5 Tradisi Unik Menyambut Ramadan di Dunia, Salah Satunya Nyekar

28 Februari 2025 9:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fanous Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Fanous Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Selain di Indonesia, bulan suci Ramadan juga disambut dengan penuh suka cita dan kegembiraan oleh umat Islam di berbagai belahan dunia. Semuanya bersama-sama memanjatkan doa, dan menjalankan ibadah puasa di bulan yang penuh rahmat.
ADVERTISEMENT
Namun, tak hanya beribadah, umat Islam di berbagai negara juga punya tradisi unik yang dilakukan ketika Ramadan. Apa saja tradisi tersebut? Berikut ulasannya.

1. Mesharaty, Negara-negara di Timur Tengah

Mesaharaty Foto: Instagram/@beitshoukri
Di negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Mesir, dan Yaman, tradisi membangunkan sahur ini disebut Mesharaty. Para mesaharaty turun ke jalan kota sambil menabuh gendang, dan terkadang lengkap dengan atribut atau seragam yang dipakai di masa lampau.
Mereka juga berteriak menyebut nama dari keluarga yang dibangunkan pada tiap-tiap rumah yang dikenalnya. Tradisi ini tampaknya tak hanya dilakukan di negara-negara Arab saja, di Indonesia juga ada tradisi serupa yang sampai sekarang masih dilakukan secara rutin tiap malam ketika Ramadan.

2. Fanous, Mesir

Seorang wanita menggunakan masker membeli lentera 'Fanous' di sebuah kios di Kairo, Mesir. Foto: REUTERS / Mohamed Abd El Ghany
Fanous atau yang dalam bahasa Arab berarti lentera merupakan tradisi yang dilakukan di Timur Tengah dan Mesir.
ADVERTISEMENT
Lentera dekoratif ini digantung di mana-mana, mulai dari rumah, area publik, hingga jalan-jalan di Kairo selama Ramadan. Lampu lentera biasanya terbuat dari logam dan kaca berwarna-warni yang cantik.
Pemandangan akan terlihat indah di malam hari, karena setiap sudut kota di Mesir dipenuhi dengan warna-warni lampu lentera tersebut.
Banyak kisah yang menggambarkan asal mula dari fanous, tetapi cerita yang paling kuat adalah tradisi ini diperkirakan bermula sejak abad ke-10, ketika Khilafah Fatiiyah memerintah sebagian besar umat Muslim di Mesir.

3. Gargee'an, Kuwait

Ilustrasi tradisi di Timur Tengah. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Di Kuwait, Ramadan diwarnai dengan kunjungan anak-anak yang berbuka puasa bersama keluarga, teman, hingga tetangga.
Ketika tradisi ini digelar, anak-anak biasanya berkeliling mengenakan pakaian tradisional setelah salat maghrib. Mereka mengetuk bel dan memperlihatkan pakaian unik yang dipakai ke para tetangga. Setelah itu, anak-anak akan mendapatkan permen atau cokelat dari si tuan rumah.
ADVERTISEMENT
Biasanya para penghuni rumah akan dikunjungi banyak anak, sehingga mereka telah menyiapkan puluhan kilogram permen selama tradisi Gargee'an berlangsung.
Tradisi ini dipraktikkan di seluruh Teluk Arab, tetapi ada perbedaan cara, waktu, dan penamaan antara satu negara dengan lainnya. Di Uni Emirat Arab, tradisi ini dikenal sebagai Haq Laila dan dirayakan dua minggu sebelum Ramadan.

4. Meriam Yellow Bastion, Bosnia-Herzegovina

Meriam Yellow Bastion Foto: Shutter Stock
Di Kota Sarajevo, Bosnia-Herzegovina, ada tradisi unik yang dilakukan menjelang waktu berbuka puasa. Tradisi ini berupa menembak meriam dan mendengarkan suara dentuman dari meriam yang berusia ratusan tahun.
Mereka berkumpul di Yellow Bastion, yang dulunya merupakan bangunan pertahanan selama pemerintahan Ottoman pada abad ke-18. Meriam itu dianggap membawa kerukunan bagi masyarakat Sarajevo, bagi Muslim atau non Muslim.
ADVERTISEMENT
Tak hanya sekadar berkumpul, ada juga yang membawa meja kecil beserta peralatan makan sambil melihat tradisi ini. Ketika meriam ditembakkan, suara gema menderu dari bukit ke penjuru kota. Dentuman yang keras kadang membuat orang yang datang terkejut, tetapi setelah itu mereka bersorak suka cita.

5. Nyekar, Indonesia

Ilustrasi pemakaman Islam. Foto: Shutter Stock
Terakhir, Indonesia juga memiliki tradisi unik yang dilakukan jelang Ramadan atau hari-hari besar keagamaan. Dikenal dengan nyekar, tradisi ziarah kubur ini bertujuan untuk mendoakan leluhur, membersihkan makam, serta mengenang jasa dan kebaikan mereka.
Sudah ada sejak zaman dahulu, tradisi ini merupakan bagian dari budaya nenek moyang di Nusantara. Tidak diketahui kapan tradisi ini bermula, namun diperkirakan sudah ada sejak era kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia (abad ke-7 hingga ke-15).
ADVERTISEMENT