Telegram Terancam Diblokir di Indonesia, Berapa Banyak Penggunanya?

Ilustrasi aplikasi WhatsApp dan Telegram saling berdampingan. Foto: AlexandraPopova/Shutterstock

Menkominfo Budi Arie Setiadi menyebut Telegram memfasilitasi judi online. Ia bahkan menyebut aplikasi berkirim pesan instan tersebut bisa ditutup bila tidak kooperatif.

"Dan sekarang ada tren para judi online ini mainnya di Telegram. Karena itu saya peringatkan kepada platform Telegram jika tidak mau kooperatif untuk pemberantasan judi online ini pasti akan kami tutup," ujar Budi Arie dalam konferensi pers Perkembangan Terbaru Pemberantasan Judi Online via daring, Jumat (24/5).

Menkominfo Budi Arie Setiadi dalam konferensi pers persiapan World Water Forum ke-10 di BNDCC 2, Nusa Dua, Bali, Minggu (19/5/2024). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan

Dalam sejarahnya, Telegram pernah diblokir di Indonesia per 14 Juli 2017 lalu. Kala itu, Telegram dianggap menjadi platform menyebarkan propaganda terorisme di Indonesia.

Meski begitu, status blokir tersebut dicabut pada 10 Agustus 2017. Hal itu dilakukan usai bos Telegram Pavel Durov datang ke Indonesia untuk berbincang dengan Menteri Rudiantara. Pevel kala itu berjanji mengembangkan tim moderator khusus untuk menangani konten terkait terorisme.

Lantas, seperti apa demografi Telegram saat ini?

Popularitas Telegram

Telegram memiliki lebih dari 900 juta pengguna aktif bulanan di seluruh dunia. Platform tersebut merupakan salah satu dari 10 aplikasi yang paling banyak diunduh di dunia menurut Laporan Digital Global 2024 milik We Are Social.

We Are Social merupakan agensi kreatif yang turut menyediakan penelitian mengenai audiens, kebudayaan internet, dan komunikasi antar budaya. Penelitian mereka digunakan untuk mengantisipasi dalam perubahan budaya internet.

Dalam catatan We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia pada Januari 2024 mencapai 185,3 juta jiwa. Sementara itu, 139 juta orang di antaranya merupakan pengguna media sosial.

Nah, We Are Social mencatat bahwa pengguna Telegram mencapai 61,3 persen dari total pengguna internet berusia 16-64 tahun. Jumlah tersebut lebih banyak dari pengguna X (57,5 persen) maupun LinkedIn (25,05 persen).

Adapun media sosial terbanyak yang digunakan warga Indonesia adalah WhatsApp, yaitu 90,9 persen. Diikuti oleh Instagram 85,3 persen.

We Are Social juga mencatat bahwa rata-rata waktu yang dihabiskan pengguna Telegram adalah 3 jam 53 menit dalam sebulan. Ini jauh lebih rendah dari media sosial lain seperti WhatsApp yang penggunanya menghabiskan waktu 38 jam 26 menit dalam sebulan.

Sedangkan dalam sebulan, pengguna aktif membuka aplikasi Telegram sebanyak 135 kali. Beda jauh dengan WhatsApp yang dibuka 1.347 kali dalam sebulan.

Dalam catatan We Are Social, Telegram bukanlah media sosial favorit. Sebab, hanya 1,75 persen orang di Indonesia yang menyukai aplikasi tersebut.

Hal lain yang perlu dicatat, pengguna Telegram di Indonesia mengalami lonjakan drastis. Pada 2021, pengguna Telegram mencapai 28,5 persen. Namun, penggunanya melonjak menjadi 62,8 persen pada 2022.

Pada 2022, WhatsApp memang eror di sejumlah negara termasuk Indonesia. Kala itu, Telegram menjadi salah satu aplikasi alternatif yang bisa menggantikan fungsi WhatsApp.

Diblokir Berbagai Negara

Salah satu alasan Telegram mendapatkan popularitas adalah fokusnya pada privasi dan keamanan. Pihak mereka menjamin keamanan data pengguna dari seluruh pengintaian pihak ketiga seperti pejabat, perusahaan, pengiklan, dan lain sebagainya.

Namun, fitur ini menimbulkan kekhawatiran, khususnya terkait potensi penyalahgunaan fitur-fitur aplikasi. Misalnya, beberapa pihak menyatakan kekhawatirannya bahwa enkripsi end-to-end Telegram dapat digunakan untuk menyembunyikan aktivitas ilegal atau tidak etis.

Fitur ini berbeda dengan pesan biasa, hasil percakapan tidak disimpan di cloud dan hanya dapat diakses di perangkat yang digunakan. Pesan dalam obrolan ini juga dapat dihapus kapan saja, dan dapat disetel ke “penghancuran otomatis” setelah waktu yang ditentukan.

Dalam lsitus Telegram yang diakses pada Sabtu (25/05) dijelaskan bahwa pihak mereka juga tidak bisa menghilangkan konten ilegal.

Oleh sebab itu, beberapa negara telah berupaya membatasi atau melarang Telegram karena kaitannya dengan perbedaan pendapat dan aktivitas politik. Saat ini, ada 5 negara yang sudah memblokir Telegram.

Selain negara di atas, beberapa negara lainnya yang sempat melakukan pemblokiran Telegram. Seperti Rusia, Jerman, India, Iran, dan Norwegia. Akan tetapi negara-negara tersebut telah mengizinkan kembali penggunaan Telegram secara luas.