Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
5 Insight Menarik dari Markethub Asia 2023 tentang Industri Travel
24 November 2023 15:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Event MarketHub Asia 2023 selesai digelar di Hotel Amari, Bangkok, Thailand, pada 22-23 November. Acara tahunan yang diselenggarakan Hotelbeds ini memberikan beragam insight menarik dari para pelaku industri travel global. Berikut rangkumannya:
ADVERTISEMENT
Trend Traveling Terkini
Setelah era pemulihan efek pandemi dan ‘revenge travel’ mencapai puncaknya pada periode akhir 2021-2022, industri pariwisata saat ini dinilai memasuki tahap relatif tenang dan stabil. Menurut riset Google, saat ini traveler menghabiskan waktu lebih banyak untuk membuat perencanaan karena banyaknya informasi yang tersedia tentang sebuah destinasi atau tujuan mereka.
Keinginan traveling juga seringkali dipicu oleh konten media sosial. Riset Trip.com menyebut pantai dan perkotaan kembali menjadi favorit.
Yang nggak kalah penting, traveler saat ini juga memperhatikan aspek kebijakan pemesanan dan pilihan pembayaran yang fleksibel.
Potensi Pasar Asia Pasifik
Riset World Travel & Tourism Council menyebutkan dampak ekonomi dari travel & tourism yang diprediksi akan menciptakan 110 juta lapangan pekerjaan baru selama 10 tahun ke depan. Menariknya, 69 persen di antaranya berasal dari pasar Asia Pasifik, diikuti oleh Afrika (11,8 persen), Eropa (7 persen), Amerika Utara (5,2 persen), Amerika Latin (3,9 persen), Timur Tengah (2,4 persen), dan Karibia (0,6 persen).
ADVERTISEMENT
Secara demografi Asia Pasifik juga diuntungkan. Menurut Pacific Asia Travel Association, kawasan APAC akan memiliki kenaikan jumlah kelas menengah yang cukup signifikan pada 2030. Selain itu sejumlah negara di kawasan Asia Pasifik memiliki pertumbuhan ekonomi tercepat, salah satunya Macau yang diprediksi mengalami peningkatan Gross Domestic Product (GDP) hingga 27,2 % pada 2024.
Generative Artificial Intelligence
Penggunaan AI dalam industri pariwisata diyakini bisa memberikan dampak signifikan dari sisi bisnis untuk memberikan pengalaman yang lebih personal pada konsumen.
Menurut riset Amazon Web Service, generative AI diprediksi bisa menambah 2,6 triliun hingga 4,4 triliun dolar AS ke ekonomi global. Tak seperti kecerdasan buatan tradisional, generative AI fokus pada pengenalan pola atau klasifikasi, dan memproduksi jawaban kreatif dan original yang menyerupai kreativitas manusia.
ADVERTISEMENT
“Generative AI menggunakan algoritma machine learning, teknik deep learning seperti neural network untuk mempelajari pola dan struktur dari dataset yang sangat besar,” tambah Head of AI and Machine Learning ASEAN AWS Dr. Chomchana Trevai.
Chief Technology Officer Hotelbeds Paula Falstead mengayakan saat ini 53% hotel sudah berinvestasi pada chatbot untuk layanan pelanggan. Maka kualitas data yang dimiliki pemilik bisnis harus komprehensif agar layanan yang diberikan bisa maksimal.
Selain itu Paula menekankan pentingnya para pelaku bisnis travel untuk paham bahwa penggunaan teknologi terkini harus berfokus pada improvement dan memberikan nilai lebih pada bisnis mereka, bukan mengimplementasikan AI ke sistem mereka untuk mengikuti trend.
“Karena semakin kita terkoneksi pada sebuah ekosistem, akan semakin banyak masalah yang mengikuti,” kata Paula.
ADVERTISEMENT
Personalized Experience & Sustainability
Chief Commercial Officer HBX Group Carlos Munoz mengatakan bahwa mindset para traveler setelah pandemi COVID-19 lebih menginginkan value dari apa yang mereka bayar. Layanan yang mengedepankan pengalaman personal bisa memberikan nilai tambah bagi traveler, misalnya menyediakan trip ke kultur lokal.
Selain itu unsur sustainability jadi aspek yang tak kalah penting untuk traveler berusia muda, dan mereka bersedia membayar lebih.
Disrupsi
Disrupsi dalam industri perjalanan bukanlah konsep baru. Disrupsi yang ada saat ini mencakup hal-hal seperti inflasi ekstrem, resesi, perubahan iklim, dan perang, namun industri travel telah berhasil melewati badai ini sebelumnya dan menjadi lebih kuat karenanya.
Pada saat yang sama hal ini sedang berlangsung, terdapat juga peluang yang berkelanjutan dan berjangka panjang. Contohnya adalah berkembangnya wilayah-wilayah berpendapatan menengah, khususnya di wilayah-wilayah seperti Asia, yang menyebabkan kelompok-kelompok tersebut berkontribusi terhadap pengeluaran perjalanan global yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Menurut Pranavi Agrawal dari Skift, di era saat ini kita menyaksikan perubahan ekspektasi konsumen. Wisatawan semakin memprioritaskan pengalaman dibandingkan barang, mereka ingin menciptakan kenangan, dan lebih menghargai layanan dibandingkan harga dibandingkan sebelumnya. Selain itu, meningkatnya global loneliness sejak pandemi menciptakan peluang pasar bagi perhotelan.
Hal ini menyebabkan munculnya model bisnis baru, yang difasilitasi oleh gelombang teknologi dan distribusi baru, dan teknologi disruptif memiliki kekuatan untuk memungkinkan kita memahami konsumen lebih dari sebelumnya, lebih dari sekadar apakah ‘Anda pelancong bisnis atau rekreasi’?
Singkatnya, perusahaan perjalanan tidak akan gulung tikar karena AI, namun jika Anda tidak memanfaatkan kemampuannya dan melakukan perubahan, Anda mungkin akan terganggu oleh orang lain yang menggunakannya. Pilih mitra teknologi yang memiliki skala besar untuk mengakses kemampuan AI ini, dan ketahuilah bahwa AI tidak dapat menggantikan inti emosional dari pengalaman perjalanan.
ADVERTISEMENT