Bagian dari Budaya, Ini Alasan Orang Jepang Suka Membungkukkan Badan

3 Maret 2023 8:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Princess Mako Jepang membungkuk kepada orang tuanya, Putra Mahkota Akishino dan Putri Mahkota Kiko,  sebelum meninggalkan rumahnya untuk pernikahannya di Akasaka Estate di Tokyo, Jepang, Selasa (26/10). Foto: Kyodo/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Princess Mako Jepang membungkuk kepada orang tuanya, Putra Mahkota Akishino dan Putri Mahkota Kiko, sebelum meninggalkan rumahnya untuk pernikahannya di Akasaka Estate di Tokyo, Jepang, Selasa (26/10). Foto: Kyodo/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Jepang enggak hanya dikenal dengan budaya masyarakatnya yang disiplin. Nyatanya, Negeri Sakura juga punya budaya lain yang tak kalah menarik, yaitu gesture atau sikap membungkukkan badan sebagai simbol ungkapan salam, hingga ucapan terima kasih.
ADVERTISEMENT
Lantas, pernahkah terlintas di benak kamu, kenapa, ya, orang Jepang suka membungkuk saat memberikan salam? Atau apa sih arti bungkukkan badan dalam budaya Jepang?
Jika di negara lain mengucapkan salam dilakukan lewat lisan atau jabatan tangan, Jepang menggantinya dengan membungkuk.
Membungkuk dalam budaya Jepang. Foto: Shutterstock
Dilansir Pulse, tradisi membungkuk tersebut dikenal dengan istilah ojigi, yang merupakan tanda untuk memberikan hormat kepada seseorang. Karena sudah menjadi akar dari budaya Jepang, ojigi biasanya sudah diajarkan sedari dini, khususnya anak-anak.
Hal itu dilakukan agar mereka bisa menghormati sesama atau orang yang lebih tua. Tak hanya itu, budaya ojigi juga ternyata sudah ada sejak lama, lho.

Budaya yang Telah Ada Sejak Ratusan Tahun Lalu

Menariknya, membungkuk sudah dilakukan orang-orang Jepang antar tahun 500-800. Dilansir Live Japan, budaya tersebut diperkirakan berasal dari China dan disampaikan melalui ajaran agama Buddha.
ADVERTISEMENT
Kala itu, membungkuk dilakukan untuk menunjukkan status seseorang. Contohnya, saat memberi salam ke orang yang kedudukan lebih tinggi, seseorang harus membungkuk untuk memberi tanda bahwa mereka bukanlah ancaman.
Membungkuk dalam budaya Jepang. Foto: Shutterstock
Pemandangan tersebut juga masih bisa kamu lihat saat menonton film atau drama berlatar sejarah, ketika rakyat biasa menghadap sang raja atau ratu. Nah, di era modern ini, budaya ojigi masih dilakukan di Jepang.
Biasanya ojigi dilakukan untuk berterima kasih, memohon sesuatu, memberi selamat, hingga meminta maaf. Karena peranannya yang penting di dalam sendi kehidupan, anak-anak hingga orang dewasa di Jepang harus tahu caranya ber-ojigi dengan benar, agar dapat hidup bermasyarakat dengan baik.

Budaya Ojigi Banyak Ragamnya

Ojigi memiliki dua posisi dasar, yaitu berdiri dan duduk. Sementara itu, ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ojigi.
ADVERTISEMENT
Pertama, punggung direnggangkan, namun tetap lurus. Kemudian, posisi kaki dan pinggul harus lurus, serta menarik napas saat menurunkan kepala, lalu mengembuskan napas saat mengangkat kepala. Dasar ini digunakan di semua jenis ojigi.
Tak hanya itu, ojigi juga memiliki banyak ragamnya. Misalnya Eshaku, biasanya dilakukan antar teman sejawat di kantor atau sekadar memberi salam, seperti ucapan selamat pagi atau 'otsukaresama desu’ (terima kasih kerja kerasnya).
Melakukan ojigi kepada teman atau saudara tidak masalah walau hanya dengan menganggukkan kepala sekilas. Akan tetapi, bila objeknya adalah teman sejawat di kantor, gunakanlah ‘eshaku’. Caranya tinggal berdiri sambil menundukkan kepala 15 dengan sudut sekitar 15 derajat.
Selain Eshaku, ada juga Senrei, yaitu ojigi yang dilakukan sambil duduk. Nah, gesture ini biasanya dilakukan saat situasi formal atau semi-formal. Caranya adalah dengan membungkukkan badan dan kepala 30 derajat, kemudian kamu harus menahan posisi ini selama 2-3 detik.
Membungkuk dalam budaya Jepang. Foto: Shutterstock
Tak hanya itu, ada juga Keirei. ‘Keirei’ adalah jenis ojigi yang paling resmi dan biasa dijumpai. Dilakukan dengan cara berdiri lalu membungkuk 30 derajat yang biasanya dilakukan untuk memberikan salam ke orang lain.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, Saikeirei dan Shazai dilakukan kepada manajer, mertua, atasan, atau rekan bisnis yang penting, sebagai wujud hormat, serta permintaan maaf yang mendalam.
Caranya biasanya membungkukkan tubuh 45 derajat dengan kepala diturunkan, lalu tahan posisi ini selama kurang lebih 3 detik.
Selain itu, masih banyak bentuk budaya ojigi lainnya yang hanya digunakan untuk kepentingan ritual agama. Aturan ojigi mungkin terlalu sulit untuk dipelajari sekaligus, namun ada dua hal yang perlu diingat.
Semakin formal situasi atau semakin tinggi kedudukan lawan bicaramu, membungkuklah semakin dalam dan lama.
Jangan lakukan ojigi dengan tangan diletakkan di depan dada, karena sekarang ini cara tersebut hanya digunakan untuk ibadah di kuil saja.
Selalu menghormati dan sopan terhadap orang lain adalah kebiasaan orang Jepang, yang telah dilakukan sejak lama dan melalui sejarah yang panjang.
ADVERTISEMENT