news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Alasan Kenapa Data Black Box Pesawat Tidak Disimpan ke Dalam Cloud

18 Mei 2021 7:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kotak Black Box Rusak Foto: Flickr / kathleen_kuzma
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kotak Black Box Rusak Foto: Flickr / kathleen_kuzma
ADVERTISEMENT
Black box menjadi benda paling krusial saat terjadi kecelakaan pesawat. Black box atau kotak hitam adalah istilah umum yang digunakan dalam industri penerbangan untuk merekam data selama pesawat diterbangkan.
ADVERTISEMENT
Mungkin menjadi pertanyaan banyak orang, mengapa data black box pesawat tidak disimpan di cloud atau komputasi awan seperti yang sering dilakukan dengan file lainnya? Terlebih, saat ini teknologi kian berkembang dan sejumlah maskapai penerbangan telah menyediakan layanan internet di dalam kabin.
Banyak yang beranggapan, jika informasi yang ada di black box dapat di-upload secara real time ke cloud, akan mempermudah proses investigasi penyebab kecelakaan. Terlebih, saat benda paling krusial itu tidak bisa ditemukan usai kecelakaan pesawat.
Penampakan Black Box Pesawat Foto: Flickr / Ryan
Saat ini, sejumlah perusahaan telah mengembangkan teknologi penyimpanan data penerbangan secara real time ke cloud. Namun, teknologi tersebut belum diadopsi secara luas oleh banyak maskapai penerbangan.
Menurut pengamat industri penerbangan, salah satu penghambatnya adalah biaya. Selain biaya, faktor yang paling disoroti terkait penyimpan data black box di cloud adalah keamanan saat pengaplikasian streaming data penerbangan.
ADVERTISEMENT
Pencurian atau pengubahan informasi rentan terjadi saat data dikirim atau saat data sudah tersimpan di server. Dengan teknologi cloud yang memanfaatkan lebih dari satu jaringan server, risiko kebocoran data tentu semakin tinggi.
Ilustrasi pesawat jatuh Foto: Shutter Stock
Dilansir Science How Stuff Works, kendala lainnya adalah rentan terjadi gangguan sinyal saat pesawat mengalami kecelakaan. Streaming data cloud kemungkinan besar akan gagal dikirim atau tersalin ke cloud akibat jaringan internet yang tidak stabil.
Apalagi, jumlah data yang dihasilkan black box setiap detiknya tidaklah sedikit. Maka, diperlukan jaringan internet yang cepat dan stabil. Selain itu, kondisi pesawat yang selalu bergerak dan faktor cuaca membuat data tidak terekam dengan utuh.
Flyht Aerospace Solutions di Kanada telah menyediakan layanan streaming black box dengan harga sekitar Rp 1,45 miliar per pesawat. Perusahaan tersebut mengatakan memiliki lebih dari 50 pelanggan dan sudah dipasang di sekitar 400 pesawat.
Ilustrasi pesawat jatuh Foto: Shutter Stock
Canada's First Air adalah salah satu maskapai penerbangan yang menggunakan sistem FLYHT. Namun, sayangnya sistem yang terpasang tidak terus-menerus mengirim data ke Cloud.
ADVERTISEMENT
Alat tersebut hanya aktif ketika pesawat dalam keadaan normal. Perangkat streaming mirip dengan perangkat keras kotak hitam yang telah digunakan di pesawat selama beberapa dekade.
Perangkat tersebut terdiri dari perekam suara kokpit dan perekam data penerbangan yang berfungsi saat proses investigasi. Faktor lain yang juga menjadi alasan mengapa sistem streaming data black box ke cloud belum diterapkan di semua pesawat adalah belum adanya regulasi terkait hal ini.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).