Twitter Bakal Batasi Like Tweet Hoaks?
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Fitur terbaru ini diungkap oleh seorang insinyur pemrograman, Jane Machun Wong. Ia berhasil menganalisis barisan kode pemrograman terbaru dari aplikasi Twitter untuk menemukan hal ini.
Pada fitur baru yang belum aktif ini, pengguna akan melihat sebuah label bertuliskan “misleading information” ketika mereka mencoba like sebuah i yang telah ditandai sebagai hoaks atau tidak benar sebelumnya.
Fitur pembatasan kemampuan like ini menambah panjang daftar usaha Twitter untuk memerangi berita hoaks di platform-nya. Sebelum pembatasan pada fitur like, Twitter juga telah mengubah cara pengguna dalam melakukan retweet.
Jika dulu retweet bisa dilakukan hanya dengan satu tombol, kini Twitter menggunakan ‘Quote Tweet’ pada platform-nya. Pengguna harus menekan tombol retweet pada sebuah cuitan dan kemudian menekan tombol Quote Tweet sebelum berhasil melakukan retweet.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Twitter juga memberikan pilihan “Want to read the article first?” pada cuitan artikel berita. Twitter juga menuliskan “headlines tidak memberikan cerita seutuhnya,” untuk mendorong pengguna membaca artikel secara utuh sebelum melakukan retweet.
Fitur-fitur tersebut diklaim Twitter dapat membuat pengguna berpikir lebih dari satu kali sebelum menyebarkan sebuah informasi yang diperoleh melalui platform tersebut.
Akhir-akhir ini, Twitter juga semakin menggencarkan menambah fitur tersebut. Hal ini disebabkan tensi politik yang tinggi di Amerika Serikat imbas dari pemilu di negara tersebut.
Twitter meletakkan banyak tanda peringatan pada tweet para pejabat dan kandidat pejabat yang terbukti menyebarkan berita bohong. Presiden AS, Donald Trump, juga tidak dikecualikan pada usaha besar dari Twitter ini.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Twitter telah mengkonfirmasi dan membenarkan penemuan Wong. Namun, Twitter belum memberikan tanggal kapan fitur baru tersebut diluncurkan.
“Tujuan kami adalah untu memberikan orang konteks dan cara yang dibutuhkan untuk menemukan informasi yang kredibel dalam layanan kami,” ujar juru bicara Twitter, seperti dikutip TechCrunch.
“Ini adalah proses (yang dilakukan secara) berulang kali, dan kamu tengah mengeksplorasi berbagai fitur dan kebijakan yang dapat membantu orang-orang di Twitter untuk mengambil tindakan berdasarkan informasi yang benar.”
Penyebaran berita salah atau hoaks memang masih menjadi masalah besar bagi pengguna media sosial. Usaha dari Twitter mungkin akan dapat mengurangi penyebaran berita hoaks , namun belum dapat dipastikan apakah car aini akan benar-benar berhasil dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
(EDR)