Tempat Wisata Ini Larang Influencer TikTok Bikin Video, Kenapa?

21 Juli 2022 7:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi remaja merekam video TikTok. Foto: Chaay_Tee/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi remaja merekam video TikTok. Foto: Chaay_Tee/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Beberapa tempat wisata keagamaan di Nepal melarang pengunjung membuat video TikTok di kompleks wisata. Hal ini disebabkan karena kreator konten atau influencer TikTok sering memutar musik keras, berpose aneh, hingga menimbulkan keraimaian yang buat macet di area wisata.
ADVERTISEMENT
Contoh tempat wisata yang memasang tanda “No TikTok” adalah situs keagaman tempat kelahiran Buddha Lumbini, Stupa Boudhanath Kathmandu, Kuil Ram Janaki di Janakpur, dan kuil Gadhimai di Bara.
“Membuat TikTok dengan memainkan musik keras akan mengganggu para peziarah dari seluruh dunia yang datang ke tempat kelahiran Buddha Gautama,” kata Sanuraj Shakya, juru bicara Lumbini Development Trust, yang mengelola tempat-tempat suci di Lumbini, kepada Rest of World.
Influencer TikTok sudah mendapat citra negatif di masyarakat Nepal karena tidak menghormati situs religius di Nepal. Pada Maret 2021, komite manajemen Boudhanath, sebuah kuil Buddha di Kathmandu, memasang kamera CCTV untuk memantau pengunjung yang ngotot merekam video TikTok. Pengurus juga telah mengerahkan penjaga keamanan untuk mengawasi para pelanggar aturan.
ADVERTISEMENT
Stupa Boudhanath Kathmandu, Nepal. Foto: livcool/Shutterstock
Platform media sosial video singkat ini sangat populer di Nepal. Terjadi peningkatan drastis jumlah penduduk Nepal yang menggunakan TikTok, dari 3 persen di 2020 menjadi 55 persen di tahun 2022. Ketika karantina COVID-19 dicabut, banyak pengguna yang mengerubungi tempat wisata untuk membuat konten—dengan harap bisa masuk FYP.
Tidak hanya membuat TikTok di kompleks situs wisata keagamaan, TikToker di Nepal juga dilaporkan menyerbu lahan pertanian warga dan menginjak-injak tanaman. Petani chamomile di Morang di Nepal timur terpaksa memanen tanaman mereka lebih awal, karena beberapa influencer TikTok menginjak-injak tanaman mereka.
Mereka juga menyebabkan kemacetan lalu lintas saat merekam. Di Kathmandu, sebuah jalan populer yang dihiasi dengan payung warna-warni untuk menarik wisatawan viral di TikTok, dan pihak berwenang terpaksa menutupnya ketika influencer TikTok berbondong-bondong ke wilayah tersebut dan menyebabkan kemacetan lalu lintas.
ADVERTISEMENT
Situs Kuil Maya Devi Lumbini, Nepal, tempat kelahiran Buddha. Foto: Photohipster/Shutterstock
“Biasanya kelompok wanita muda yang menghabiskan banyak waktu membuat TikTok. Mereka perlu memainkan musik yang sama berulang-ulang untuk mendapatkan bidikan yang sempurna,” jelas Salman Khan, yang sering mengunjungi taman suci Lumbini, mengatakan kepada Rest of World. “Bagi mereka, semua itu menyenangkan, tetapi bagi pengunjung seperti kami, itu mengganggu.”
“TikTok hanya media hiburan, tidak perlu dianggap serius,” kata Manisha Adhikary, warga Kathmandu yang memiliki beberapa ratus ribu pengikut di TikTok, kepada Rest of World. “Sebagai pembuat konten TikTok, kita perlu memahami bahwa kita tidak perlu merekam video di tempat-tempat keagamaan terkenal, jika hal itu dibatasi. Kreativitas yang penting, bukan tempat Anda merekam video.”