Asal-usul Tradisi Salam Tempel Ketika Lebaran

19 Mei 2020 10:08 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi amplop cantik yang digunakan untuk menempatkan uang bagi anak-anak kecil saat Lebaran Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi amplop cantik yang digunakan untuk menempatkan uang bagi anak-anak kecil saat Lebaran Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu kebiasaan saat Lebaran yang belum banyak berubah dan selalu dinanti-nanti adalah bagi-bagi THR atau salam tempel. Sayangnya, seiring waktu berjalan, kamu yang sudah mulai dewasa dan bekerja, kemungkinan menerima salam tempel jadi makin kecil.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, kamu yang dulu berseri karena mendapat uang dari kerabat atau saudara, kini justru mesti jadi pemberi. Memberikan sedikit berkatmu bagi adik-adik atau keponakan yang lebih kecil.
Dalam KBBI, salam tempel dituliskan sebagai cakapan. Sebutan pada uang atau amplop berisi uang yang diberikan dengan cara diselipkan dalam tangan orang yang disalami.
Nominalnya beragam, tergantung si pemberi. Tradisi salam tempel sudah berjalan turun-temurun. Bukan cuma di Indonesia, tapi juga di negara Islam, salah satunya adalah Uni Emirat Arab.
Ilustrasi seorang anak laki-laki menerima salam tempel dari keluarganya saat Lebaran Foto: Shutterstock
Dilansir The National, salam tempel di Uni Emirat Arab lebih dikenal sebagai eidiyah. Tradisi memberikan uang tunai tersebut dilakukan pada hari-hari raya besar, seperti Idul Fitri atau Idul Adha.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini berasal dari awal Abad Pertengahan. Pada masa itu, Kekhalifahan Fatimiyah membagikan uang, permen, atau pakaian pada anak-anak muda, dan orang-orang tua pada hari pertama Idul Fitri.
Namun, pada akhir periode Ottoman, eidiyah kemudian berubah menjadi sejumlah uang tunai dalam pecahan-pecahan kecil. Uang itu biasanya diberikan oleh orang tua dan kerabat-kerabat yang lebih tua pada anak-anak mereka.
Ilustrasi uang dalam amplop Foto: Shutterstock
Meski sudah terjadi lama dan turun-temurun, eidiyah di Uni Emirat Arab bukanlah tradisi yang universal. Tak seluruh keluarga melakukan hal yang sama pada anak-anak atau kerabat mereka yang berusia muda.
Seiring waktu dan perkembangan teknologi, eidiyah tak lagi hanya berupa uang. Kadang-kadang, ada yang memberikan ponsel pintar atau konsol game.
ADVERTISEMENT
"Tradisi Ramadhan semakin berubah seiring dengan munculnya globalisasi," kata Sammy Badran, Asisten Profesor Ilmu Politik di Departemen Studi Internasional Universitas Sharjah yang bekerja meneliti tren sosial.
Ia menganalogikannya sama seperti hadiah yang diberikan oleh orang-orang Amerika pada anak-anak mereka saat Natal, dengan eidiyah ketika Idul Fitri. Kebiasaan ini kemudian dilirik oleh berbagai bisnis untuk dikomersialkan.
Ilustrasi anak-anak menerima bahagia salam tempel dari sanak-saudaranya. Foto: Shutterstock
Walau begitu, bukan berarti eidiyah atau salam tempel yang menggunakan uang tunai sudah ketinggalan zaman. Ada orang tua yang lebih memilih menggunakan uang tunai ketika memberikan salam tempel untuk mengajarkan anaknya soal mengatur keuangan.
"Di sisi lain, ada orang tua yang menggunakan tradisi eidiyah sebagai cara untuk mengajar anaknya tentang pengelolaan uang dan menabung untuk masa depan," jelasnya.
Ilustrasi seorang pria memamerkan uang yang ia dapat saat Lebaran Foto: Shutterstock
Alasan inilah yang kemudian menjadi salah satu fokus Obligasi Nasional, perusahaan tahunan dan investasi syariah. Mereka menghadirkan kampanye eidiyah tahunan dengan memberikan 500 pemegang obligasi minor masing-masing 50 dirham atau sekitar Rp 202 ribu.
ADVERTISEMENT
Biasanya, orang-orang yang beruntung dipilih melalui undian elektronik khusus pada hari pertama Idul Fitri.
"Selain mendorong anak untuk menabung sejak kecil, praktik ini juga merupakan kebiasaan yang bermanfaat. Kampanye ini juga meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya tabungan reguler, terutama ketika mempersiapkan biaya pendidikan anak-anak mereka," ujar Mohammed Qasim Al Ali, Kepala Eksekutif Obligasi Nasional.
Hal tersebut diamini oleh Aliya Khan, seorang tenaga marketing profesional Pakistan yang berdomisili di Dubai. Ia dan sang suani terbiasa memberi anak mereka, Rakaan (13), uang tunai dan hadiah setiap Idul Fitri.
Dengan memberikan uang tunai, Rakaan bisa membeli barang yang ia inginkan. Memberikan anaknya kesempatan untuk membuat keputusan sendiri, terutama soal uang.
ADVERTISEMENT
"Anak-anak suka membuat keputusan pengeluaran sendiri. Jika mereka tak ingin menggunakannya dan memilih untuk menabung, itu juga bagus. Rakaan sudah menabung dan menggunakannya untuk kebutuhan tertentu. Ia mengerti kepuasan membeli sesuatu menggunakan uang pribadi lebih besar ketimbang dibelikan orang tua," jelasnya.
Ilustrasi seorang pria memamerkan uang yang ia dapat saat Lebaran Foto: Shutterstock
Sementara itu, dosen dan wirausahawan bernama Somia Anwar, dan sang suami lebih memilih untuk memberikan gadget pada anaknya sebagai eidiyah. Hadiahnya beragam, mulai dari iPhone, iPad, Nintendo Switch, hingga konsol PlayStation.
Karena pandemi, ada pula keluarga yang akhirnya lebih memilih menggunakan layanan transfer untuk memberikan salam tempel. Farheen Matheranwala dari India salah satunya.
Kendati berencana untuk merayakan Idul Fitri bersama dengan anak-anak dan suaminya, ia tetap merekomendasikan opsi transfer online pada teman-temannya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, eidiyah dalam bentuk uang akan menyoroti nilai tradisional dan menjauhkan anak-anak mereka dari tuntutan terhadap mainan, video game, atau gadget elektronik.
Hmm.. Kalau kamu sendiri, biasanya memberikan salam tempel dalam bentuk apa ke saudara-saudaramu?
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.