Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
5 Mitos Ini Masih Dipercaya Penduduk Jepang hingga Sekarang
12 Januari 2019 7:33 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
ADVERTISEMENT
Bicara tentang kepercayaan, keyakinan, tradisi, dan mitos memang tidak pernah ada habisnya. Setiap orang dari berbagai suku dan budaya memiliki tradisi, kepercayaan, dan mitos yang ia yakini sendiri.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya di Indonesia saja, negeri berteknologi tinggi yang dikenal sebagai Negeri Sakura juga ternyata meyakini mitos dan takhayulnya masing-masing. Dilansir dari berbagai sumber, berikut lima mitos dan takhayul yang masih dipegang dan diyakini penduduk Jepang hingga saat ini.
1. Nomor Sial
Bagi penduduk Jepang, angka 49 dianggap sebagai hal yang dapat menimbulkan kesialan. Pasalnya, nomor empat memiliki pelafalan mirip dengan kata 'Shi-nu' yang dalam bahasa Jepang berarti mati.
Sedangkan nomor sembilan memiliki pelafalan yang sama dengan kata 'Ku-rushi' yang berarti penderitaan. Oleh sebab itu, angka 49 dianggap memiliki frasa yang mirip dengan kalimat 'menderita sampai mati'.
Penduduk Jepang juga meyakini bahwa ketika uang dengan jumlah genap dapat menyebabkan perpisahan apabila diberikan pada pengantin baru. Sehingga, mereka akan selalu memberikan uang berjumlah ganjil sebagai hadiah pesta pernikahan.
ADVERTISEMENT
2. Gunting Kuku Pada Malam Hari Bisa Berakibat Kematian
Pasti ada di antara kamu yang merasa risih ketika melihat kuku yang panjang dan kotor. Kamu pun pasti tak segan memotongnya, ketimbang harus melihatnya terlalu lama dan merasa terganggu.
Tapi ingat, jika kamu sedang berada di Jepang, jangan pernah melakukan ritual menggunting kukumu pada malam hari. Karena penduduk Jepang percaya bahwa dengan menggunting kuku pada malam hari bisa membuat kamu meninggal.
Kabarnya, mitos ini bermula dari kebiasaan penduduk Jepang pada zaman dahulu yang terbiasa memotong kuku dengan menggunakan pisau, bukan gunting kuku seperti saat ini. Kondisi ini tentu saja mengkhawatirkan bagi sebagian orang, karena dianggap berbahaya dan bisa berujung pada kematian.
ADVERTISEMENT
3. Etika Sumpit
Memindahkan makanan dari satu sumpit ke sumpit lainnya dipercaya penduduk Jepang sebagai satu tindakan tabu. Meski tadinya kamu berusaha membantu orang lain untuk mengambilkan makanan yang terlalu jauh dari jangkauannya, hal ini bisa berarti bentuk ketidaksopanan.
Karena cara tersebut biasanya digunakan untuk memindahkan tulang belulang manusia dari sisa kremasi. Begitu pula dengan membentuk tanda X menggunakan sumpit atau menusukkan sumpit hingga berdiri tegak di nasi atau makanan lainnya.
Posisi sumpit tersebut dianggap terlarang, karena biasanya dilakukan pada upacara pemakaman. Sehingga tak boleh dibawa ke kebiasaan sehari-hari agar tidak menimbulkan kesialan.
4. Menginjak Ujung Tikar Tatami Mengundang Kesialan
Kamu pasti tidak asing melihat tikar dari tenunan jerami yang biasanya digunakan untuk menutupi lantai tradisional di Jepang. Terutama saat berada di Ryokan atau restoran.
ADVERTISEMENT
Tikar tenun jerami yang dikenal sebagai tatami itu pada umumnya dibungkus dengan menggunakan bahan yang lebih dekoratif pada ujungnya. Lalu dihias pula dengan lambang keluarga yang menjadi pemiliknya.
Penduduk Negeri Sakura itu percaya jika menginjak ujung tatami merupakan tindakan tidak menghormati leluhur dan dapat mengundang nasib buruk pada dirimu sendiri. Karenanya usahakan selalu berada di bagian tengah tikar ketika berjalan melewati lantai yang dibalut dengan tatami.
5. Jangan Bersiul Pada Malam Hari
Larangan bersiul pada malam hari diyakini berasal dari kebiasaan para penjahat di masa lalu. Pencuri, penjahat, atau perampok pada umumnya bekerja di malam hari dan menjadikan siulan sebagai alat untuk berkomunikasi.
Takhayul itu kemudian pesat dan masih dipercaya hingga saat ini. Mulai dari mengundang kehadiran penjahat, ular, hingga hantu.
ADVERTISEMENT
Bagaimana, percaya dengan mitos di Jepang ini?