YouTube Angkat Bicara Soal Banyaknya Video Cara Rakit Bom

10 Juli 2017 20:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Platform streaming video, YouTube. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Platform streaming video, YouTube. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kasus peledakan bom panci kembali terjadi di Indonesia. Yang terbaru terjadi di salah satu rumah kontrakan di kawasan Buahbatu, Kota Bandung, Sabtu (8/7). Terduga perakit bom, Agus Wiguna, dilaporkan mempelajari perakitan bom panci dari Internet. Internet kembali untuk kesekian kalinya menjadi wadah bagi para penjahat mencari sumber referensi segala informasi yang berhubungan dengan aksi teror, termasuk tentang tata cara pembuatan bom panci. Dan benar saja, dengan bermodalkan kata kunci sederhana, warga dunia maya dapat dengan mudahnya menemukan beragam referensi, salah satunya mengarah ke layanan berbagi video YouTube. Google, selaku pemilik layanan berbasis Internet itu, kemudian angkat bicara perihal masalah ini. Mereka secara tegas menolak paham terorisme dan segala hal tentangnya. "YouTube menolak terorisme dan mempunyai rekam jejak yang solid dalam mengambil tindakan cepat terhadap konten yang mendukung terorisme. Kami mempunyai kebijakan yang tegas dalam melarang perekrutan teroris serta konten yang menghasut kekerasan," kata perwakilan YouTube Indonesia kepada kumparan (kumparan.com) pada Senin, (10/7). Pengelola situs berbagi video itu juga akan langsung bergerak cepat dengan melakukan penghapusan video berkonten terorisme, termasuk memblokir akun yang terindikasi milik individu atau kelompok teroris dan akun lain yang melanggar kebijakan.
ADVERTISEMENT
"Kami juga dengan cepat menghapus video yang melanggar kebijakan tersebut setelah adanya laporan dari (para) pengguna YouTube. Kami menghapus akun milik kelompok teroris dan akun-akun lain yang berulang kali melanggar kebijakan kami," tambahnya. Sangat disayangkan karena penghapusan video maupun akun yang berkaitan dengan terorisme, baru akan dilakukan pengelola platform jika ada yang melaporkannya. Ini menunjukkan pihak YouTube masih belum benar-benar serius memerangi terorisme dari kontennya. Padahal mereka, bersama dengan Facebook, Microsoft, dan Twitter, kompak membangun kemitraan dengan nama 'Global Internet Forum to Counter Terrorism', yang dibangun di beberapa platform dan dirancang untuk melenyapkan konten rekrutmen teroris di Internet. Forum tersebut juga akan mempromosikan konten naratif untuk menghalau orang-orang yang berpotensi untuk bergabung dalam rekrutmen tersebut. Melalui ini, kerja sama antara setiap perusahaan akan lebih mudah, termasuk dengan pemerintah, perusahaan kecil, dan organisasi non-pemerintah.
ADVERTISEMENT