Video Bintang Emon dan Bagaimana Meme Jadi Medium Kritik Kekinian nan Menohok

17 Juni 2020 8:43 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Contoh meme abang tukang bakso yang sering digunakan di media sosial. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Contoh meme abang tukang bakso yang sering digunakan di media sosial. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Stand up comedian Bintang Emon berhasil mencuri perhatian publik akhir-akhir ini. Hal tersebut tidak terlepas dari sebuah video yang dia unggah di media sosial Twitter pada Jumat (12/6) pekan kemarin.
ADVERTISEMENT
Di video berdurasi 1 menit 43 detik itu, Bintang sedang mengkritik jaksa penuntut umum dalam kasus penyiraman air keras Novel Baswedan, di mana sang pelaku hanya dituntut 1 tahun penjara.
Kritikannya dihadirkan secara satir, lengkap dengan punchline khas komika stand up comedy. Hampir di sepanjang video, Bintang menyuguhkan berbagai lelucon yang menggambarkan betapa tidak masuk akalnya tuntutan jaksa penuntut umum yang menyatakan bahwa pelaku tidak sengaja menyiram Novel dengan air keras.
Sebagai penutup, pria berusia 24 tahun itu menyinggung ‘meme’ yang cukup populer di kalangan pengguna Twitter dan Facebook. “Lho, kok ada tukang bakso?” ujarnya sembari bangun dari tempat duduk dan menyudahi rekaman.
Tak pelak, pertanyaan Bintang di akhir video tersebut membuat netizen membanjiri kolom komentar dengan meme gambar tukang bakso menggunakan walkie talkie. Beberapa pengguna juga menyarankan agar si komika waspada dengan kehadiran tukang bakso tersebut.
ADVERTISEMENT

Meme tukang bakso dan korelasinya dengan intelijen

‘Tukang bakso’ sendiri adalah meme di internet yang secara umum merujuk pada operasi intelijen dalam memata-matai seseorang. Berdasarkan pantauan kumparan, meme tersebut biasanya dimunculkan sebagai ledekan pengguna media sosial bagi pengguna yang mengkritik pemerintah.
Selain ‘tukang bakso’, meme dengan inti pesan serupa juga dapat ditemukan melalui ‘tukang nasi goreng’, ‘tukang siomai’, dan sebagainya.
Menurut Eno Bening, seorang pemerhati dan kurator meme, meme ‘tukang bakso’ dan tukang lain hampir tidak bisa diselidiki awal mula kemunculannya. Menurutnya, gambaran pedagang bakso dan tukang lain sebagai agen intelijen memang sudah muncul sejak sebelum internet dan media sosial jadi booming.
“Sejarahnya sih panjangnya nggak bisa diukur, maksudnya, becandaan ini dari mana. Karena, aku yakin banget generasi sekarang itu sebenarnya enggak ngeh lho sama kultur tukang-tukangan ini,” kata Eno kepada kumparan, Selasa (16/6).
ADVERTISEMENT
“Jadi, asumsiku, ini sebelum jadi meme, ini sudah jadi becandaan om-om kita deh yang ada di zaman sebelum kita,” sambungnya.
Korelasi tukang bakso dan agen intelijen memang bisa dilacak sejarahnya sebelum tren media sosial. Menurut pengamat intelijen, Ridlwan Habib, penyamaran sebagai penjual makanan keliling seperti tukang bakso, nasi goreng, atau siomay memang sering dilakukan anggota intelijen dan reserse kepolisian pada masa lampau.
Contoh meme abang tukang bakso yang sering digunakan di media sosial. Foto: Istimewa
Ridlwan menjelaskan, setidaknya ada tiga alasan kenapa intelijen perlu menyamar menjadi abang tukang jualan. Pertama, penyamaran itu umumnya dilakukan para anggota intelijen baru untuk “latihan basah” agar melatih mental mereka menjadi orang tidak dikenal di tengah warga.
Kedua, kata Ridlwan, dengan menjadi tukang bakso para anggota intelijen bisa mendapat informasi langsung di lapangan seperti gosip atau desas-desus terkait isu yang ramai diperbincangkan warga. Dan yang terakhir, penyamaran juga dilakukan untuk mengusut dan menindak suatu kejahatan, seperti yang dilakukan juga oleh reserse kepolisian.
ADVERTISEMENT
“Jadi, tiga hal itu: latihan basah, kemudian mencari informasi, dan ketiga operasi reserse menangkap sasaran. Dan itu yang kemudian sampai jadi meme lucu di internet. Seperti tukang bakso pakai HT. Meski itu sebenarnya sudah diklarifikasi bahwa memang ada koperasi tukang bakso yang pakai HT untuk memudahkan koperasi mereka,” kata Ridlwan kepada kumparan.
Ridlwan menambahkan, penyamaran intelijen sebagai tukang bakso dan abang-abangan penjual lain sudah tidak relevan hari ini. Sebab, diskusi publik saat ini berada di media sosial.
Saat ini, kata Ridlwan, agen intelijen lebih banyak menyamar jadi netizen biasa. “Cuma mereka bermain medsos itu punya motif mendengarkan pembicaraan. Persis kayak kita nguping. Kalo tukang bakso nguping ibu-ibu, kalo mau nguping Twitter mereka harus jadi netizen,” jelasnya.
Gusti Muhammad Abdurrahman Bintang atau akrab disapa Bintang Emon. Foto: IG / bintangemon
ADVERTISEMENT

Meme sebagai medium kritik

Penggunaan meme sebagai medium kritik memang jadi hal yang lumrah saat ini. Selain ‘tukang bakso’ yang dimunculkan Bintang dalam video-nya, kita sebenarnya dapat melihat berbagai macam contoh meme di media sosial yang ditujukan sebagai kritik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Di Twitter, misalnya, terdapat sebuah akun bernama txtdaripemerintah (@txtdrpemerintah) yang rajin mengirimkan screenshot headline berita pernyataan menggelitik dari pemerintah, baik itu figur personal maupun lembaga. Akun tersebut biasanya mengirimkan screenshot judul berita soal pernyataan pemerintahan, tetapi tanpa konteks dan caption apa pun.
Menariknya, meski minim konteks dan caption di setiap tweet yang mereka sampaikan, @txtdrpemerintah bisa mendapat atensi netizen yang luas. Hal tersebut tidak mengherankan karena, menurut Eno, apa yang membedakan meme dengan konten lain di internet adalah kesepahaman antar-subjek satu sama lain.
ADVERTISEMENT
“Salah satu ciri khas meme itu adalah mereka memang harus nggak boleh ‘lurus’, gak boleh terang-terangan. Kayak kode gitu dan mesti di-decrypt sama orang yang mengerti kode-nya,” kata Eno.
Menurut Eno, melalui meme, seseorang bisa menyampaikan suatu pesan dan memodifikasinya jadi berbagai macam bentuk, sesuai dengan sasaran kelompok yang dituju. Oleh karena itu, kata Eno, meme bisa menjadi bentuk baru untuk orang mengkritik, seperti apa yang dilakukan Bintang Emon dalam video satirnya.
Eno pun menjelaskan meme tak hanya soal gambar yang dibubuhi tulisan. Lebih dari itu, meme menurutnya merupakan “bahasa internet”, yang mana seseorang baru paham makna suatu meme jika orang tersebut memahami makna suatu template meme melalui searching di Google maupun observasi atas kesamaan dari berbagai meme.
ADVERTISEMENT
“Kritik itu luas banget bentuknya. Mungkin zaman dahulu banget itu, kalau kita lihat di sastra-sastra klasik banyak. Kita maju ke generasi orang tua kita, kritik dari musik, banyak musik-musik yang mengkritik terhadap keadaan sosial-politik. Dan wajar banget ketika kritik itu pun sekarang berubah bentuknya jadi bahasa internet, yaitu jadi meme,” kata Eno.
“Meme itu bukan gambar. Meme itu apa pun. Bisa bait, tulisan, video, GIF, screenshot, apa pun. Banyak banget yang bisa dikategorikan sebagai meme. Makanya aku suka bilang meme itu bahasa internet. Itu hadir di internet, dan kalaupun mau pakai di luar internet, bisa, tapi mesti punya referensinya ke internet. Jadi, dia lahir, keluar, masuknya dari internet,” sambungnya.
Sebuah meme yang mengritik betapa 'semerawut'-nya penanganan corona di Indonesia. Foto: Istimewa
Sebagai contoh, selain foto tukang bakso membawa walkie talkie, meme tukang bakso juga hadir dalam bentuk bait lirik lagu. Dalam hal ini, lagu anak-anak yang berjudul ‘Abang Tukang Bakso’ diubah liriknya dari yang awalnya “abang tukang bakso, mari-mari sini, aku mau beli” menjadi “abang tukang bakso, bawa walkie-talkie, kijang satu ganti.”
ADVERTISEMENT
Tentunya, pemahaman lirik lagu baru tersebut baru dipahami sebagai meme hanya jika seseorang mengetahui rujukannya, yakni ‘tukang bakso’ sebagai intel, seperti apa yang dijelaskan oleh Ridlwan. Kalau seseorang tidak memahami rujukan itu, sangat mungkin dia tidak memahami makna dari lirik tersebut.
Pada dasarnya, kesepahaman dalam meme sering kita jumpai dalam aktivitas media sosial keseharian kita. Misalnya, tentu kita tidak dapat memahami kalimat 'pertamax' atau 'cendol gan' jika kita tidak memahami rujukannya melalui Kaskus, di mana kedua kalimat tersebut telah menjadi meme khas platform komunitas tersebut. Contoh serupa juga berlaku pada kalimat 'mantap-mantap' dari Twitter, 'maaf sekadar mengingatkan' yang merujuk pada pesan berantai WhatsApp yang biasa disebarkan bapak-bapak, hingga kalimat 'iri bilang bos' yang viral pertama kali dari video editan game Free Fire milik akun Instagram @story_kuii.
ADVERTISEMENT
*** Saksikan video menarik di bawah ini: