Twitter Dibeli Elon Musk, Baik atau Buruk untuk Twitter?

26 April 2022 16:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi akun twitter Elon Musk terlihat melalui logo Twitter. Foto: Dado Ruvic/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi akun twitter Elon Musk terlihat melalui logo Twitter. Foto: Dado Ruvic/Reuters
ADVERTISEMENT
Tawaran orang terkaya di dunia, Elon Musk, membeli 100 persen saham Twitter seharga 44 miliar dolar AS (sekitar Rp 635 triliun) secara tunai diterima oleh perusahaan pada Senin (25/4) waktu AS. Pembelian ini membuat media sosial itu kembali menjadi perusahaan privat, dan tidak lagi menjadi perusahaan publik yang sahamnya dijual di bursa saham AS.
ADVERTISEMENT
Rencana Musk untuk membeli saham Twitter ini sebelumnya disampaikan ke para pemegang saham pada 13 April 2022, dengan tawaran harga 54,20 dolar AS per lembar saham. Harga tersebut 38 persen lebih tinggi dari harga saham Twitter pada 1 April 2022 lalu, sehari sebelum pengumuman ke publik bahwa Musk membeli 9,2 persen saham Twitter.
Lantas, bagaimana efek pembelian ini ke Twitter ke depannya?

Bebas tweet di Twitter

Sebelumnya, Musk telah merencanakan beberapa pembaruan terkait media sosial. Salah satu yang paling populer adalah melonggarkan aturan konten atas nama kebebasan berbicara.
Menurut CEO Tesla dan SpaceX itu, media sosial tidak boleh menghapus komentar yang, meskipun menyinggung, masih legal. Selama wawancara baru-baru ini di konferensi TED dia berkata, “Jika itu adalah area abu-abu, biarkan tweet itu ada.”
ADVERTISEMENT
Twitter saat ini diketahui melarang postingan tentang pelecehan, kekerasan, dan serta melukai seseorang secara fisik. Platform ini juga melarang misinformasi terkait COVID-19.
Hal ini tentu menimbulkan perdebatan. Mengutip NPR, para ahli media sosial resah dengan kemauan Musk untuk melonggarkan aturan interaksi di Twitter.
Mereka mengatakan ini dapat memberikan izin kepada pelaku pelecehan, troll, dan orang lain yang menyalahgunakan platform untuk menargetkan pihak tertentu. Ada juga kekhawatiran kelonggaran ini akan memberdayakan mereka yang ingin mengeksploitasi platform dengan menyebarkan informasi yang salah, atau kebohongan, tentang peristiwa politik, pejabat pemerintah, dan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan masyarakat.
Ilustrasi Twitter. Foto: Shutterstock/kumparan

Tombol edit, algoritma yang terbuka, hingga melawan bot

Salah satu perubahan yang paling banyak diminta di antara pengguna Twitter adalah tombol edit. Tidak seperti Facebook, Instagram, dan aplikasi media sosial lainnya, konten di Twitter tidak dapat diubah setelah dipublikasikan.
ADVERTISEMENT
Musk mengatakan, dia mendukung memungkinkan pengguna mengubah apa yang dikatakan pada twitnya. Para ahli kembali mengkhawatirkan fitur ini akan dipersenjatai oleh aktor jahat, yang dapat menggunakannya untuk menutupi pelecehan atau untuk menipu atau memanipulasi orang. Namun, ada juga yang mengatakan jika histori dari perubahan cuitan pengguna dapat dilihat untuk mempertahankan konten aslinya.
Selain itu, dia juga ingin “membuat Twitter lebih baik dari sebelumnya dengan meningkatkan produk dengan fitur-fitur baru, menjadikan algoritma open source untuk meningkatkan kepercayaan, hingga mengalahkan bot spam, dan mengautentikasi semua manusia.”

Nasib karyawan Twitter

Usai akuisisi, CEO Twitter Parag Agrawal, menegaskan tidak ada pemutusan hak kerja (PHK) yang dilakukan. Ia juga menenangkan kekhawatiran pengawai Twitter tentang masa depannya.
ADVERTISEMENT
“Tidak ada PHK di Twitter untuk saat ini,” kata Agrawal, sebagaimana dikutip The Verge.
Sayangnya, ia belum menjelaskan bagaimana masa depan Twitter setelah proses akuisisi perusahaan oleh Elon Musk rampung akhir tahun ini.
Agrawal juga menegaskan dirinya masih memegang jabatan sebagai CEO Twitter. Agrawal sendiri baru terpilih menjadi CEO Twitter pada November 2021 lalu, menggantikan Jack Dorsey yang merupakan salah satu dari pendiri Twitter.