5 Tradisi Unik Maulid Nabi di Indonesia, Sekaten hingga Baayun Maulid

16 September 2024 8:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah Abdi Dalem Keraton Yogyakarta membawa gunungan menuju Pakualaman saat Grebeg Maulud/Jimawal 1957 di kawasan Keraton Yogyakarta, Kamis (28/9/2023). Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah Abdi Dalem Keraton Yogyakarta membawa gunungan menuju Pakualaman saat Grebeg Maulud/Jimawal 1957 di kawasan Keraton Yogyakarta, Kamis (28/9/2023). Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selain beribadah, di beberapa daerah di Indonesia peringatan maulid Nabi Muhammad SAW juga diwarnai dengan berbagai tradisi unik di tiap daerah. Mulai dari tradisi yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta hingga tradisi mengayun bayi di Kalimantan Selatan. Berikut tradisi unik di Indonesia yang warnai peringatan Maulid Nabi.
ADVERTISEMENT

1. Sekaten

Abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mengarak gunungan menuju Masjid Agung pada perayaan Grebeg Sekaten 2019 di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (9/11). Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Sekaten adalah tradisi tahunan yang dilakukan di keraton Yogyakarta dan Surakarta, untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tradisi ini memiliki akar sejarah panjang yang menggabungkan elemen budaya Jawa dan penyebaran agama Islam. Kata "Sekaten" sendiri berasal dari kata syahadatain, yang merujuk pada dua kalimat syahadat dalam Islam.
Sejarah Sekaten diperkirakan berakar dari masa Kerajaan Demak pada abad ke-15, di bawah pemerintahan Sultan Demak pertama, yaitu Raden Patah.
Tradisi ini awalnya dirancang sebagai salah satu cara untuk menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, mengingat pada waktu itu mayoritas penduduk masih memeluk agama Hindu dan Buddha.
Wali Songo, yang dikenal sebagai penyebar ajaran Islam di Jawa, memainkan peran penting dalam pembentukan tradisi ini.
ADVERTISEMENT

2 Walima

Tolangga atau rangkaian kayu berbentuk perahu yang berisi kue, minuman, ayam, dan buah-buahan untuk perayaan tradisi Walima di Buladu, Gorontalo. Foto: ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Walima (atau Wallima) adalah tradisi perayaan Maulid Nabi yang dilakukan secara turun-temurun sejak kemunculan kerajaan-kerajaan Islam di Gorontalo. Tradisi ini diperkirakanada sejak masyarakat Gorontalo mengenal ajaran Islam pada sekitar abad ke-17.
Mengutip laman resmi Pemerintah Provinsi Gorontalo, tradisi ini diawali dengan dikili atau tradisi zikir di masjid At-takwa, masjid di tengah desa Bongo.
Sementara itu, warga desa Bongo sedang sibuk menata walima di tempat yang disebut tolangga. Keranda tempat menata kue kue tradisional.
Biasanya terbuat dari bilah kayu atau bambu dengan bentuk menara, masjid, atau perahu. Kue kue tradisional seperti kolombengi, sukade, wapili, telur rebus diisi dalam plastik dan disusun menyesuaikan bentuk tolangga.
Tolangga yang sudah jadi lalu diarak dari rumah rumah warga menuju masjid, tempat prosesi dikili sedang berlangsung. Tolangga menyatu dalam doa doa sebagai bentuk syukur warga atas lahirnya Nabi Terakhir Muhammad SAW, 14 abad lalu. Sosok agung yang menjadi utusan Tuhan sekaligus teladan bagi umat muslim.
ADVERTISEMENT

3. Endog-endogan

Tradisi endog-endogan saat Maulid. Foto: jatim.kemenkumham.go.id
Endog-endogan adalah tradisi khas yang berasal dari daerah Banyuwangi, Jawa Timur, dan biasanya dilakukan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Endog-endogan berasal dari kata endog dalam bahasa Jawa, yang berarti telur. Tradisi ini dilakukan dengan menghias telur dengan bunga kertas. Lalu, telur hias itu ditancapkan di pohon pisang yang telah dihias.
Kemudian, hiasan itu diarak keliling kampung menggunakan becak dan sebagian diletakkan di masjid. Sambil membaca syair pujian pada Nabi Muhammad yang ada di kitab Al-Barjanzi.

4. Nyiram Gong

Ilustrasi gamelan. Foto: Shutter Stock
Menjelang peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, keraton Kanoman Cirebon menggelar tradisi nyiram gong. Tradisi ini adalah pembersihan gamelan sekaten atau gamelan berusia ratusan tahun yang dilakukan oleh para abdi dalem dan nayaga keraton.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini diawali dengan pembacaan doa dan selawat yang selanjutnya melakukan pencucian gong dengan menggunakan air kembang di sumur Langgar Alit dan alat lainnya.
Alat dan bahan untuk membersihkan gamelan sekaten d yakini mampu memperlambat pusaka berkarat sehingga bunyinya tidak fals.
Bagi warga Cirebon, tradisi ini juga menjadi kesempatan untuk melihat secara langsung rupa gong pusaka yang hanya muncul setahun sekali.

5. Baayun Maulid

Warga mengikuti acara Baayun untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di halaman Kubah Habib Basirih, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (9/11). Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Baayun Maulid adalah tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Selatan, terutama di suku Banjar, dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tradisi ini melibatkan kegiatan mengayun bayi atau anak-anak dalam sebuah ayunan, disertai dengan pembacaan doa-doa dan selawat sebagai bagian dari upacara religius.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini mencerminkan perpaduan antara ajaran Islam dan adat setempat, yang sudah diwariskan secara turun-temurun.