TikTok Larang Skullbreaker Challenge yang Viral di Media Sosial

17 Februari 2020 18:15 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi TikTok Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi TikTok Foto: AFP
ADVERTISEMENT
TikTok Indonesia angkat bicara soal tren Skullbreaker Challenge, tantangan berbahaya yang kini banyak dilakukan penggunanya di aplikasi. Video TikTok dengan konten tantangan ini juga ramai dibagikan dan viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
Platform streaming video asal China tersebut dengan tegas melarang penggunanya untuk melakukan Skullbreak Challenge. Sebab, hal tersebut tidak sesuai dengan Panduan Komunitas TikTok.
"Seperti yang tertera jelas di Panduan Komunitas, kami tidak memperbolehkan, mempromosikan, atau mendukung tantangan berbahaya yang dapat mengakibatkan cedera. Keselamatan dan keamanan pengguna merupakan prioritas utama di TikTok," jelas Angga Anugrah Putra, selaku Head of Users and Content Operations TikTok Indonesia, saat dihubungi kumparan, Senin (17/2).
Ilustrasi Skullbreaker Challenge. Foto: Rafael Ryandika/kumparan
Sayangnya, perusahaan tidak menjelaskan sanksi macam apa yang bakal diberikan TikTok apabila pengguna tetap melanggar kebijakan penggunaan aplikasi tersebut.
Skullbreak Challenge merupakan tren yang bermula dari pengguna TikTok. Tantangan ini dimainkan oleh tiga orang dengan cara berdiri sejajar menyamping.
Nantinya, dua orang di sisi sebelah kanan dan kiri melompat terlebih dahulu. Ketika orang yang di tengah ikut melompat, kedua rekannya yang berada di samping akan menjegal kaki orang tersebut hingga terjatuh.
ADVERTISEMENT
Tantangan yang berisiko cedera ini menimbulkan kecaman netizen. Ahli kesehatan bahkan mengonfirmasi, bahwa orang yang jatuh karena Skullbreak Challenge bisa mengalami cedera tulang belakang, dan bahkan kematian.
"Itu sudah jelas ya risiko cedera kepala dan tulang belakang dari yang ringan sampai yang fatal bisa terjadi," ujar dokter spesialis bedah ortopedi divisi ortopedi anak RS Pondok Indah Bintaro Jaya, Faisal Miraj SpOT., saat dihubungi, Minggu (16/2). "Dari cuma nyeri, sampai hilang kesadaran sampai kematian."