5 Tradisi Pemakaman Unik yang Hanya Ada di Indonesia

2 Agustus 2024 9:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemakaman unik di Toraja. Foto: iik ganjar/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Pemakaman unik di Toraja. Foto: iik ganjar/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Selain keindahan alamnya, Indonesia menyimpan banyak kekayaan budaya dan tradisi masyarakatnya. Bukan hanya soal tari-tarian dan juga festival budaya, ada pula tradisi pemakaman unik yang masih dipertahankan oleh masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Tak sekadar mengantarkan jenazah ke peristirahatan terakhir, berbagai tradisi pemakaman unik di Indonesia ini juga sarat akan nilai filosofi dan makna yang mendalam. Hal ini merujuk pada kepercayaan, serta tradisi turun-temurun dari para leluhur yang masih dijaga hingga sekarang.
Tak heran, tradisi pemakaman ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Mengutip laman resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), berikut beberapa tradisi pemakaman unik di Indonesia yang menjadi daya tarik wisata.

1. Rambu Solo

Iring-iringan keluarga duka menyambut tamu saat prosesi terima tamu pada penyelenggaraan upacara rambu solo di Sesean, Toraja Utara, Sulawasi Selatan, Sabtu (27/7/2024). Foto: Sakti Karuru/ANTARA FOTO
Berasal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Rambu Solo dipercaya sebagai penyempurna kematian, serta sebagai bentuk penghormatan dan mengantarkan arwah menuju alam ruh. Tradisi pemakaman Rambu Solo ini harus melewati proses upacara adat yang cukup panjang. Salah satunya adalah keluarga harus kurban hewan, antara babi atau kerbau.
ADVERTISEMENT
Tak cukup satu atau dua hewan, tapi bisa mencapai puluhan hingga ratusan hewan yang dikurbankan, menyesuaikan strata sosial jenazah. Tak heran jika upacara adat Rambu Solo bisa digelar selama 3-7 hari berturut-turut.
Setelah upacara adat selesai, jenazah baru boleh “dikubur” di tebing batu tinggi atau disebut Lemo. Masyarakat Suku Toraja percaya, jika tradisi Rambu Solo dapat mengantarkan arwah lebih cepat ke Puya atau surga.

2. Ngaben

Sejumlah wisatawan mancanegara mengamati bade atau menara bertingkat tujuh dan tempat pembakaran jenazah pada upacara ngaben massal di Desa Adat Karangsari, Nusa Penida, Klungkung, Bali, Kamis (18/7/2024). Foto: Nyoman Hendra Wibowo/ANTARA FOTO
Bicara soal tradisi pemakaman, traveler tentu sudah tidak asing lagi dengan Ngaben. Ya, tradisi pemakaman khas umat Hindu Bali ini bertujuan untuk mensucikan roh orang yang sudah meninggal.
Namun, untuk melakukan hal tersebut, ada beberapa upacara adat yang harus digelar. Salah satunya dengan membangun lembu kayu sebagai tempat jenazah dalam prosesi Ngaben.
ADVERTISEMENT
Di puncak prosesi Ngaben adalah Ngeseng Sawa: pembakaran jenazah. Lembu kayu tersebut juga turut dibakar dengan tujuan untuk “membingungkan” arwah, agar tidak kembali ke dunia.
Setelah proses pembakaran jenazah selesai, dilanjut dengan prosesi Nganyut, yakni menghanyutkan abu jenazah ke laut, sebagai simbolis bersatunya kembali jiwa dengan alam.

3. Mumifikasi

Suku Asmat Foto: www.asmatkab.gov.id
Tradisi pemakaman unik berikutnya berasal dari Tanah Papua, tepatnya dilakukan oleh Suku Asmat, yakni dengan cara mengawetkan jenazah layaknya mumi. Namun, tidak semua orang bisa dijadikan mumi. Biasanya mumifikasi dilakukan kepada mereka yang memiliki kedudukan tertinggi, seperti kepala suku atau panglima perang Suku Asmat.
Tubuh jenazah akan diolesi ramuan alami tertentu, kemudian diletakkan di atas perapian untuk melalui proses pengasapan secara perlahan. Setelah beberapa tahun, jenazah yang melalui proses mumifikasi tersebut akan berubah warna menjadi hitam, dan kemudian dipajang di depan rumah adat Suku Asmat.
ADVERTISEMENT
Apabila terdapat acara-acara penting, seperti ritual adat, maka mumi tersebut akan didudukkan menghadap ke banyak orang, guna mengenang jasanya.

4. Tiwah

Prosesi pemakaman Tiwah Foto: nineimage/Shutterstock
Tradisi pemakaman Tiwah dilakukan oleh Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Uniknya, tradisi ini dilakukan setelah jenazah dikubur selama beberapa tahun, sehingga hanya menyisakan tulang-belulang.
Menurut kepercayaan masyarakat Dayak Ngaju, Tiwah dilakukan untuk mengantarkan roh nenek moyang ke tempat asal ruh atau Lewu Tatau, bersama dengan Ranying, sosok dewa tertinggi dalam kepercayaan masyarakat Dayak.
Umumnya, tradisi pemakaman Dayak Ngaju digelar selama 3 hari sampai satu bulan penuh. Prosesi dimulai dengan membangun Sandung Rahung untuk menyimpan tulang.
Kemudian menyiapkan kerbau yang diikat di dekat sandung rahung. Di akhir ritual, arwah akan melakukan perjalanan menuju Lewu Tatau, sambil diiringi prosesi pengurbanan kerbau dengan cara ditombak.
ADVERTISEMENT

5. Mangokal Holi

Seorang pemandu wisata memberikan penjelasan kepada wisatawan mancanegara mengenai situs sejarah Makam Tua Raja Sidabutar di Tomok, Pulau Samosir, Sumatera Utara, Senin (28/8/2023). Foto: Ismar Patrizki/Antara Foto
Terakhir, Pulau Samosir yang berada di tengah-tengah Danau Toba ternyata juga memiliki tradisi pemakaman yang tak kalah unik. Tradisi tersebut bernama Mangokal Holi, sebuah kepercayaan turun-temurun masyarakat Pulau Samosir, dengan pemindahan tulang tengkorak leluhur sebagai bentuk penghormatan.
Tradisi Mangokal Holi dilakukan dengan membongkar makam keluarga yang telah lama meninggal, dan menempatkan tulang-tulang di sebuah tugu.
Tradisi Mangokal Holi dipercaya masyarakat Samosir bisa mendekatkan arwah leluhur ke Sang Pencipta. Tradisi pemakaman Mangokal Holi juga bertujuan menyatukan jasad seluruh anggota keluarga di dalam sebuah tugu yang indah. Makin indah, mahal, dan tinggi tugu yang dibuat, maka makin tinggi status marga pemilik makam tersebut.
Bagaimana menurutmu?