Twitter Disebut Mau Beli Tiktok, Jadi Fitur di Aplikasi?

10 Agustus 2020 11:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi main Twitter. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi main Twitter. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Twitter disebut jadi salah satu kandidat pembeli TikTok. Menurut sumber tepercaya yang diwawancarai The Wall Street Journal, Twitter telah memulai perbincangan terkait ’kombinasi potensial’ dengan aplikasi video asal China tersebut.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, kemungkinan Twitter untuk mengakuisisi TikTok lebih kecil ketimbang raksasa teknologi Microsoft, kata sumber tepercaya itu. Sebab, Microsoft lebih kaya ketimbang Twitter untuk membeli TikTok yang diperkirakan memerlukan dana puluhan miliar dolar AS.
Sebagai gambaran, kapitalisasi pasar Twitter saat ini ’hanya’ bernilai 29 miliar dolar AS. Adapun Microsoft, yang sejauh ini merupakan pembeli potensial TikTok, memiliki kapitalisasi pasar yang lebih besar senilai 1,6 triliun dolar AS. Dengan kondisi seperti ini, Twitter diprediksi memerlukan investor tambahan untuk mengakuisisi TikTok.
Meski demikian, bisnis yang lebih kecil justru bisa menguntungkan Twitter. Menurut narasumber tepercaya Wall Street Journal, hal tersebut membuat Twitter yakin bahwa mereka tak akan berurusan dengan hukum antipakat (antritrust law) di AS yang mungkin akan dihadapi Microsoft jika mengakuisisi TikTok.
ADVERTISEMENT
Hukum antipakat atau antitrust law sendiri merupakan peraturan melawan kebiasaan dagang yang merendahkan persaingan atau dianggap tidak adil. Hukum ini ada untuk mencegah monopoli bisnis.
Ilustrasi TikTok Foto: AFP/Joel Saget
TikTok enggan berkomentar mengenai isu ini, menurut laporan Bloomberg.

Tiktok bisa jadi fitur di Twitter

Jika Twitter jadi membeli TikTok, aplikasi media sosial mereka bisa mengalami perubahan besar. Sebab, akuisisi tersebut memungkinkan TikTok menjadi fitur resmi di dalam aplikasi Twitter.
Integrasi aplikasi yang dibeli Twitter ke dalam layanan mereka sendiri sebenarnya pernah dilakukan dengan contoh Vine. Sejak dibeli Twitter pada Oktober 2012 dengan harga 30 juta dolar AS, aplikasi pembuat video pendek itu diintegrasikan ke dalam media sosial berlogo burung biru tersebut.
Bagi kamu yang lupa atau belum tahu, Vine adalah aplikasi pembuat video pendek dengan durasi 6 detik. Video yang dibuat melalui Vine punya keunikan pada zamannya karena bisa berulang (loop) secara otomatis.
ADVERTISEMENT
Vine sendiri saat ini sudah tidak ada. Twitter telah menutupnya pada 2016 dengan alasan efisiensi. Namun, jejak peninggalan Vine bisa ditelusuri melalui fitur video loop otomatis di Twitter jika kamu memposting video kurang dari satu menit.
Ilustrasi TikTok Foto: AFP
Dengan sejarah integrasi tersebut, bukan tidak mungkin TikTok akan jadi fitur resmi di Twitter, kalau pembelian ini benar terjadi. Sejauh ini, konten TikTok memang telah berseliweran di timeline Twitter. Namun, hal itu karena pengguna memposting video konten TikTok dan bukan membuatnya dari aplikasi Twitter.
Twitter sendiri saat ini memang telah memiliki fitur untuk membuat video. Meski demikian, fitur ini terbilang standar, karena mereka lebih berfokus pada pengalaman pengguna untuk membuat konten melalui tulisan.
Menarik untuk melihat kelanjutan drama pembelian TikTok dengan perusahaan besar AS. Saat ini, aplikasi milik perusahaan internet asal China, ByteDance, tersebut sedang berada dalam ancaman pemblokiran oleh Presiden AS Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Ancaman pemblokiran Trump sendiri muncul setelah dirinya, dan para pejabat AS, curiga bahwa TikTok merupakan ancaman keamanan data pribadi masyarakat mereka. Trump pun telah mengultimatum ByteDance untuk menjual TikTok sebelum 20 September 2020, kalau mereka tak mau aplikasi tersebut diblokir di AS.