Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bali Akan Kembangkan Kereta Bawah Tanah untuk Urai Kemacetan
1 Februari 2024 12:24 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dan pemerintah pusat tengah merancang pembangunan kereta bawah tanah (subway), untuk mengurai kemacetan yang kerap terjadi di musim liburan. Pembangunan kereta bawah tanah itu nantinya akan menghubungkan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dengan Central Parkir Kuta, Seminyak, hingga Canggu di Kabupaten Badung.
ADVERTISEMENT
Pejabat Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, mengatakan bahwa rencana pembangunan kereta bawah tanah itu saat ini masih dalam proses pengkajian.
“Saat ini (subway) dalam proses penyelesaian studi kelayakan. Kami harapkan April ini sudah selesai,” ujar Sang Made, seperti dikutip dari Antara.
Operasional kereta bawah tanah atau subway, nantinya berbeda dengan Moda Raya Terpadu (Mass Rapid Transit/MRT) dan Lintas Rel Terpadu atau kereta api ringan (Light RailTransit/LRT) yang tiketnya disubsidi pemerintah.
Alasannya, mobilitas di sekitar kawasan tersebut dominan untuk pariwisata dan bisnis, sehingga diperkirakan tiket tidak ada subsidi dari pemerintah.
“Kalau dari bandara, Central Parkir, Seminyak, kemudian Canggu, dari survei pergerakannya itu 85 persen adalah untuk berwisata atau bisnis, dan masyarakat lokal hanya 15 persen,” imbuh Sang Made.
ADVERTISEMENT
Alasan Pembangunan Kereta Bawah Tanah
Pembangunan transportasi publik di bawah tanah ini juga menjadi pilihan, mengingat sepanjang jalan di kawasan tersebut sempit dan padat infrastruktur, di antaranya perhotelan, vila, bar, kafe, serta rumah penduduk Bali yang masing-masing memiliki tempat ibadah.
Dengan kondisi itu, opsi pelebaran jalan juga dinilai memberatkan, baik dari sisi finansial hingga sosial budaya masyarakat.
Selain itu, terbatasnya lahan dan upaya menjaga keaslian Bali juga membuat opsi kereta bawah tanah menjadi alternatif, didukung dengan belum optimalnya pemanfaatan ruang bawah tanah di Bali.
“Nantinya dapat lebih optimal dimanfaatkan, misalnya di TOD (transit oriented development/pembangunan berbasis transit), ada ritel, dan utilitas perkotaan, jaringan telekomunikasi, pipa air, listrik dan gas,” tutur Sang Made.
ADVERTISEMENT
Terkait proyeksi nilai investasi, Sang Made belum memberikan rincian, karena masih dihitung, menunggu penyelesaian studi kelayakan yang dilaksanakan oleh perusahaan asal Korea Selatan.