Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Artotel Sanur Berikan Pengalaman Stay Menyenangkan Layaknya di Galeri
1 Juli 2024 11:04 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Begitu tiba di lobi, tamu akan disambut dua sculpture yang menarik perhatian; The Dancing Ocra dan The White Caps karya seniman berdarah Jerman-Sumatra, Pintor Sirait. Karya seni Sirait yang dibuat dari material logam dan baja tersebut merupakan perayaan dari keajaiban warna dan keindahan laut, serta pengalamannya snorkeling di Sanur 40 tahun lalu.
Waktu menunggu check-in atau check-out di Artotel Sanur tak akan terasa karena banyak sudut lain yang menarik perhatian mata. Ketika kumparanTravel berkunjung, dinding lobi sedang memajang ‘Mata Mata’ karya pelukis kelahiran Bali, Mario Andi Supria, yang memiliki gaya kontemporer perpaduan doodling, abstract dan cubism dalam menggambarkan kedalaman emosi manusia.
Lukisan Mario kental warna-warna cerah dengan garis tajam yang memisahkan dan memadukan beragam bentuk berdasarkan perasaan, intuisi dan mood yang memancing imajinasi audiens.
Masuk ke kamar, tamu juga disambut seni modern yang dipadukan dengan kearifan lokal karya I Made Wiguna Valasara. Seniman kelahiran Gianyar ini menjadikan dinding kamar sebagai kanvasnya dalam menginterpretasikan layang-layang sedang berdansa di awan.
ADVERTISEMENT
Valasara memadukan tiga warna utama yang selalu digunakan ketika mewarnai layang-layang; hitam, putih dan merah yang juga sering disebut Tri Datu. Bali dan layang-layang memang memiliki koneksi yang kuat. Penduduk Bali biasanya bermain layang-layang tradisional selama periode Juli-Agustus ketika langit cerah dan angin yang mendukung.
Seni bernuansa layang-layang terasa kental di Artotel Sanur, bahkan menjadi bagian penting dari arsitektur hotel berlantai lima yang memiliki 89 kamar ini. Sebanyak 4.600 panel kayu berbentuk daun layang-layang menjadi bagian dari galeri vertikal yang cocok untuk background foto. Spot instragammable checked.
Setelah beristirahat, tamu kembali disuguhkan seni saat sarapan. Jadi, sambil menikmati garlic cheese bread roll dan omelet yang jempolan, mata kita akan bergerak menikmati atap dan sudut-sudut restoran yang artistik.
ADVERTISEMENT
Seniman kelahiran Yogyakarta dan kini menetap di Bali, Kemalezedine, diberikan kesempatan untuk memberikan sentuhan magisnya di panel kayu yang menjadi atap restoran. Karya Kemalezadine memiliki gaya automatic drawing atau tanpa sketsa, dan banyak terinspirasi dari gambar dan mantra di Bali yang biasa disebut rerajahan.
Mural Kemalezadine juga menampilkan elemen tradisional seperti wayang dan motif kecil yang disebut aun-aun, merepresentasikan partikel debu di udara, yang sejalan dengan nilai-nilai Bali di mana tak ada ruang kosong, yang ada hanya ‘ramai’ atau ‘sepi’.
Seniman lain yang menjadikan Artotel Sanur sebagai kanvasnya adalah Ines Katamso. Perempuan yang mendapatkan gelar Master of Arts and Design di Antibes, Prancis, ini menghias kamar tamu dengan kombinasi seni gambar dan crafting bentuk geometri dengan warna colorful. Sementara Natisa Jones bermain-main dengan mural imajinatif bernuansa dreamy yang berlandaskan pengalaman manusia dan proses kreatif.
Jika kamu berkunjung ke Sanur, ada beberapa pilihan tambahan selain menikmati pantai dan menyeberang ke Nusa Penida. Prasasti Blajong memberikan potongan sejarah lewat artefak cerita tertua yang pernah ditulis tentang Bali saat salah satu kejayaan pemimpin Bali masa lampau, Sri Kesari Warmadewa.
ADVERTISEMENT
Selain itu kamu juga bisa mengunjungi Le Mayeur Museum yang memiliki koleksi lukisan dan cerita personal seniman Belgia, Adrien-Jean Le Mayeur de Merpes (1880-1958). Le Meyeur yang jatuh cinta dengan Sanur pada tahun 1920-an, membangun kediamannya dengan elemen Bali klasik, patung batu dan lantai terazzo merah yang ikonik.