Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
5 Tradisi Menyakitkan yang Dijalani Wanita Afrika, Menyayat Perut Hingga Sunat
22 Juli 2020 6:59 WIB
ADVERTISEMENT
Setiap negara di dunia memiliki tradisi yang kadang sangat aneh dan gila. Berdasarkan suku dan adat istiadat yang dianut, terlahirlah sebuah tradisi yang semakin hari dilakukan akan dianggap wajar.
ADVERTISEMENT
Tradisi yang dianut ini pun memiliki keunikan masing-masing di berbagai negara, salah satunya suku di Afrika. Keunikan suku terdalam di Afrika, memperlakukan wanita yang jika dilihat di luar masyarakat Afrika bukanlah hal yang wajar dan terbilang gila.
Berikut kumparan rangkum lima tradisi sadis yang harus dilakukan wanita di Afrika.
1. Suku Tiv, Nigeria
Suku Tiv di Nigeria punya cara untuk menunjukkan proses kedewasaan seorang perempuan yang membuatmu bergidik ngeri. Untuk menandai kedewasaan, para gadis Suku Tiv harus menjalani ritual penyayatan perut.
Ritual ini dilakukan ketika seorang gadis mendapatkan haid pertamanya. Perut para gadis tersebut disayat dengan menggunakan benda tajam yang menyebabkan beberapa torehan luka berbentuk garis memanjang.
ADVERTISEMENT
Rasanya sudah pasti menyakitkan. Karena ketika menjalani ritual tersebut, mereka tidak disertai dengan obat bius ataupun tindakan medis guna pencegahan infeksi. Gadis tersebut baru bisa disebut sebagai wanita dewasa ketika sudah memiliki kurang lebih empat bekas sayatan di perutnya.
Selain menandakan kedewasaan, sayatan-sayatan ini dipercaya dapat meningkatkan kesuburan si gadis. Konon, luka sayatan ini membantu mereka menjadi lebih menarik di mata para pria.
Orang-orang Suku Tiv mengklaim bagian tubuh yang terdapat bekas luka sayatan itu akan meningkatkan sensitivitas wanita saat disentuh, bahkan hingga bertahun-tahun kemudian. Jadi luka tersebut dipercaya bisa memberikan sensasi erotis. Karena itulah luka sayatan perut ini dianggap menarik secara seksual oleh para pria Suku Tiv.
2. Kamerun, Afrika Tengah
Republik Kamerun di Afrika Tengah memiliki sebuah tradisi yang tak lazim dilakukan oleh orang banyak, yaitu setrika payudara. Ya, tradisi ini telah dilakukan selama ratusan tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Hal ini dilakukan dengan tujuan melindungi para perempuan Afrika dari tindak pemerkosaan dan hamil di bawah umur. Ini dilakukan untuk menghindari terjadinya segala bentuk aktivitas seksual pada remaja perempuan.
Uniknya lagi, yang melakukan tindakan tersebut adalah para ibu kandung dari gadis remaja yang akan disetrika payudaranya. Tindakan ini dilakukan menggunakan spatula, batu, atau benda apa pun yang telah dipanaskan terlebih dahulu di atas bara. Setelah panas, payudara sang gadis akan disetrika hingga rata.
Tradisi ini juga dilakukan sebagai bentuk usaha untuk mencegah tumbuhnya payudara pada anak gadis Kamerun. Oleh karena itu, tindakan memijat dengan batu panas dan menyetrika payudara dilakukan kaum ibu segera setelah si anak gadis memasuki masa puber.
ADVERTISEMENT
Bahkan pada sebagian remaja, tindakan ini dilakukan saat mereka memasuki usia delapan tahun. Saat beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari, para gadis dipakaikan kemben yang terbuat dari bahan karet dan sangat ketat untuk meratakan siluet payudara.
3. Leblouh, Afrika Barat
Kecantikan selama ini selalu digambarkan dengan ukuran tubuh seorang wanita. Namun, ternyata hal ini bertolak belakang dengan definisi cantik wanita di Mauritania, Afrika Barat.
Lemak dianggap kecantikan yang harus didapatkan. Hal ini membuat orang tua berbondong-bondong ‘menggemukkan’ anak gadisnya dengan berbagai cara yang mungkin bikin kembung orang yang doyan makan porsi kuli sekalipun.
Ya, menurut penduduk Mauritania, wanita bertubuh gemuk akan lebih enak dipandang, cantik, kaya, dan mudah diterima secara sosial. Mereka akan dipaksa makan dan menggemukkan badan demi kecantikan.
ADVERTISEMENT
Menurut seorang aktivis perempuan , Suku Mauritania mewajibkan setiap anak yang memasuki usia lima tahun untuk menjadi gemuk. Tradisi ini disebut dengan Leblouh, di mana anak-anak diwajibkan untuk makan dan minum sesuatu yang mengandung protein tinggi, seperti susu, mentega, kacang dan lain sebagainya.
Anak-anak yang menjalani prosesi Leblouh ini akan dikirim ke tempat khusus, seperti camp untuk memakan 16.000 kalori tiap harinya. Normalnya, dalam sehari orang dewasa hanya membutuhkan sekitar 2.000-2.500 kalori.
4. Suku Mursi, Afrika Timur
Demi terlihat cantik, perempuan suku Mursi di wilayah Southern Omo Valley, Etiopia, Afrika Timur dipaksa harus memasukkan piringan ke bibir bagian bawah mereka. Piringan tersebut diberi nama dengan istilah 'dhebi', menjadikannya sebagai karakteristik spesial bagi perempuan Mursi.
ADVERTISEMENT
Konon, tradisi ini dilakukan karena laki-laki Mursi ingin melindungi perempuan suku tersebut. Mereka membuat para perempuan Mursi tampak kurang menawan mengingat ratusan hingga ribuan tahun lalu, para perempuan di Afrika diperjual-belikan untuk menjadi budak.
Proses untuk menggunakan piring di bibir ini pun harus melalui tahapan yang menyakitkan dan menyiksa. Menurut situs Mursi Online, saat seorang gadis sudah berusia 15 atau 16 tahun, bibir bagian bawah mereka akan digunting.
Di beberapa kasus, bahkan mereka harus menanggalkan dua hingga empat gigi bagian bawah untuk bisa mendapatkan bentuk yang maksimal. Proses pengguntingan tersebut biasanya dilakukan oleh sang ibu ketika anak telah mencapai masa pubertas.
Sang ibu akan menarik bibir sang anak, kemudian dilubangi hingga menembus dengan menggunakan pisau. Untuk meregangkan bibir, piring akan diletakkan dan akan dibiarkan sampai potongan awal telah sembuh. Setelah itu, piring di bibir akan digantikan oleh piring lain yang sedikit lebih besar. Proses ini akan diulang sehingga bibir akan menjadi lebih besar.
ADVERTISEMENT
Bagi para wanita, penggunaan piring di bibir dipandang sebagai hal yang menyangkut harga diri. Tradisi ini dihargai oleh kedua orang tua, karena secara tidak langsung jumlah sapi akan meningkat ketika sang anak akan menikah.
5. Suku Pokot, Kenya
Selain suku Tiv, tradisi kejam demi menyambut kedewasaan juga dilakukan oleh Suku Pokot di Kenya, Afrika. Wanita di suku ini harus melakukan tradisi sunat atau Female Genitalia Mutilation (FGM), di mana ritual ini harus dijalankan ketika wanita Suku Pokot berusia 12-15 tahun.
Ritual ini dipercaya dapat membuat anak-anak perempuan dari suku ini tetap setia pada suaminya kelak. Tradisi ini melibatkan pemotongan klitoris dan genitalia eksternal yang dilanjutkan dengan menjahit vagina untuk mengurangi hasrat seksual wanita.
ADVERTISEMENT
Alat yang digunakan beragam, mulai dari gunting, pecahan kaca, hingga silet. Meski menyisakan bekas luka fisik, emosional, bahkan dapat mengakibatkan kematian, tradisi ini tetap dilakukan. Anak-anak perempuan yang tidak mau melakukan ritual ini dianggap mempermalukan keluarga.
Seramnya, praktik ini dilakukan tanpa obat bius, perawatan kebersihan, dan bisa dilakukan di mana saja. Berbeda dengan khitan, suku ini melakukan ritual hanya karena leluhur mereka pada zaman dulu juga melakukan hal yang sama. Dan sampai sekarang ritual ini masih berjalan, khususnya di negara Kenya.
Saking menyeramkannya tradisi ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan melarang tradisi ini dilakukan. UNICEF mencatat lebih dari 125 juta wanita di 29 negara di Afrika dan Timur Tengah telah menjalani ritual ini. Karena dianggap melanggar hak kemanusiaan, PBB dan Pemerintah Kenya telah melarang ritual sunat perempuan.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )