Akibat Perang Dagang, Jumlah Turis dari China di Amerika Serikat Turun

31 Mei 2019 3:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi turis asal China Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi turis asal China Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perang dagang antara Amerika Serikat dan China ternyata tidak hanya berimbas pada ekonomi dan bisnis semata. Menurut New York Post, jumlah turis dari China yang plesiran ke Negeri Paman Sam juga ikut menurun.
ADVERTISEMENT
Dari data yang dikumpulkan New York Post ditemukan bahwa jumlah perjalanan dari China menuju Amerika Serikat turun sebanyak 2,9 juta atau sekitar 5,7 persen pada tahun 2018. Penurunan jumlah ini diklaim merupakan kejadian yang pertama kalinya selama 15 tahun terhitung sejak 2003 silam.
Salah satu pemicu penurunan ini adalah travel warning bagi penduduk China yang hendak traveling ke Amerika Serikat. Pemerintah setempat menginformasikan pada warganya untuk waspada terhadap penembakan, perampokan, dan biaya tinggi yang dikenakan untuk perawatan medis.
Ilustrasi Turis Asal China Foto: Shutter Stock
Amerika kemudian membalasnya dengan mengeluarkan travel warning dan mengenakan tarif lebih besar pada produk tertentu, yang kemudian kembali dibalas oleh China. Sejak itu pula kondisi antara China dan Amerika Serikat mulai memanas.
ADVERTISEMENT
Selain itu, turunnya jumlah wisatawan China ke Amerika Serikat juga didasari ketidakpastian ekonomi yang terjadi di Negeri Tirai Bambu. Ketimbang menghabiskan waktu di Amerika, penduduk China akhirnya lebih memilih untuk berlibur di negara-negara Asia yang lokasinya relatif lebih dekat, seperti Taiwan, Hong Kong, atau Macau.
Kalaupun hendak mencari destinasi wisata yang eksotis, mereka biasanya lebih memilih Kroasia, Maroko, dan Nepal. Walau begitu, sebagian besar pengamat industri setuju bahwa penurunan ini hanya akan bersifat sementara.
Trsteno Arboretum, Kroasia Foto: Shutter Stock
Pemerintah Amerika Serikat memperkirakan bahwa pada tahun 2023 jumlah turis dari China yang berkunjung ke negara mereka akan mencapai 4,1 juta.
Dan untuk mencapai serta mempertahankannya, para ahli mengatakan industri pariwisata mesti berusaha lebih untuk mengikuti perubahan trend wisatawan China, serta memenuhi kebutuhan mereka yang terus berubah. Washington D.C. bahkan baru meluncurkan progam Welcome China.
ADVERTISEMENT
Dalam program tersebut, kamu akan dikenalkan berbagai hotel, restoran, dan lokasi wisata lainnya yang berkaitan dengan adat istiadat China. David Huether, Senior Vice President of Research for the US Travel Association mengungkapkan, bahwa memanasnya kondisi perang dagang tidak akan berpengaruh besar dengan wisata.
"Meskipun kondisi ekonomi China mendingin (menurun), kebiasaan plesiran mereka tetap akan menjadi salah satu sumber pertumbuhan yang baik dalam industri perjalanan," ungkapnya, seperti diberitakan New York Post.
Ilustrasi turis asal China berpetualang Foto: Shutter Stock
Wang Haixia, salah seorang karyawan di perusahaan perdagangan internasional di Beijing menuturkan, bahwa ia tidak bisa berlama-lama traveling di Amerika Serikat, sementara kondisi perang dagang kian memanas. Karena langkah tersebut akan menjadi kontribusi positif bagi pendapatan Negeri Paman Sam.
ADVERTISEMENT
Sebab, pada bulan Mei lalu ia dan keluarganya traveling ke Amerika Serikat secara khusus untuk menghadiri wisuda saudara perempuannya. Ia dan keluarganya kemudian telah menetapkan bahwa mereka hanya akan menghabiskan 10 hari saja di Illinois dan New York.
"Saya tidak dapat membatalkan perjalanan ini, karena sejak awal saya sudah berjanji padanya bahwa saya akan datang. Kerabat saya bahkan telah 'menyumbang' lebih dari 100 ribu Yuan (atau setara dengan Rp 208,6 juta) pada Amerika selama 10 hari di sini, dan itu sudah cukup," pungkas Wang.