Ada Tulisan 'WC' dan 'Gratis' di Setiap Sudut di Swiss

29 September 2024 10:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ada tulisan WC di salah satu stasiun di Kota Fiesch, Swiss. Foto: Reza Aditya Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ada tulisan WC di salah satu stasiun di Kota Fiesch, Swiss. Foto: Reza Aditya Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Matahari belum sepenuhnya terbit pada Selasa (17/9) pukul 06.00 waktu Zürich, Swiss. Pesawat Swiss Air Lines dengan nomor penerbangan LX 177 mendarat mulus di runway Flughafen Zürich atau Bandara Internasional Zürich, setelah menempuh 12,5 jam perjalanan dari Singapura.
ADVERTISEMENT
Penumpang LX 177 sebagian berlangkah gontai saat hendak turun dari pesawat. Maklum, mereka seperti merasakan jet lag perjalanan jauh. Penumpang ramai-ramai langsung menuju ke kereta bandara antarterminal untuk mengambil bagasi dan melewati pemeriksaan imigrasi.
Suasana di Kota Lucerne, Swiss. Foto: Reza Aditya/kumparan
Salah satu dari penumpang di Swiss Air itu adalah kumparan. kumparan diundang langsung oleh Switzerland Tourism dan merupakan satu-satunya media di Indonesia, untuk mengunjungi berbagai tempat wisata di Swiss selama 8 hari. Selasa, 17 September 2024, adalah hari pertama kami tiba di Swiss.
Swiss kini sedang memasuki musim gugur. Suhu di luar, khususnya di Kota Zürich, mencapai 6 derajat celsius. Cukup dingin untuk tidak menggunakan jaket.
Saat tiba di Bandara Zürich, seorang pria berkacamata dengan tas besar bermerek The North Face dan koper Rimowa langsung melambaikan tangan ke arah kami. Dia adalah Marketing & Communication Manager Southeast Asia Switzerland Tourism Nazrul Jumahat, yang telah lebih dulu sampai di Zurich.
Suasana Kota Lucerne, Swiss. Foto: Reza Aditya Ramadhan/kumparan
Naz, begitu sapaan Nazrul, langsung membawa kami ke konter Schweizerische Bundesbahnen (SBB). SBB adalah perusahaan kereta api nasional Swiss. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1902. SBB dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah Swiss dan dibagi menjadi beberapa usaha terpisah yang mengelola infrastruktur, dan mengoperasikan layanan penumpang dan angkutan.
ADVERTISEMENT
Nah, di SBB itulah koper kami nantinya akan dikirim ke hotel tempat kami menginap, di daerah Vitznau, Lucerne. Jadi, semacam door to door pengiriman koper yang jelas sangat membantu para traveler jika mau bepergian di Swiss.
Setelah dari konter SBB di Bandara Zürich, kami langsung menuju ke stasiun kereta yang berada tepat di bawah bandara untuk menuju ke Lucerne. Naik kereta di Swiss ini juga sudah sangat terintegrasi. Para traveler hanya cukup download SBB di iOs atau Android ponselnya. SBB itulah yang menjadi acuan kami selama 8 hari berada di Swiss.
Sesampainya di Stasiun Lucerne, kami langsung menuju sebuah lapangan besar di depan stasiun. Ada bangunan kecil, tepatnya tak jauh dari Danau Lucerne, di atasnya terdapat tulisan ‘WC’ dengan ikon segitiga pria dan wanita.
WC umum di salah satu pusat keramaian di Lucerne, Swiss. Foto: Reza Aditya Ramadhan/kumparan
"Ya, WC itu maksudnya toilet, sama seperti di Indonesia, orang menyebut WC, ya toilet. Jadi, WC itu singkatan dari water closet (WC)," kata Naz.
ADVERTISEMENT
Umumnya, di beberapa tempat, istilah kamar mandi menggunakan toilet. Tapi di Swiss tidak semuanya kamar mandi itu menggunakan istilah toilet. Kebanyakan mereka menuliskan WC.
Naz merupakan warga negara Singapura, tapi dia memiliki darah Indonesia dari buyutnya. Ia sudah berkali-kali ke Swiss dan tak heran dengan pertanyaan orang Indonesia yang kali pertama ke Swiss, terkait keberadaan WC di tempat-tempat umum.
Ada plang bertuliskan 'WC' di salah satu lokasi wisata di Murren, Swiss. Foto: Reza Aditya Ramadhan/kumparan
"Tapi kalau mau ke WC di tempat publik seperti ini, kamu harus siap membayar 1 CHF," kata Naz. 1 CHF (Swiss Franc) berdasarkan kurs per Minggu (29/9), yaitu sebesar Rp 18.000.
Selain di Lucerne, di sejumlah daerah di Swiss juga menuliskan WC terhadap kamar mandi. Yang kumparan temukan antara lain di Aletsch Arena hingga Mürren.
Ini merupakan penanda WC di salah satu restoran di Murren, Swiss. Foto: Reza Aditya Ramadhan/kumparan
Selain WC, ada juga kata dalam bahasa Indonesia yang banyak ditulis di sana, yaitu 'Gratis'. Kata 'Gratis' ini ditulis di poster-poster, bahkan di dalam bus mengacu kepada sebuah promosi produk atau pun tempat wisata.
Ada tulisan Gratis di bus di Swiss. Foto: Reza Aditya
Bahkan di sebuah restoran yang ada di Aletsch Arena, tumpukan piring bekas yang masih layak pakai, tapi sudah tidak terpakai oleh restoran itu dan hendak diberikan kepada seseorang, ditulis dengan kata 'Gratis'.
Ada tulisan Gratis yang banyak ditemukan di sejumlah sudut jalan di Swiss. Foto: Reza Aditya Ramadhan/kumparan
Head of Market and Product Management Aletsch Arena, David Kestens, mengatakan 'Gratis' yang terdapat dalam sejumlah poster dan juga brosur berbagai produk di Swiss itu berasal dari bahasa Latin.
ADVERTISEMENT
"Dan ya itu juga menjadi bahasa Swiss-Jerman, istilah Gratis itu. Kalau ada kesamaan dengan Indonesia, wah itu luar biasa," tutur David.
Gratis mengacu dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, adalah kata serapan yang diambil dari Bahasa Belanda, namun aslinya berasal dari bahasa Latin. Gratis bahkan juga ditemukan di bahasa Swedia.
Poster bertuliskan 'Gratis di salah satu hotel di Fiesch, Swiss. Foto: Reza Aditya Ramadhan/kumparan
Jadi, tak heran bila ada kesamaan kata Gratis karena berasal dari bahasa Latin yang juga diserap oleh beberapa negara-negara di Eropa.
Swiss memiliki 4 bahasa resmi. Selain Jerman, ada juga Prancis, Italia, dan Romansh. Bahasa Jerman di Swiss lebih dominan, yaitu sekitar 70 persen digunakan oleh warga untuk berbicara sehari-hari.