Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Setiap suku di dunia tentu punya tradisi unik yang masih dilakukan hingga saat ini, termasuk tradisi perkawinan. Jika biasanya perkawinan identik dengan pertukaran cincin dan ucap janji setia, lain hal dengan deretan suku ini.
ADVERTISEMENT
Ternyata ada beberapa suku di dunia yang melakukan ritual seks aneh dan gila sebelum atau sesudah perkawinan.
Mulai dari tradisi berbagi istri hingga bercinta dengan wanita paruh baya, berikut kumparan rangkum lima suku yang punya tradisi perkawinan unik dan nyeleneh.
1. Berbagi Istri, Suku Eskimo
Suku Eskimo punya tradisi pernikahan unik yang terbilang aneh dan tak biasa. Pria-pria Eskimo terbiasa berbagi istri dengan 'saudara-saudara' mereka. Tradisi berbagi istri biasanya dilakukan saat rombongan suami lainnya sedang berburu.
Dilansir Ranker, pria Eskimo yang kedapatan meniduri istri temannya tidak akan mendapat cap jelek atau gunjingan dari masyarakat, melainkan pujian. Karena meniduri istri orang lain saat suaminya sedang berburu jauh dari rumah dianggap mampu mengurangi kesepiannya saat ditinggal sang suami.
ADVERTISEMENT
Berbagi istri dapat dilakukan melalui pernikahan terstruktur yang dilakukan secara bersama. Misalnya saja dengan saling bertukar pasangan, atau secara impulsif meniduri istri teman yang sedang ditinggal.
Karena hubungan intim dengan pasangan orang lain merupakan tindakan yang lumrah untuk dilakukan, maka apabila seorang wanita mengandung anak yang bukan berasal dari suaminya sendiri, ia tidak akan mendapatkan hukuman. Ia tidak akan dijauhi, dan tidak jadi bahan gunjingan.
2. Curi Istri Orang, Suku Wodaabe
Suku Wodaabe memang sangat memuja ketampanan pria. Di suku ini, pria bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk merias wajahnya.
Meskipun perempuan Suku Wodaabe juga memperhatikan penampilannya, tetapi kaum pria lebih menonjol dalam menjaga penampilannya.
Festival yang biasanya dilakukan sebelum bulan September ini menjadi ajang untuk mendapat predikat pria 'tertampan'. Syarat mengikuti kontes ini pun terbilang cukup mudah. Mereka harus pria yang sudah dewasa, baik yang sudah menikah atau belum.
ADVERTISEMENT
Nantinya, pemenang dalam festival ini dapat memilih wanita yang ia inginkan sebagai istri, meskipun wanita tersebut merupakan istri dari orang lain. Sang suami dari wanita yang dipilih oleh pemenang tidak akan bisa berbuat apa-apa, karena sudah kalah atau tidak ikut dalam pertandingan.
3. Pondok Cinta, Suku Kreung
Bagi Suku Kreung, pondok cinta menjadi simbol tanggung jawab dan kemandirian para gadis untuk menentukan sendiri nasib pernikahan mereka di masa depan. Suku Kreung percaya dengan adanya pondok cinta, mereka bisa mendapatkan pria yang tepat.
Pondok Cinta juga menjadi cara membuktikan seberapa besar rasa cinta yang terjadi antara sang gadis dengan pasangannya. Dengan begitu, orang tua mereka dapat melihat bahwa mereka saling mencintai dan memberi restu untuk menikah.
ADVERTISEMENT
Pondok cinta atau love hut bukan hanya menjadi tempat bersenggama semata. Semua tindakan yang terjadi di dalam pondok cinta harus berdasarkan keputusan yang berasal dari si gadis pemilik pondok bambu.
Mereka bebas menentukan siapa yang akan menjadi pacar mereka atau apa saja yang akan mereka lakukan saat 'kencan'. Apakah mereka hanya sekadar berbincang semata atau tidur bersama.
4. Poliandri, Suku Himalaya
Tak seperti poligami, poliandri rasanya masih asing di telinga. Ikatan yang terdiri dari satu wanita dengan beberapa pria ini agak jarang ditemukan.
Tapi bila mengunjungi kawasan Pegunungan Himalaya, maka kamu akan menemukan beberapa rumah yang menerapkan poliandri. Pasalnya, di beberapa wilayah di Nepal dan Tibet, poliandri bak tradisi.
Hal ini karena poliandri sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak zaman dahulu. Maka dari itu, mereka menjalankannya walau tak semua menerapkannya.
ADVERTISEMENT
Menariknya, laki-laki yang dinikahi biasanya saling bersaudara kandung. Sebagai contoh, ada satu wanita yang menikah dengan seorang laki-laki, beberapa tahun kemudian wanita tersebut menikahi adik dari suaminya.
Beragam alasan juga melatarbelakangi praktik poliandri. Mulai dari atas dasar cinta, terhindar dari kesepian, hingga tak perlu repot berbagi tanah.
5. Bercinta dengan Wanita Paruh Baya, Suku Mangaia
Terakhir, suku yang punya tradisi unik lainnya bisa kamu temukan di sebuah Kepulauan Selatan Samudera Pasifik. Suku Mangaia punya tradisi unik untuk membuktikan seorang pria beranjak dewasa.
Ritual suku ini mengharuskan remaja pria yang beranjak dewasa untuk memilih seorang wanita paruh baya di sukunya. Para remaja pria itu diharuskan untuk bercinta dengan wanita paruh baya yang dipilihnya.
ADVERTISEMENT
Menariknya lagi, para remaja itu boleh menentukan berapa lama mereka akan seatap dengan wanita pilihannya tersebut, sebelum mantap dan yakin untuk menikah dengan wanita lainnya.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )