Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sebagian kecil masyarakatnya hingga kini bahkan masih memegang erat tradisi yang terbilang aneh dan cenderung mengerikan. Mayoritas tradisi yang ada di negara tersebut hanya dapat kamu temukan di India.
Berikut kumparan rangkum tradisi mengerikan yang masih ditemukan di India
1. Tradisi melubangi hidung perempuan Suku Apatani
Kecantikan merupakan salah satu hal utama yang paling diinginkan oleh setiap kaum wanita. Namun, wanita suku Apatani di India justru menginginkan hal sebaliknya.
Perempuan Suku Apatani selalu dianggap memiliki paras yang indah di antara suku lainnya di Arunachal. Kecantikan mereka itu pun menjadi incaran orang-orang suku lain. Rasa ingin memiliki itu akhirnya menimbulkan berbagai masalah dan peperangan antar suku.
Maka dari itu, demi melindungi diri dari mara bahaya, wanita suku Apati melubangi hidungnya dan menutupnya dengan kayu. Hal itu dilakukan agar mereka tidak lagi terlihat menarik bagi suku lain. Untuk melindungi diri, mereka diharuskan untuk memakai aksesoris tersebut setiap hari.
Supaya penampilannya terlihat jelek, wanita Apatani juga menato tubuh mereka secara vertikal dari dahi ke ujung hidung dan lima garis di dagu mereka. Tradisi ini dilakukan sejak awal kedewasaan, ketika mereka menstruasi untuk pertama kalinya.
ADVERTISEMENT
Namun, pada 1970, praktik menyumbat hidung dan melukis tato suku Apatani di wajah sudah tak lagi diperbolehkan oleh pemerintah India. Kini, tradisi memakai Tippei masih bisa ditemukan pada perempuan-perempuan tua Apatani yang memang menjadikan hal tersebut sebagai identitas mereka.
2. Tradisi lempar Bayi
Kalau di Spanyol ada tradisi melompati bayi untuk menyucikan bayi, India juga punya tradisi yang tak kalah ekstrem. Ritual 'nyeleneh' tersebut adalah ritual melemparkan bayi dari atas kuil.
Bayi yang berusia beberapa bulan hingga dua tahun akan dilemparkan dari atas balkon setinggi 15 meter. Hal ini dipercaya oleh warga India dapat memberikan keberuntungan dan kesehatan kepada sang bayi.
Saat hendak dilempar, bayi tersebut akan dipegang kaki dan tangannya dan diayunkan terlebih dahulu layaknya sebuah keranjang. Sedangkan sang ibu sudah menunggu di bawah balkon bersama warga setempat sambil membentangkan kain selimut untuk menangkap si bayi.
Bayi yang menangis histeris akibat merasa kaget tersebut akan disambut dengan sorak sorai dan tepukan kegembiraan dari semua orang yang ada di bawah. Sebelum dikembalikan pada pelukan ibunya untuk ditenangkan, sang bayi akan digendong secara bergiliran oleh semua orang yang ada di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Meski ritual ini terdengar kejam, tetapi tradisi tersebut sudah dilestarikan sejak 700 tahun lalu oleh penduduk di India Barat. Hal ini dipicu akan tingginya angka kematian bayi di negara ini, sehingga penduduk setempat bersama-sama melaksanakan ritual itu untuk 'menjaga' anak mereka.
Mereka berharap sang anak akan mendapat umur panjang, nasib baik, dan membawa kesejahteraan bagi keluarganya. Hal ini juga dipercaya sebagai bagian dari kewajiban agama mereka.
3. Membunuh orang tua lanjut usia
India merupakan salah satu negara paling miskin di dunia. Data yang dikumpulkan The Week menunjukkan bahwa 360 juta penduduk India belum bisa makan tiga kali dalam sehari. Kemiskinan inilah yang kemudian jadi alasan lahirnya tradisi mengerikan yang dikenal sebagai Thalaikoothal.
ADVERTISEMENT
Dalam jurnal "Thalaikoothal: the Practice of Euthanasia in the Name of Custom" yang dibuat oleh Pyali Chatterjee pada tahun 2014, disebutkan bahwa Thalaikoothal adalah praktik tradisional untuk membunuh orang tua oleh keluarganya sendiri.
Thalaikoothal merupakan praktik senisida atau praktik pembunuhan orang tua, khususnya yang lanjut usia. Diambil dari bahasa Tamil, Thalaikoothal berarti bersantai sambil mandi minyak.
Dalam prosesnya, orang tua yang sudah lanjut usia akan disuruh untuk mandi dengan menggunakan kandungan minyak kental sebelum fajar. Setelah mandi, orang tua tersebut akan meminum beberapa gelas air kelapa tua yang dingin sepanjang hari.
Dilansir India Times, Thalaikoothal dilakukan oleh hampir 40 desa, tapi yang paling populer adalah Tamil Nadu. Di kawasan ini terdapat tiga desa dengan praktik Thalaikoothal terbanyak, yaitu Desa Madurai, Virudhunagar, dan Teni.
ADVERTISEMENT
Saking banyak dan seringnya penduduk yang melakukan Thalaikoothal, warga lanjut usia di tiga daerah ini sudah menerima kehadiran aktivitas pembunuhan ini sebagai sebuah tradisi. Ada beragam alasan mendasari dilakukannya praktik ini.
4. Memakan jenazah
Tradisi memakan jenazah yang baru saja meninggal merupakan salah satu tradisi turun-temurun yang masih terpelihara hingga saat ini. Tradisi yang menerapkan praktik kanibal atau manusia memakan daging manusia itu merupakan tradisi yang dilakukan oleh sekte keagamaan pemuja Dewa Siwa bernama Aghori Sadhus.
Sekte ini menganggap rohani mereka bisa lebih bercahaya jika mereka memakan mayat. Bahkan, mereka percaya kanibalisme membuat seseorang lebih dekat kepada tuhan dan mendapat kemudahan dalam menjalani hidup.
Suku Aghori menggunakan kanibalisme sebagai cara untuk merangkul kematian dan menolak sikap dan kebiasaan duniawi, yang mereka yakini akan membantu mereka menjadi jelmaan Dewa Siwa. Aghori memakan mayat manusia baik dalam keadaan segar dan mentah, busuk, maupun yang sudah terbakar karena proses kremasi.
Untuk mendapatkan 'hidangan makannya', sekte Aghori mencari jenazah di Sungai Gangga yang tercemar di India. Lokasi tersebut dianggap strategis karena dekat dengan tempat kremasi atau pembakaran manusia.
ADVERTISEMENT
Sebagai kota favorit Dewa Siwa, Varanasi atau Sungai Gangga dipercaya memberikan keselamatan akhirat kepada jenazah yang dikremasi di kota tersebut. Akibatnya, ribuan jenazah setiap tahunnya dibawa ke Varanasi untuk dikremasi.
Selain praktik kanibalisme, ada ritual lain yang dijalani suku ini seperti melakukan hubungan badan dengan wanita yang sedang menstruasi di tengah-tengah kerumunan mayat. Mereka meyakini, melakukan hal tersebut membuat mereka memiliki kekuatan supranatural.
5. Tradisi membakar diri
Janji sehidup semati dalam pernikahan memang tak boleh dianggap remeh. Saking sakralnya, penduduk India bahkan punya langkah ekstra untuk mengabadikannya dalam bentuk tradisi. India punya sebuah tradisi unik dan juga ekstrem yang dikenal sebagai Sati (Suttee).
Tak main-main, dalam tradisi Sati, ketika sang suami meninggal dunia, istri juga akan menghilangkan nyawanya. Caranya beragam, ada yang membakar diri di rumah pemakaman suaminya, menenggelamkan diri, atau dikubur hidup-hidup dengan jenazah suami secara sukarela.
ADVERTISEMENT
Sati berasal dari bahasa Sansakerta, yakni Sutee. Dilansir Encyclopedia Britannica, Sati berarti wanita yang baik atau istri yang suci. Dalam praktiknya, Sati biasanya dilakukan segera setelah sang suami meninggal dunia.
Menurut Culture Trip, berdasarkan kepercayaan Hindu kuno, Sati melambangkan penutupan pernikahan. Sati dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan. Murni karena sang istri ingin menjadi pasangan yang berbakti dan mengikuti suami ke alam baka.
Namun, seiring waktu, tradisi ini menjadi sesuatu yang 'dipaksakan'. Secara tradisional, sosok janda di India tidak memiliki peran dan dianggap sebagai beban
Kabarnya, apabila janda tersebut ditinggal mati suaminya dan tak memiliki anak, ia akan 'ditekan' oleh masyarakat untuk melakukan tradisi Sati. Di luar itu, kesulitan menjadi seorang janda juga menjadi alasan terbesar praktik Sati berkembang.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )