Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Belajar Sejarah Kesultanan di Benteng Keraton Buton, Sulawesi Tenggara
23 Juli 2018 11:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Jika kamu bosan dengan wisata alam dan ingin menikmati wisata yang berbeda, mungkin wisata sejarah patut dicoba. Salah satunya dengan mengunjungi benteng terluas di dunia.
ADVERTISEMENT
Tapi, jangan kamu pikir benteng terluas di dunia ini ada di luar negeri. Sebab, benteng tersebut berdiri kokoh di Kota Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.
Benteng bernama Keraton Buton ini luasnya mencapai 23,375 hektare. Saking luasnya, Benteng Keraton Buton menyabet penghargaan dari Museum Rekor Indonesia dan Guiness Book Record di tahun 2006 lalu.
Awal mulanya, benteng ini didirikan oleh Sultan Buton III, yaitu La Sangaji pada abad ke-16. Tak seperti sekarang, dahulu benteng hanya dibentuk dari tumpukan batu yang disusun mengelilingi komplek istana. Dengan tujuan sebagai pagar pembatas antara komplek istana dengan perkampungan masyarakat dan sebagai benteng pertahanan.
Kemudian, pada masa pemerintahan Sultan Buton IV bernama La Elagi atau Sultan Dayanu Ikhsanuddin, benteng pun diubah menjadi permanen. Keraton Buton memiliki panjang mencapai 2.740 meter, tinggi 2 hingga 8 meter, serta memiliki ketebalan dinding mencapai 2 meter.
ADVERTISEMENT
Selain itu, benteng yang terbuat dari batu kapur ini juga terdiri dari 3 komponen. Yang pertama Badili atau meriam, yang merupakan bekas peninggalan Portugis dan Belanda.
Kedua ada Lawa atau pintu gerbang, yang berfungsi sebagai penghubung keraton dengan kampung di sekitar benteng. Benteng sendiri memiliki 12 lawana, angka 12 ini menurut keyakinan mewakili 12 lubang yang ada di tubuh manusia.
Ada pun ke-12 lawana itu adalah Lawana Rakia, Lawana Lanto, Lawana Labunta. Lawana Kampebuni, Lawana Waborobo, Lawana Dete, Lawana Kalau dan sebagainnya. Setiap lawana (berakhiran na untuk pengganti kata milik "nya") memiliki bentuk yang berbeda-beda, serta memiliki penjaga masing-masing.
Dan terakhir ada baluara. Baluara dibangun sebelum Benteng Keraton didirikan, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Buton ke-4 bersamaan dengan pembangunan gudang atau 'gado'.
ADVERTISEMENT
Benteng Keraton Buton memiliki 16 baluara, seperti Baluarana Gama, Baluarana Rakia, Baluarana Dete, Baluarana Kalau, Baluarana Siompu, Baluarana Baluwu, Baluarana Tanailandu, dan sebagainnya.
Di dalam benteng juga ada beberapa objek wisata, sebut saja ada sebuah masjid yang dibangun pada 1712 silam, kemudian ada jangkar kapal besar bernama Sampa Raja.
Ada pula batu keramat yang disebut Batu Popaua, yang dijadikan sebagai tempat pengambilan sumpah para Raja atau Sultan Buton.
Karena benteng ini berada di Bukit Walio, maka akan terlihat keindahan seluruh kota Baubau. Terlihat pula kapal yang hilir mudik di selat Buton yang jelas dari ketinggian.
Tertarik untuk berkunjung?