum dan dapat kita temukan dalam perangkat flagship buatan vendor China. Menurut Lucky, hal ini disebabkan oleh produksi masif dari BOE Technology Group, perusahaan manufaktur komponen smartphone asal China, sehingga membuat harganya lebih terjangkau.
"Layar lengkung ini secara kasat mata, akan membuat device terlihat futuristik, semakin mendekatkan impian banyak vendor untuk membuat smartphone yang keseluruhannya layar, tanpa bezel," kata Lucky.
"Jadi tren waterfall screen ini juga seperti menggambarkan teknologi layar baru yang bisa dicapai vendor pada smartphone-nya," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Lucky menambahkan, saat ini banyak konsumen yang memahami bahwa layar AMOLED adalah layar masa depan smartphone. Selain menawarkan warna yang 'gonjreng', tambahan layar lengkung bakal membuat perangkat terlihat lebih keren dan futuristik.

Fungsi waterfall screen: sekadar gimmick?

Lantas, sebenarnya apa manfaat dari layar lengkung atau waterfall screen ini? Menurut Lucky, manfaat dari layar lengkung ini memang masih banyak diperdebatkan. Tak sedikit pula yang menganggap desain layar lengkung ini sekadar gimmick yang justru menyulitkan penggunaan smartphone.
"Satu dari sisi ketahanan saat jatuh, akan banyak bagian layar lebih terekspos untuk terbentur dan pecah. Kedua soal palm rejection, karena semakin lengkung layar, berarti bagian sisi kiri dan kanan ini harus bisa membedakan, mana genggaman, mana gesture," jelas Lucky.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Lucky tak sepakat jika layar lengkung dibilang hanya sekadar gimmick produsen smartphone. Faktanya, keberadaan layar hingga bagian sisi layar dapat memunculkan fungsionalitas baru bagi smartphone.
Samsung, misalnya, memanfaatkan sisi lengkung ini dengan side panel dan notifikasi. Adapun Huawei Mate 30 dan Vivo Nex 3 memanfaatkannya untuk mengganti tombol-tombol fisik dengan tombol sentuh.
Huawei Mate 30. Foto: Michael Dalder/Reuters
Secara posisi, kata Lucky, desain ini menarik. Sebabnya, setiap orang bisa memilih di mana tempat tombol yang sesuai ukuran tangannya dan keinginannya.
"Tetapi implementasinya seperti di Huawei Mate 30 Pro, masih jauh dari sempurna, karena sering tidak muncul. Memang tidak mudah membedakan palm rejection dan gesture ini," tambah Lucky.
Terlepas dari masalah aplikasi waterfall screen secara praktis, Lucky memprediksi bahwa nantinya bakal semakin banyak vendor yang menggunakan desain layar lengkung ini. Itu berarti akan lebih banyak ide yang diimplementasikan dan kita dapat berharap akan mendapat gambaran aplikasi waterfall screen mana yang disukai oleh pengguna.
ADVERTISEMENT

Pergeseran tren layar lengkung: Samsung Galaxy S20

Desain layar lengkung sendiri tak benar-benar sama diterapkan oleh masing-masing produsen smartphone.
Seperti yang disebutkan di atas, kita dapat melihat desain waterfall screen yang lebih agresif seperti Vivo Apex 2020 dan Xiaomi Mi Mix 4. Tampilan yang agak santai justru ditampilkan oleh Samsung Galaxy S20 yang punya layar lengkung yang lebih landai dengan layar 2.5D.
Bodi belakang Samsung Galaxy S20 dan Galaxy S20 Plus. Foto: Astrid Rahadiani/kumparan
Desain yang disematkan Samsung di Galaxy S20 pun jadi bisa jadi tanda pergeseran tren waterfall screen di masa depan. Di saat penggunaan waterfall screen semakin umum, produsen smartphone akan menyesuaikan inovasi teknologi dengan kenyamanan pengguna.
"Samsung sebenarnya pasti sudah mencoba waterfall screen ini, dan sempat terbersit tombol-tombol digital di bagian lengkungnya akan digunakan di Galaxy Note 10 series kemarin, tapi akhirnya dibatalkan," kata Lucky.
ADVERTISEMENT
"Mungkin Samsung ingin mengolahnya lebih baik lagi, soal (mengatasi) palm rejection, tombol-tombol digital, di layar waterfall screen ini."