Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pada Senin (7/3), TikTok yang dimiliki raksasa internet China, ByteDance, mengumumkan bahwa pengguna mereka di Rusia tak bisa lagi menggelar live streaming dan upload konten baru.
Langkah tersebut diambil setelah pemerintah Rusia mengesahkan hukum baru, yang mengancam hukuman penjara hingga 15 tahun jika menyebarkan apa yang digambarkan Kremlin sebagai "berita palsu".
TikTok mengatakan bahwa mereka adalah sumber "bantuan dan koneksi manusia selama masa perang." Namun, perusahaan menyebut bahwa keselamatan pengguna dan karyawan platform video adalah prioritas tertinggi, sehingga mereka memilih untuk membatasi TikTok di Rusia saat ini.
Sebelumnya, media Barat seperti BBC hingga CNN telah menangguhkan pelaporan di Rusia untuk sementara waktu demi melindungi jurnalis mereka.
Sementara itu, Netflix tidak merinci alasan untuk menangguhkan layanannya di Rusia. Perusahaan hanya menjelaskan bahwa langkah tersebut diambil dengan mencerminkan "keadaan di lapangan". Netflix sebelumnya mengatakan mereka menolak untuk menyiarkan saluran TV pemerintah Rusia di platformnya.
Tensi panas hubungan Rusia dan aplikasi online telah dimulai sejak negara tersebut menginvasi Ukraina.
ADVERTISEMENT
Di satu sisi, Facebook, YouTube, TikTok hingga Microsoft telah mengumumkan bahwa mereka tak akan menampilkan berita yang diproduksi kantor berita pemerintah Rusia, yakni Sputnik dan Russia Today (RT). Langkah itu diambil setelah Uni Eropa mendesak platform online untuk tidak menyebarkan berita dari kedua kantor berita tersebut karena dianggap propaganda Presiden Vladimir Putin untuk menjustifikasi invasinya ke Ukraina.
Di sisi lain, Rusia diketahui telah menghambat akses internet warga ke Twitter dan mengumumkan pembatasan sebagian untuk Facebook.