Tips Bikin Video hingga Editing dari Bagoes Kresnawan

22 Desember 2021 15:07 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bagoes Kresnawan. Foto: Instagram/bagustikus
zoom-in-whitePerbesar
Bagoes Kresnawan. Foto: Instagram/bagustikus
Kreator konten saat ini enggak perlu repot lagi ketika hendak membuat video. Hanya dengan smartphone, mereka bisa membuat konten video mulai dari proses perekaman hingga editing.
Seorang kreator konten saat ini dimudahkan untuk berkarya memanfaatkan alat compact tanpa kamera dan komputer. Seorang kreator kini dapat berkarya hanya dengan bermodal smartphone, namun dengan catatan, mesti memahami teknik dasar perekaman video yang baik supaya hasilnya menarik untuk ditonton. Salah satu konten kreator yang dapat melakukan hal tersebut adalah Bagoes Kresnawan.
Bagoes dikenal sebagai kreator yang kerap menyutradarai sejumlah film pendek dan video klip. Beberapa karya yang ia buat termasuk film pendek Rumit the Series bersama grup musik Langit Sore, dan video klip Shaggydog berjudul ‘Di Sayidan'.
Di samping aktivitasnya menjadi sutradara, Bagoes aktif membuat konten video di channel YouTube-nya, Bagoes Kresnawan, dengan mengandalkan smartphone. Menurutnya, smartphone merupakan alat yang dapat diandalkan untuk membuat konten video yang bagus -- asalkan kita bisa memaksimalkannya.
"Bagaimana cara kita memaksimalkannya, itu tergantung sama ide apa yang mau kita bikin," kata Bagoes dalam acara workshop Local Content Creator 2021 yang diselenggarakan Indosat Ooredoo di Solo, Sabtu (11/12). "Saya yakin handphone teman-teman sudah support buat video di sosmed."
Pada kesempatan ini, ia menjelaskan sejumlah teknik perekaman video dan editing di smartphone supaya konten yang dihasilkan menarik untuk ditonton.
Bagoes Kresnawan. Foto: Instagram/bagustikus

Tentukan aspek rasio

Menurut Bagoes, hal pertama yang perlu diperhatikan oleh konten kreator ketika membuat karya video dari smartphone adalah menentukan aspek rasio yang hendak dipakai. Dalam hal ini, kamu perlu menentukan dulu apakah kamu mau merekam video secara vertikal, horizontal, atau persegi.
Aspek rasio yang kamu pilih akan berkaitan dengan platform media sosial tempat kamu posting video yang kamu buat.
Misal, kalau kamu mau upload video di YouTube, sebaiknya menggunakan aspek rasio horizontal. Kalau mau upload di Instagram Reels atau TikTok, rasio vertikal lebih cocok dengan cara orang memakai aplikasi tersebut.
"Biasanya, sekarang itu yang paling umum video vertikal. Portrait ini bisa buat TikTok, Instagram Stories, YouTube Short," jelas Bagoes.
"Konten-konten yang berpotensi viral ini biasanya berasal dari aspek rasio vertikal, karena handheld di handphone itu vertikal," imbuhnya.

Type of shot

Usai menentukan aspek rasio, kreator konten perlu menentukan gaya perekaman atau type of shot yang hendak diambil. Bagoes bilang, hal ini dimaksudkan supaya kamu enggak perlu capek-capek ambil rekaman berulangkali.
Setidaknya, ada tiga type of shot yang bisa kamu gunakan saat merekam video, kata Bagoes.
Pertama, gaya perekaman wide. Sama seperti namanya, gaya perekaman ini menonjolkan aspek ruang dan keluasan sudut pandang saat merekam subjek. Tujuannya adalah menampilkan informasi yang banyak di video -- seperti tinggi badan orang yang direkam, lokasi tempat dia berada, hingga waktu saat rekaman dibuat. Gaya perekaman wide ditandai dengan merekam subjek seutuhnya dari kepala hingga kaki.
Selain wide, ada pula gaya perekaman medium. Gaya perekaman ini dikenal sebagai gaya perekaman cinematic karena biasa dipakai di dalam film layar lebar.
Perekaman medium ditandai dengan merekam bagian kepala subjek hingga setengah badan. Gaya perekaman ini dimaksudkan untuk memberi gambaran kepada penonton bagaimana sudut pandang (point of view) mereka ketika berhadapan dengan subjek yang direkam.
Terakhir, ada gaya perekaman close-up. Gaya perekaman ini menekankan wajah subjek sebagai target perekaman. Meski informasi yang ditampilkan sedikit, gaya perekaman ini cocok untuk menyoroti emosi dari subjek yang direkam.
Bagoes Kresnawan. Foto: Instagram/bagustikus

Camera movement

Selain gaya perekaman, kamu juga perlu memikirkan pergerakan kamera saat merekam video. Tujuannya agar video yang kamu buat enggak monoton dan bisa memperkaya informasi yang ditampilkan.
Dalam presentasinya, Bagoes menjelaskan 4 pergerakan kamera yang bisa dipakai saat merekam lewat HP.
Pertama, pergerakan kamera track in - track out. Pergerakan kamera ini ditandai dengan gerakan kamera yang perlahan-lahan mendekati objek (track in) atau menjauhi objek (track out).
Kedua, pergerakan kamera right - left. Seperti namanya, teknik ini ditandai dengan pergerakan kamera dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
Lalu, ada pergerakan kamera tilt. Teknik ini mirip seperti pergerakan kamera right - left, namun perekam menggerakan kameranya pada satu titik sumbu saja.
Ketiga pergerakan kamera di atas ditujukan untuk memperkaya informasi dari objek video yang direkam.
Selain tiga teknik gerakan kamera tadi, kamu juga bisa menggunakan pergerakan kamera zoom. Bagoes bilang, teknik ini lebih cocok digunakan untuk mengekspos emosi subjek yang direkam (misalnya, ekspresi kaget).

Editing

Setelah merekam video, seorang konten kreator perlu melakukan editing untuk menambah efek visual.
"Sebenarnya, kalau ngomongin software itu banyak, ya. Teman-teman bisa memilih cocoknya pakai apa, atau biasanya pakai apa. Kalau saya paling cocok ada dua aplikasi, InShot dan VN," kata Bagoes.
Selain menambah efek visual, editing juga ditujukan untuk menyambung berbagai perekaman yang sudah diambil agar menjadi satu video utuh.
"Tahap pertama editing, kalau saya biasanya menata shot dulu," jelas Bagoes. "Urutannya saya bikin beragam. Jadi, setelah shot wide enggak saya kasih wide lagi, tapi aku kasih close-up atau medium dulu. Sehabis medium, aku mau balik ke wide bisa, atau close-up. Jadi, rasanya itu akan bervariasi."
Bagoes Kresnawan. Foto: Instagram/bagustikus

Musik

Di tahap editing, kamu bisa menambah musik agar video yang kamu buat lebih menggugah emosi penonton.
Sejumlah aplikasi editing pun memiliki fitur tambah musik secara otomatis. Namun, kalau kamu ingin menambahkannya secara manual, kamu mesti menyesuaikannya dengan peralihan frame gambar.
"Cutting-nya itu aku sesuaikan dengan beat musik," jelas Bagoes.
Bagoes menambahkan, dirinya kerap memikirkan musik yang akan dipakai di video bahkan sebelum ia merekam gambar. Salah satu contohnya adalah ketika ia datang ke Gunung Bromo, di mana Bagoes menentukan terlebih dahulu dirinya akan menggunakan musik Rayuan Pulau Kelapa sebelum merekam.
Menentukan musik yang akan dipakai dari awal akan membantu menyesuaikan perekaman yang bakal kamu ambil.
"Waktu mengambil video itu, kepala sudah terngiang-ngiang lagu Rayuan Pulau Kelapa-nya Ismail Marzuki. Jadi, saya mau bikin video pakai musik Rayuan Pulau Kelapa, tapi beat-nya pelan banget. Di-shot-nya juga smooth," ujar Bagoes.
Supaya konten video bebas dari isu hak cipta, kamu perlu memastikan bahwa musik yang kamu pakai punya lisensi yang bebas atau gratis. Bagoes menyebut, kamu bisa menggunakan musik di YouTube Studio.

15 seconds rule

Setelah proses editing selesai, waktunya kamu meng-upload video yang dibuat ke platform media sosial.
Bisa jadi enggak semua orang bakal menonton video kamu sampai habis karena satu dan lain alasan. Untuk mengatasi hal tersebut, Bagoes punya strategi buatan dirinya sendiri yang disebut 15 seconds rule (aturan 15 detik). Inti tips ini sederhana: taruh call to action atau ajakan kamu ke penonton 15 detik setelah video dimulai.
"Karena orang itu enggak mau lama-lama nonton, kalau bosan maka dia langsung out. Makanya kita harus kasih call to action itu di depan, setelah sweet spot," pungkas Bagoes.