Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Alasan Pesawat Tidak Terbang Melintasi Wilayah Pegunungan Tibet
12 Februari 2022 8:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dilansir Simple Flying, meski pesawat bisa terbang lebih dari 16 ribu kaki, hal tersebut tetap dilarang, karena daerah ini didominasi dengan pegunungan yang menjulang tinggi. Bahkan, salah satu bandara di Tibet saja, yaitu Lhasa berada di ketinggian hampir 12 ribu kaki.
Tak sampai di situ, Tibet juga dianggap memiliki medan yang berat bagi pilot.
Sebagai contoh kasus, ketika pesawat kehilangan tekanan kabin, pilot harus menurunkan pesawat ke ketinggian ke 10 ribu kaki untuk memberikan masker oksigen kepada penumpang.
Masker oksigen di pesawat bisa memberikan oksigen bagi masing-masing penumpang setidaknya 10-20 menit.
Waktu tersebut adalah waktu yang cukup bagi pesawat untuk turun ke ketinggian 3.048 meter. Namun, hal tersebut tidak akan bisa dilakukan di Tibet, karena dataran tingginya lebih dari 3.048 meter.
ADVERTISEMENT
Hanya Punya Dua Bandara
Tak sampai di situ, dalam skenario terburuk misalkan pesawat harus mendarat di bandara terdekat, Tibet tidak bisa menyediakan hal tersebut.
Di seluruh wilayah Tibet, hanya ada dua bandar udara yang beroperasi, yaitu Bandara Lhasa Gonggar di Lhasa, dan Bandara Internasional Tribhuvan di Kathmandu.
Jika sampai terjadi situasi gawat di atas pesawat, tidak ada lapangan udara yang bisa digunakan untuk mendarat.
Kemudian, bila pesawat mendarat di Lhasa, maka bisa menimbulkan risiko bahaya, karena ketinggian Lhasa 3.650 meter di atas permukaan laut (mdpl). Ini bisa membuat beberapa orang sulit bernapas.
Turbulensi yang Berbahaya Bagi Penumpang
Selain didominasi pegunungan yang menjulang tinggi, kawasan pegunungan Tibet dianggap memiliki turbulensi yang berbahaya bagi pilot. Salah satunya adalah “clean air turbulance” atau turbulensi yang tidak bisa dilihat dan bahkan tidak bisa diprediksi oleh pilot.
ADVERTISEMENT
Clear air turbulance disebabkan oleh adanya pusaran udara yang terbentuk saat aliran udara terganggu oleh pegunungan yang tinggi, di area yang memiliki angin tegak lurus yang kuat.
Turbulensi ini juga bisa terjadi di tempat yang sering ada pembalikan suhu. Jika terjadi clear air turbulance, bisa membahayakan pesawat.
Bisa Bikin Bahan Bakar Pesawat Beku
Alasan terakhir kenapa pesawat dilarang melintasi kawasan pegunungan Tibet adalah temperaturnya yang rendah. Hal ini dikhawatirkan menyebabkan bahan bakar pesawat menjadi beku.
Meski hal ini jarang terjadi dalam sebuah penerbangan, risiko ini tetap ada jika pesawat melintasi kawasan pegunungan yang tinggi.
Bahan bakar sebuah pesawat Jet A-1 memiliki titik beku -47 derajat Celsius. Sedangkan pesawat Jet-A yang biasa digunakan di AS titik beku sedikit lebih tinggi, yaitu sekitar -40 derajat Celsius.
ADVERTISEMENT
Zona Larangan Terbang atau No-Fly Zones
Sama seperti transportasi pada umumnya, pesawat terbang juga memiliki rute perjalanan atau jalur penerbangannya tersendiri. Jalur penerbangan tersebut dipilih sesuai dengan rekomendasi Otoritas Penerbangan Sipil Internasional (ICAO).
Tapi jangan salah, rupanya tak semua tempat mengizinkan pesawat untuk melintas di atasnya. Zona ini dinamakan No-fly zones (NFZs) atau zona larangan terbang.
Pesawat dilarang melintasi zona-zona tersebut karena alasan keamanan. Tak hanya itu, zona ini juga melarang pesawat melintasi situs-situs bersejarah ataupun tempat-tempat tertentu.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )