Batik Klasik Jadi Primadona di Kampung Batik Giriloyo, Yogyakarta

27 Desember 2021 12:03 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Showroom di Kampung Batik Giriloyo.
 Foto: Anggita Aprilyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Showroom di Kampung Batik Giriloyo. Foto: Anggita Aprilyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap daerah yang memiliki batik, pasti memiliki primadona di hati para konsumen. Kampung Batik Giriloyo, Yogyakarta, misalnya. Kampung batik ini dikenal memiliki batik klasik yang menjadi primadona dan beda dari yang lain.
ADVERTISEMENT
Batik klasik sendiri memiliki motif dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Hal ini jugalah yang menjadi penentu berapa harga yang diberikan untuk setiap batik.
"Untuk di sini harga kain batik klasik yang dengan ukuran 2,5 meter itu dijual mulai dari harga Rp 600 ribu hingga Rp 3 juta. Semua dilihat dari tingkat kesulitannya," kata salah satu pengrajin batik, Ibu Nurjanah, saat berbincang dengan kumparan di Kampung Batik Giriloyo, belum lama ini.
Showroom di Kampung Batik Giriloyo. Foto: Anggita Aprilyani/kumparan
Di tengah perbincangan, Ibu Nurjanah juga mengatakan banyak tokoh-tokoh Indonesia yang datang ke sini untuk sekadar membeli atau sekaligus belajar batik.
"Ibu Iriana pernah ke sini untuk beli batik. Pernah juga Ibu Sri Mulyani, Rano Karno, Yenni Rachman, dan yang terakhir baru saja di bulan Oktober ada Ibu Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf), Angela Tanoesudibjo," tambah Ibu Nurjanah.
ADVERTISEMENT
Ketika berkunjung ke sana, Wamenparekraf Angela Tanoesudibjo, juga penasaran bagaimana cara membatik. Beliau pun diajarkan membatik dari pengrajin batik di Kampung Batik Giriloyo.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesudibjo saat berkunjung ke Kampung Batik Giriloyo. Dokumentasi foto: Istimewa.
Ibu Nurjanah pun memamerkan batik karyanya yang dibeli oleh Wamenparekraf, Angela Tanoesudibjo, saat berkunjung ke sana.
"Ini batik saya yang dibeli Ibu Wamen, terjual Rp 2,5 juta. Saya bikin ini lama sekitar 2-3 bulan," kata Ibu Nurjanah.
Batik yang dibeli oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesudibjo. Dokumentasi foto: Ibu Nurjanah.
Tak hanya itu, Ibu Nurjanah juga menunjukkan batik yang hampir mirip dengan kain yang dibeli Ibu Iriana untuk Presiden Joko Widodo. Biarpun hampir mirip, kain batik tersebut hanya ada satu.
"Kalau ini kainnya hampir mirip seperti yang punya Pak Jokowi, namanya belah semangka, tapi yang punya Pak Jokowi itu hanya satu," tambah Ibu Nurjanah.
Motif batik yang hampir mirip dengan Presiden Jokowi. Dokumentasi foto: Anggita Aprilyani/kumparan.

Bagaimana Cara Menentukan Harga Batik yang Akan Dijual?

Beberapa Motif batik yang dijual di Kampung Batik Giriloyo. Dokumentasi foto: Anggita Aprilyani/kumparan.
Karena batik yang dijual harganya bervariasi, kumparan cukup penasaran bagaimana pihak Kampung Batik Giriloyo menentukan harga yang pantas untuk kain-kain tersebut.
ADVERTISEMENT
"Tentu itu sesuai dengan kerumitan, dan juga kita itu ada tim kurasi yang akan cek dan menentukan harga berapa yang akan ditentukan untuk satu kain," kata Ibu Siti Aminah, salah satu pengrajin batik di Kampung Batik Giriloyo.
Sementara itu, pengrajin yang membatik di sana rata-rata berumur 40 tahun hingga 60 tahun. Ternyata, ada pula syal batik yang dijual dengan harga berkisar Rp 200 ribu.
Beberapa Motif batik yang dijual di Kampung Batik Giriloyo. Dokumentasi foto: Anggita Aprilyani/kumparan.
"Biasanya yang harganya Rp 200 ribu, itu yang buat si mbah-mbah yang umurnya kisaran 70-60 tahun. Bahkan, ada pembeli yang tahu itu, dan membelinya dengan harga lebih dari itu, demi menghargai si mbah yang masih mau membatik," tambah Ibu Siti Aminah.
Ibu Siti Aminah pun menjelaskan bagaimana dirinya bisa mendapatkan uang dari kain batik yang ia buat sehari-harinya. Di mana satu kain batik bisa dibuat 5-7 orang.
ADVERTISEMENT
"Kenapa 5-7 orang, karena ada detail-detail yang tidak bisa dikerjakan orang lain. Jadi tiap orang itu punya keahlian masing-masing, tentu pengerjaannya sesuai antrean," kata Ibu Siti Aminah.
Beberapa Motif batik yang dijual di Kampung Batik Giriloyo. Dokumentasi foto: Anggita Aprilyani/kumparan.
Jika kain laku dengan harga Rp 2,5 juta, besaran itu belum dipotong dengan jasa-jasa untuk orang yang mengerjakan detail dari kain tersebut. Karena nantinya, akan ada rincian yang menjelaskan berapa banyak biaya yang harus dipotong setelah kain itu laku terjual di pasaran.
Ketika ditanya soal persaingan batik yang tentunya sudah banyak cara untuk membatik dengan harga lebih terjangkau, seperti batik print, batik cetak, dan batik mesin. Ibu Siti Aminah pun mengaku awalnya sempat takut karena persaingan tersebut.
"Kalau untuk sekarang, saya sih enggak takut sama pangsa pasar. Karena Kampung Batik Giriloyo sendiri punya ciri khas dan identitas. Yang penting tetap percaya diri dan terus melestarikan budaya," pungkas Ibu Siti Aminah.
ADVERTISEMENT