Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ASITA Ungkap Tren Baru Wisatawan di Bali: Suka Cari Daerah Baru
19 April 2024 16:58 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Tren wisatawan terus berubah seiring berjalannya waktu. Selain wisata yang ramah lingkungan atau sustainable tourism, saat ini wisatawan disebut lebih menyukai destinasi baru atau anti-mainstream.
ADVERTISEMENT
Hal itu pun diungkapkan oleh Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA ) Bali, I Putu Winastra.
Menurutnya, saat ini ada tren baru di mana wisatawan lebih suka mengeksplorasi daerah baru atau yang masih jarang diketahui. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab saat libur panjang Lebaran 2024 tak banyak wisatawan terutama domestik menggunakan biro perjalanan wisata seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Kita ketahui saat Lebaran di jalan tidak begitu ramai karena wisatawan tersebar di Buleleng, Bedugul, ada yang di daya tarik wisata baru di Singaraja, jadi merata, segmen pasar domestik berubah tidak melulu Uluwatu dan Tanah Lot,” kata dia seperti dilansir Antara.
Meski ini menjadi kabar buruk bagi asosiasi biro perjalanan wisata resmi itu, di mana hanya 10 persen dari kondisi libur Lebaran 2023 yang dipesan wisatawan domestik, Winastra memaknai ini sebagai pengingat para agen.
ADVERTISEMENT
“Makanya saya sampaikan bagaimana kita membuat paket berkelanjutan, pengalaman itu yang wisatawan cari, ketika orang tinggal di kota mereka ingin tinggal di rumah penduduk dengan kegiatan-kegiatan tradisionalnya,” ujarnya.
Tren Wisata Berkelanjutan
Selain itu, konsep berkelanjutan juga menjadi tren yang ASITA Bali perhatikan belakangan, pada pasar internasional bahkan tak sedikit wisatawan yang menilai biro perjalanan berdasarkan paket wisata dan cara bertingkah laku pemandu yang ramah lingkungan.
Di saat wisatawan domestik semakin sedikit yang menggunakan biro perjalanan wisata, wisatawan internasional justru masih 50 persen menggunakan jasa mereka.
Alasannya karena ketika menggunakan bantuan media sosial internet dan transportasi daring maka tak sedikit yang kesulitan di jalan, ditambah terkadang wisatawan justru menyesal karena objek yang dituju tidak sesuai harapan mereka.
ADVERTISEMENT
“Ketika wisatawan mengandalkan internet ketika ada sesuatu yang tidak sesuai ekspektasi akan ribut-ribut, ini memberi dampak negatif terhadap destinasi, sedangkan jika ada agen lokal kita bisa mencari solusi ketika produk kita dirasa kurang sesuai,” ujar Winastra.
Adapun alasan lain berkurangnya minat wisatawan menggunakan biro perjalanan wisata diduga karena sempat terjadi kemacetan pada akhir tahun 2023 lalu, sehingga mereka memutuskan mengeksplorasi tempat yang tidak ramai dan membuat jadwal sendiri.