Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Sebanyak 47 perusahaan teknologi, termasuk Google, Apple, Microsoft, dan WhatsApp , menolak permintaan badan intelijen Inggris perihal pembukaan sistem enkripsi pesan pada platform media sosial. Menurut mereka, perbuatan itu mengancam kebebasan privasi pengguna.
ADVERTISEMENT
Pernyataan ini dibuat menyusul permintaan badan intelijen Government Communications Headquarters (GCHQ) di Inggris, untuk membuka komunikasi yang terenkripsi, pada November 2018 lalu.
Menurut pejabat senior intelijen Inggris, penegak hukum memiliki hak untuk menjadi ‘hantu’ dalam setiap percakapan secara online. Itu berarti sama saja badan intelijen Inggris bisa mengetahui segala perbincangan dalam semua pesan terenkripsi, tanpa harus jadi peserta dalam percakapan tersebut.
Sistem enkripsi sendiri sebenarnya adalah proses mengamankan suatu informasi, yang dalam hal ini aplikasi pesan atau platform media sosial, dengan membuat informasi tersebut tidak dapat dibaca tanpa bantuan sistem khusus.
Permintaan itu tentu saja ditolak mentah-mentah oleh para pemilik platform lewat surat terbuka untuk GCHQ tertanggal 22 Mei 2019. Mereka menuliskan bahwa langkah tersebut sama sekali tidak solutif dan bersifat menyerang, seperti menguping percakapan di telepon.
ADVERTISEMENT
Mereka juga mengkritik proposal tersebut akan mengancam hak asasi dasar manusia, juga kebebasan berekpresi. Hal itu juga dinilai dapat merusak proses otentikasi.
Ketakutan lainnya adalah munculnya kerentanan pada keamanan baru yang tidak disengaja pada sistem komunikasi terenkripsi. Mereka juga mengingatkan bahwa kepercayaan pengguna juga rusak jika meloloskan permintaan GCHQ itu.
Menanggapi penolakan tersebut, salah satu penulis proposal pembukaan sistem enkripsi dari GCHQ, Ian Levy, mengatakan bahwa itu hanyalah hipotesis yang dimaksudkan untuk membuka diskusi. "Kami akan terus bekerja sama dengan pihak-pihak berkepentingan dan berharap untuk melalukan diskusi terbuka untuk mencapai solusi terbaik."