Atasi Bencana Hidrometeorologi di Tempat Wisata, Kemenparekraf Lakukan Hal Ini

13 November 2024 15:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Cuaca Buruk di Jakarta. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Cuaca Buruk di Jakarta. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Di akhir tahun, Indonesia memasuki musim hujan yang dapat memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, dan angin kencang. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengingatkan masyarakat dan wisatawan untuk waspada bencana hidrometeorologi.
ADVERTISEMENT
Namun, tidak hanya itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melakukan sejumlah upaya untuk mengatasi bencana hidrometeorologi yang berpotensi terjadi di tempat wisata.
"Kemenparekraf melakukan berbagai upaya untuk memastikan kesiapan bahwa destinasi dan lokasi daya tarik wisata aman terhadap ancaman bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, ombak tinggi, dan tanah longsor, terutama menjelang musim libur Nataru 2024/2025," kata Kedeputian Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, seperti dikutip Antara.
Ilustrasi mobil menerjang banjir Foto: dok. The Driven
Kementerian menyatakan kesiapan tersebut telah dilakukan dengan mengirimkan surat imbauan kepada pemerintah daerah dan pengelola destinasi wisata, agar memastikan kembali semua fasilitas dan akomodasi wisata aman dari bahaya banjir, ombak tinggi, dan tanah longsor.
Sosialisasi pun dijalankan dalam rangka meningkatkan kesadaran keamanan dan keselamatan, dengan memanfaatkan modul yang dimiliki pada Sisparnas Manajemen Krisis dan kolaborasi dengan mitra strategis.
ADVERTISEMENT
Kemenparekraf saat ini juga sedang melakukan langkah proaktif, untuk meningkatkan kualitas layanan pariwisata dan keselamatan pengunjung.

Kolaborasi Kemenparekraf dan BMKG

Seorang warga menggunakan payung saat turun hujan di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (4/7/2024). Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Caranya yakni dengan berkolaborasi bersama BMKG untuk menyusun Impact Based Forecast, guna meningkatkan akurasi dan kemanfaatan prakiraan cuaca di Labuan Bajo sebagai percontohan.
Sementara terkait dengan koordinasi, Kemenparekraf mendorong instansi terkait, pelaku usaha industri pariwisata, dan stakeholder pentahelix pariwisata untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman bencana hidrometeorologi pada musim pengujung yang diperkirakan mencapai intensitas tinggi pada bulan Desember 2024 dan awal Januari 2025, yang bertepatan dengan musim libur panjang natal dan tahun baru.
Suasana awan mendung di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (4/7/2024). Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Koordinasi bersama kementerian/lembaga terkait, pemerintah daerah, pengelola destinasi wisata dan pelaku usaha industri pariwisata juga terus diperkuat sebagaimana panduan CHSE Keamanan Destinasi Wisata.
ADVERTISEMENT
"Kemenparekraf terus melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, seperti Kementerian Kesehatan, Kepolisian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan SAR Nasional (BASARNAS), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di seluruh Indonesia," katanya.