Annapurna Nepal, Salah Satu Gunung yang Paling Sulit dan Berbahaya untuk Didaki

28 Maret 2022 8:01 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gunung Annapurna di Nepal. Foto: Aleksa Georg/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Annapurna di Nepal. Foto: Aleksa Georg/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Gunung Annapurna di Nepal merupakan salah satu gunung yang paling sulit didaki dan berbahaya di dunia. Gunung ini memiliki ketinggian 8.091 mdpl.
ADVERTISEMENT
Gunung yang menjadi puncak tertinggi kesepuluh di dunia ini berada di Nepal Utara dan dikenal sebagai puncaknya yang sepi, sulit didaki, dan salah satu yang paling berbahaya di dunia.
Rute pendakian di gunung ini memang lebih pendek dari Gunung Everest, tetapi untuk mencapai puncaknya sangat sulit dan berbahaya.
Kenapa dibilang berbahaya, karena terjadinya longsoran di gunung tersebut tidak dapat diprediksi, medan yang sulit, cuaca tidak bisa diketahui, serta kurangnya bantuan di gunung tersebut.
Gunung Annapurna di Nepal. Foto: Dzianis_Rakhuba/Shutterstock
Dilansir Mountain Homies, pada Oktober 2014 lalu, ada 39 pendaki tewas dalam longsoran salju di Annapurna. Dan secara statistik tingkat kematian yang dialami pendaki di sana ada sekitar 35 persen.
Sedangkan pendaki yang berhasil mencapai puncaknya sejak 2012 hingga sekarang hanya 191 orang. Biasanya para pendaki berhenti di tengah jalan karena cuaca buruk, kelelahan, atau alasan lain.
ADVERTISEMENT
Kembali ke alasan kenapa gunung ini dianggap berbahaya. Karena medannya yang rawan longsor sehingga meningkatkan bahaya pada rute pendakiannya.
Longsor di gunung ini sering terjadi, jadi para pendaki tidak bisa memprediksi kapan waktu yang aman untuk mereka pergi mendaki. Para pendaki hanya perlu berharap saat mereka mendaki tidak terjadi longsor.
Jika terjadi longsor, tidak akan ada tim penyelamat di Annapurna. Jadi anggap saja para pendaki benar-benar sendirian saat mereka memutuskan mendaki di gunung ini.
Belum lagi masalah cuaca, dengan lokasi yang jauh ke arah utara, cuaca di sini sangat tidak terduga. Bisa saja hujan salju dan cuaca dingin yang ekstrem terjadi sepanjang tahun.
Karena cuaca tersebut, bisa saja pendaki mengalami kematian yang disebabkan karena kedinginan, mengalami radang dingin, terpeleset jatuh di atas es, dan jatuh ke celah atau terluka parah di bebatuan.
ADVERTISEMENT
Melihat ketinggian Annapurna, hal itu berarti para pendaki membutuhkan oksigen saat mendakinya. Karena bisa saja pendaki tersebut kekurangan oksigen.
Untuk medan pendakiannya sendiri, Annapurna terkenal sulit dan membutuhkan teknis yang matang. Karena lerengnya jauh lebih curam daripada Gunung Everest dan rute menuju puncaknya tidak mudah untuk dilalui.
Para pendaki juga harus memetakannya sendiri dan menavigasi. Jika tersesat atau GPS berhenti bekerja, itu berarti para pendaki berada dalam masalah besar.
Visibilitas bisa sangat rendah dalam cuaca buruk di Annapurna, meningkatkan risiko tersandung, jatuh ke lereng curam atau jurang, dan mendarat di bebatuan.
Faktor lain yang menambah bahaya Annapurna adalah lokasinya. Ini sebenarnya bukan puncak tunggal, tetapi bentangan pegunungan sepanjang 60 km dengan berbagai puncak.
Gunung Annapurna di Nepal. Foto: Foto_Kastenhuber/Shutterstock
Di sini, tidak ada sherpa atau tali pengikat, jadi benar-benar tidak ada cadangan atau bantuan jika terjadi kesalahan pada bagian teknis ketika melakukan pendakian.
ADVERTISEMENT
Jika terjebak dalam longsoran salju, para pendaki harus menggali sendiri. Tentu ini bisa memakan waktu lama dan memperpanjang paparan terhadap kondisi ekstrem.
Para pendaki juga harus mulai mendaki di ketinggian yang cukup rendah, karena infrastruktur di daerah tersebut sangat sedikit. Mengemudi memang akan membawa lebih dekat ke base camp, tetapi tidak sedekat seperti di Gunung Everest.