WhatsApp Tunjuk 'Karyawan Khusus' untuk Tangkal Berita Hoaks di India

28 September 2018 18:56 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aplikasi pesan instan WhatsApp. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi pesan instan WhatsApp. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
ADVERTISEMENT
Aplikasi pesan WhatsApp mendapat kritik keras di India. WhatsApp dianggap bertanggung jawab dalam menyebarnya informasi hoaks di India yang sampai menimbulkan korban jiwa.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi hal ini, WhatsApp memutuskan untuk merekrut karyawan khusus yang menjadi 'petugas pengaduan' di India yang akan menangani masalah ini. Komal Lahiri, orang yang dipercaya WhatsApp untuk peran tersebut, akan mengurus berbagai komplain tentang layanan WhatsApp dari para pengguna, pihak penegak hukum, dan petugas pemerintahan.
Menurut profil LinkedIn-nya, Lahiri mengaku menjabat sebagai Senior Director, Global Customer Operatiobs & Localization WhatsApp sejak Maret lalu. Sebelumnya, ia telah menghabiskan waktu selama tiga tahun di Facebook dan Instagram di Amerika Serikat.
Dilansir TechCrunch, WhatsApp mengklaim memiliki 1,5 miliar pengguna aktif per bulannya dan India menjadi salah satu pasar terbesarnya yang diperkirakan penggunanya mencapai angka 200 juta di antaranya.
Meski bermanfaat untuk lebih mudah berkomunikasi, nyatanya informasi palsu juga jadi lebih mudah disebarkan lewat aplikasi pesan instan ini. Bahkan sampai ada beberapa kasus akibat informasi palsu di WhatsApp yang menimbulkan korban jiwa di India.
Ilustrasi WhatsApp (Foto: AFP/Stan Honda)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi WhatsApp (Foto: AFP/Stan Honda)
Salah satu contoh kasusnya adalah ketika lima orang di daerah pegunungan India dipukuli sampai meninggal setelah dituduh sebagai penculik anak-anak. Kabar itu padahal tidak benar dan diakibatkan informasi hoaks yang beredar di WhatsApp.
ADVERTISEMENT
Perusahaan yang kini dimiliki Facebook itu mengatakan tidak mungkin untuk melacak asal pengirim pesan hoaks tersebut karena layanannya yang menggunakan sistem enkripsi end-to-end.
Sebelumnya, WhatsApp juga telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi hal ini, salah satunya membatasi mengirim pesan terusan alias 'forward'. Namun, tampaknya langkah itu tidak sepenuhnya menangkal informasi hoaks di aplikasinya.